1 Korintus 13:7
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. (TB LAI)
Ayat ini menjelaskan tentang empat hal di dalam kasih. Seseorang yang mempunyai kasih pasti mempunyai empat hal ini dalam tindakannya. Empat hal ini yaitu, 1) menutupi segala sesuatu, 2) percaya segala sesuatu, 3) berpengharapan, dan 4) sabar. Kasih bukan hal yang bersifat pribadi, tetapi berkaitan dengan pihak lain. Kasih memerlukan objek. Ketika Saudara mengasihi seseorang, Saudara pasti mempunyai keinginan untuk mengerti orang tersebut, sabar, dan memperlakukannya dengan baik.
Di dalam terjemahan bahasa Indonesia, kata “toleransi” dalam ayat ini diterjemahkan “menutupi”. Makna sesungguhnya adalah dengan lapang dada memberikan toleransi. Ketika orang lain mempunyai kesalahan, bukan langsung melakukan perhitungan, menuntut, atau mencela orang tersebut. Banyak orang ketika mengetahui kesalahan seseorang, langsung mengumumkannya kepada orang lain, sehingga akhirnya semua orang tahu. Zaman sekarang internet sering menjadi alat setan. Kita sering memublikasikan hal yang tidak jelas, bahkan berita palsu yang kita kira berita benar, dan langsung meneruskannya. Jika hal yang bukan kebenaran Saudara sampaikan, maka Saudara telah menjadi alat setan. Sekalipun beritanya benar, juga jangan langsung memberitakan hal itu karena tidak ada manfaat bagi siapa pun, dan dapat menjadi pukulan yang besar bagi orang yang melakukan kesalahan tersebut.
1. Menutupi segala sesuatu. Alkitab berkata, kita harus menutupi segala sesuatu, dengan kelapangan dada dan kasih yang memberikan toleransi. Khususnya terhadap orang yang kita kasihi dan kepada anak-anak kita. Ketika anak-anak kita melakukan kesalahan dan kita menyampaikannya kepada banyak orang, itu akan melukai hatinya. Perbuatan demikian bukan merupakan pernyataan kasih. Kasih menutupi segala sesuatu. Jika anak Saudara telah mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan melakukannya lagi, Saudara harus menerima janji tersebut, dan percaya kepadanya. Ini berarti bahwa engkau mempunyai kasih. Banyak orang tua tidak mempunyai hikmat ini. Ketika anaknya melakukan kesalahan, langsung dimarahi, diceritakan kepada orang lain, sehingga anak itu merasa dipermalukan dan hatinya terpukul. Ia tidak lagi mau percaya kepada ayah dan ibunya.
2. Percaya segala sesuatu. Jika anak Saudara berkata mau berubah, engkau harus berkata bahwa engkau percaya ia pasti akan berubah. Kepercayaan ini akan menjadi kekuatan dan dorongan. Sayangnya, sering kali engkau tidak bersikap demikian. Engkau berkata bahwa engkau tidak percaya ia akan berubah karena ia telah melakukannya beberapa kali. Ketika engkau bersikap demikian kepadanya, bagaimana perasaan hatinya? Hatinya akan merasa bahwa kebaikan yang ia lakukan tidak ada gunanya. Berjanji untuk berubah juga tidak ada gunanya karena engkau tidak percaya kepada dia. Ia akan lebih mengeraskan hatinya untuk melakukan hal yang tidak baik. Saudara, jangan tidak ada kasih dalam bersikap. Mungkin Tuhan melihat dosa yang kita lakukan lebih besar dari dosa orang tersebut. Mari kita percaya dalam segala sesuatu. Kerusakan yang ditimbulkan dari kecurigaan akan sulit sekali diselesaikan. Banyak pria yang lemah ketika melihat wanita cantik dan istri mereka akan tidak percaya kepada mereka. Paulus berkata, kasih menutupi segala sesuatu dan percaya segala sesuatu. Ketika suami istri tidak saling percaya, hidup mereka seperti hidup di dalam neraka. Ketika suami istri saling percaya, mereka akan hidup dengan sukacita.
3. Mengharapkan segala sesuatu. Jika menghadapi hal yang tidak baik, engkau langsung kecewa dan tidak lagi mempunyai keyakinan, maka engkau membelenggu dirimu sendiri, memperlakukan diri sendiri dengan kejam. Apa pun ada masa depan. Hal apa pun dapat berubah menjadi baik. Ketika engkau dengan hati yang berpengharapan menyambut kesulitan, maka hidupmu mempunyai pengharapan yang agung.
Dalam zaman ini, manusia tidak dapat hidup tanpa lampu. Lampu ditemukan oleh Thomas Alva Edison. Edison bukan orang yang sangat pintar, tetapi ia menjadi penemu terbesar dalam sejarah. Edison dari kecil sekolahnya tidak baik. Ketika berusia sebelas tahun, gurunya memberikan satu surat dalam amplop yang ditujukan untuk ibunya. Setelah ibunya membaca surat tersebut, ia meneteskan air mata. Tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada Edison, ia hanya memeluk anaknya. Surat itu menulis, “Ibu, terima kasih engkau telah menyekolahkan anakmu di sekolah kami. Tetapi, dengan jujur kami harus katakan, bahwa anakmu adalah anak yang bodoh dan kami tidak sanggup mengajarnya. Kami telah mendiskusikan hal ini dan Edison tidak dapat sekolah lagi.” Ibunya hanya mempunyai satu anak yaitu Edison dan dengan susah payah membesarkannya sampai usia sebelas tahun. Sekarang anaknya dikeluarkan dari sekolah, hati ibunya sangat sedih. Ia memeluk anaknya dan menangis. Kemudian ia berkata kepada Edison, “Gurumu berkata bahwa engkau adalah anak yang tidak bisa diajar, engkau murid yang bodoh, maka mulai besok tidak perlu ke sekolah lagi. Tetapi aku adalah ibumu, aku tidak percaya perkataan guru tersebut, aku tidak percaya engkau adalah anak yang bodoh. Tidak ada orang yang mau mengajar engkau, tetapi aku akan memperhatikan, mengasihi, dan mengajar engkau. Suatu hari jika engkau berhasil, seluruh dunia akan mengetahui bahwa engkau adalah anak yang berguna.” Edison mendengarkan dengan terperanjat. Rupanya saya tidak bisa diajar lagi, saya tidak bisa sekolah lagi, saya juga tidak bisa berhasil, saya telah dikeluarkan dari sekolah. Lalu keduanya saling berpelukan dan menangis tersedu-sedu. Setelah selesai menangis, ibunya berkata kepada Edison, “Engkau harus berjuang, engkau harus giat.”
Pelan-pelan Edison tumbuh dewasa. Ketika ia tidak mempunyai uang, ia menjual koran di jalanan. Setelah dewasa, Edison tidak pintar, tetapi ia tertarik pada banyak hal. Jika ia melihat sesuatu, ia akan memikirkan mengapa seperti ini, mengapa seperti itu, apakah mungkin dibuat lebih baik. Maka ia telah memperbaiki banyak hal ketika ia dewasa. Suatu hari ketika Edison membawa payung, ia melihat ada seorang perempuan yang juga membawa payung. Ketika payung perempuan itu dibuka, tiba-tiba payungnya menutup ke atas, seharusnya payung itu menutupi orang di bawahnya supaya tidak basah. Ketika bagian payung itu melipat ke atas, perempuan itu kebasahan karena hujan. Lalu Edison melihat payungnya sendiri. Ia mulai berpikir, mengapa bisa seperti itu? Akhirnya ia menemukan di dalam payung ada satu benda yang terlalu panjang sedikit, jika benda tersebut dipendekkan tidak akan melipat ke atas, maka ia mengubahnya. Setelah diubah, ia memberi tahu pihak pabrik yang membuat payung tersebut dan mengusulkan untuk memperpendek benda ini. Orang pabrik baru sadar, rupanya banyak kesalahan kecil yang mengakibatkan kesulitan besar bagi orang banyak. Sekalipun Edison tidak bersekolah, namun ia menjadi orang yang memperbaiki apa pun.
Edison terus melakukan penemuan demi penemuan, sampai ribuan banyaknya, dan penemuannya telah di hak patenkan, akhirnya menjadi perusahaan dengan nama Edison, dan ia mendapat keuntungan besar. Sekarang ini kehidupan manusia di seluruh dunia ada kaitannya dengan penemuan Edison. Di manakah keberhasilan dari Edison? Apakah rahasianya? Yaitu kasih dari ibunya. Apakah kasih itu? Kasih menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu. Apakah suamimu tidak baik? Dengan berpengharapan doakan dia. Apakah anakmu sangat nakal? Dengan berpengharapan berdoalah untuk dia. Apakah anakmu sangat bodoh? Berpengharapanlah, berdoa untuk dia. Inilah kasih yang sejati. Ketika kasih bertambah, maka timbul harapan besar pada orang lain. Ketika timbul pengharapan terhadap orang lain, orang yang tidak mempunyai masa depan menjadi mempunyai masa depan; yang tidak dapat diubah menjadi dapat diubah; yang tidak berpengharapan menjadi membaik dan akhirnya berhasil. Kasih yang Tuhan berikan kepada seorang wanita terhadap anaknya merupakan pusaka yang sangat berharga. Seorang wanita walaupun tidak berpendidikan tinggi, tidak mempunyai banyak uang, tidak mempunyai keterampilan yang hebat, tetap dapat menjadi seorang ibu. Tetapi seorang wanita yang tidak mempunyai kasih kepada anaknya, ia tidak pantas menjadi seorang ibu.
Hal yang ketiga dalam kasih yaitu mengharapkan segala sesuatu. Pengharapan bukan sesuatu yang kita lihat sekarang, tetapi melihat ke depan. Pengharapan merupakan persiapan untuk hal yang akan datang. Karena ada pengharapan, manusia dapat melanjutkan hidupnya. Karena ada pengharapan, manusia dapat tahan dan sabar terhadap kesulitan dan penderitaan yang mereka alami. Karena ada pengharapan terhadap masa depan, bagaimanapun sulitnya hidup, mereka tidak akan melakukan perhitungan. Kesulitan yang kita alami sekarang bukan tidak ada hasilnya. Paulus berkata ketika menabur jangan tawar hati, harus menabur dengan berpengharapan karena nanti engkau akan melihat buahnya. Ketika menabur, kita menutupi bibit yang paling berharga dengan tanah. Ketika sisa satu bibit, walaupun sudah ditutupi tanah, masih dapat dimakan oleh ulat atau anjing. Lalu di manakah kita harus meletakkan bibit yang terakhir ini? Orang yang paling bodoh akan memakannya. Ketika memakan bibit tersebut, engkau bukan saja memusnahkan bibit itu, engkau juga memusnahkan masa depanmu sendiri, karena keberadaan bibit tersebut adalah untuk kebutuhan yang akan datang. Ketika di kemudian hari ia bertumbuh dan berbuah, ia akan mencukupkan semua kebutuhanmu ketika mengalami kesulitan di masa depan.
Apakah dalil hidup? Kita bukan hanya memakan buah itu lalu sudah selesai, tetapi kita harus menyisakan sebagian buah supaya dapat ditanam lagi. Prinsip total kehidupan adalah menjadikan hidup melakukan siklus untuk kehidupan yang akan datang. Alkitab berkata pada hari ke-3, Allah menciptakan tumbuhan, dan tumbuhan ini akan berbuah. Di dalam buah ada bijinya. Pohon akan berbuah, dan di dalam buah tersebut ada biji yang akan menjadi bibit. Inilah biji pengharapan, karena biji ini bisa ditanam lagi. Ketika biji ini ditanam lagi, akan tumbuh pohon baru. Ketika pohon yang baru tumbuh, akan berbuah lagi. Dan dalam buah yang baru akan ada biji yang baru lagi, demikian seterusnya. Inilah karya pekerjaan Tuhan. Demikian juga dengan gereja. Setelah gereja berkembang besar, harus berbuah. Setelah mengerti akan hal ini, ketika engkau mati, tidak perlu takut, karena anakmu akan meneruskannya. Di dalam anakmu, ada bibit lagi yang dapat berbuah.
Saya ke Selandia Baru, ke kota Dunedin, dan mengunjungi beberapa gedung gereja yang sangat indah, yang dapat menampung 600 orang, ada yang 1.000 orang. Saya bertanya kepada uskupnya, “Berapa banyak orang yang datang kebaktian sekarang?” Ia menjawab, “Kira-kira 120 orang. Jika kebaktian gabungan, 300 orang.” Lalu saya tanya lagi, “Dahulu kalian membangun gedung gereja yang besar ini, berapa orang yang kebaktian?” “Dahulu ada beberapa ribu orang.” “Lalu di manakah mereka sekarang?” “Mereka sudah meninggal. Yang mempunyai anak sangat sedikit.” “Apakah anak mereka mempunyai iman keyakinan?” “Anak mereka tidak lagi percaya.” “Apakah mereka mengabarkan Injil untuk Tuhan?” “Mereka tidak mengabarkan Injil.” Maka gereja akan menjadi makin sedikit. Secara pribadi kita harus bertanya kepada diri sendiri, apakah anak kita percaya kepada Tuhan. Apakah anakmu mengabarkan Injil? Apakah anakmu ada yang mempersembahkan diri menjadi hamba Tuhan? Banyak dari kita yang tidak mau anaknya menjadi hamba Tuhan, karena hamba Tuhan hidupnya susah. Maka gereja akan makin merosot. Saudara berkata, saya tidak peduli, asal saya ke sorga sudah baik, sudah cukup. Jika demikian maka engkau adalah orang yang egois, karena tidak melihat kebutuhan rumah Tuhan. Seberapa banyak keuntungan yang akan didapat anak kita, satu peser pun tidak dapat dibawa ke sorga. Saudara takut sekali anakmu menjadi hamba Tuhan, maka Tuhan akan menghukum engkau. Sebaliknya sekalipun engkau mengharapkan anakmu menjadi hamba Tuhan, belum tentu Tuhan mau memakai anakmu. Tetapi jika Tuhan memakai anakmu, Tuhan pasti tidak akan membiarkan ia mati kelaparan. Karena ini adalah kehendak Tuhan, maka Tuhan pasti akan memelihara dia.
Saya hanya mempunyai seorang anak laki-laki, di Amerika, setahun ia mendapat penghasilan 100 ribu dolar. Tetapi dia membawa istri dan anaknya pulang ke Indonesia. Empat orang anak saya ketika sekolah di Amerika, saya tidak mengambil satu rupiah pun dari gereja ini untuk uang sekolah mereka. Anak saya telah mendapat gelar doktor di bidang fisika. Kita mendirikan universitas, tetapi universitas yang akan dibangun tidak ada dananya, tidak ada bangunan, bahkan tanah pun tidak ada. Tanah yang dibeli untuk universitas masih hutang 30 juta dolar Amerika. Bagaimana mungkin mengundang anak saya untuk menjadi profesor di universitas ini? Tetapi ia sendiri rela. Pada hari ketika ia mendapat gelar doktor, harusnya saya ke Amerika menghadiri wisuda dia. Pada anak-anak, saya telah menetapkan, “Kalau kalian sekolah menengah tamat, saya tidak akan datang wisudamu. Tamat universitas, saya juga tidak akan datang wisuda kalian. Tetapi kalau kalian mendapat gelar doktor, saya baru akan datang dan hadir dalam wisuda kalian.” Akhirnya putri sulung saya mendapat gelar doktornya, dan anak saya yang kedua mendapat gelar doktornya, tetapi saya tidak dapat menghadiri wisuda keduanya karena saya sudah makin tua dan tidak sanggup naik pesawat belasan jam. Ketika ia mendapat gelar doktornya, saya menelepon anak saya yang kedua. “Mengapa engkau tiga kali maju ke depan mempersembahkan diri menjadi hamba Tuhan, tetapi sekarang engkau mendapat gelar doktor fisika, bukan gelar doktor theologi?” Lalu ia berkata bahwa ia mau setiap orang mengetahui bahwa ia bukan orang yang tidak bisa sekolah apa pun, yang tidak bisa kerjakan apa pun. Ia mau sekolah yang setinggi-tingginya baru sekolah theologi. Ia mau belajar hal yang paling sulit ketika Allah menciptakan alam semesta, setelah selesai semua ini, baru ia akan masuk sekolah theologi. Maka bulan berikutnya ia baru masuk sekolah theologi. Ia tahu bahwa seumur hidup tidak akan mendapat keuntungan yang banyak, tidak akan menjadi kaya, tetapi ia tahu seumur hidupnya, ia mau bekerja untuk Tuhan. Tidak mempunyai banyak uang tidak apa-apa, tetapi menyerahkan hidup dalam tangan Tuhan yang penting.
Eunice Tong sudah sembilan belas hari pergi ke Australia dan Selandia Baru untuk konser. Setelah ia kembali, anak-anaknya sangat sukacita, mamanya sudah pulang. Tetapi hari berikutnya, mamanya sudah tidak ada lagi, harus mempersiapkan konser kerja sama antara ASJ dan kedutaan Italia, dan ia harus melatih tim musiknya. Maka anak-anaknya berkata, “Mama sudah pergi konser lama, sekarang konser lagi. Konser, konser, konser terus.” Kemudian istri saya berkata kepada mereka, “Kamu waktu doa bilang, ketika dewasa akan dipakai oleh Tuhan.” Anak-anak saya di dalam doa mereka pasti akan ditambah satu kalimat ini, “Oh Tuhan Yesus, terima kasih memberikan makanan kepada kami, biarlah setelah kami dewasa dipakai oleh Tuhan.” Maka istri saya bertanya apakah mereka setelah dewasa mau dipakai oleh Tuhan. Mereka menjawab, “Mau.” “Nah, sekarang mama kalian sudah dewasa dipakai oleh Tuhan, mengapa kalian bersungut-sungut?” Kedua orang cucunya itu tersenyum.
Saya berharap anak Saudara ketika berdoa, tambahkan satu kalimat ini, “Setelah dewasa dipakai oleh Tuhan.” Anak-anak Saudara ketika kecil ikut Sekolah Minggu, setelah dewasa mencari pelacur dan meninggalkan Tuhan. Di mana anakmu kebaktian? Dari kecil engkau berharap mereka menjadi kaya, tidak mengajar mereka untuk mencintai Tuhan. Hari ini sebagai pendeta Saudara, saya tidak malu, saya tidak menyesal, saya tidak susah hati, karena saya membawa anak-anak saya ke hadapan Tuhan, dan saya tidak mengharapkan mereka menjadi kaya. Seberapa banyak yang saya miliki yang dapat saya persembahkan, saya akan persembahkan kepada Tuhan. Ketika membangun gedung gereja ini, saya menjual rumah saya, semua uang hasil penjualan rumah saya persembahkan untuk gedung ini. Sekarang kita mau membeli tanah di BSD, saya memutuskan untuk memberikan persembahan beberapa miliar. Dari dahulu saya mengoleksi arloji dan sekarang saya mau menjualnya untuk memberikan persembahan tanah di BSD kepada Tuhan. Sebagai pemimpin kalian, sebagai pendeta kalian, dalam melakukan segala sesuatu saya akan berpikir tentang pekerjaan Tuhan.
Ketika kita menghormati Tuhan, Tuhan tidak akan membuang anak-anak kita. Mungkin mereka tidak dapat menjadi kaya, tetapi itu tidak apa-apa, karena banyak anak-anak yang setelah kaya melakukan kesalahan. Banyak orang setelah kaya mendapat istri muda. Dan ada sebagian orang demi mendapat kekayaan, mereka korupsi, kerohanian mereka gagal, moralitas mereka rusak, dan anak-anak mereka satu per satu diambil oleh setan. Kiranya Tuhan memberkati kita, sehingga kerohanian kita dapat dibangkitkan demi Tuhan. Dan kita melakukan hal-hal yang berkenan pada Tuhan.
4. Sabar menanggung segala sesuatu. Seseorang yang berpengharapan harus sabar menanggung segala penderitaan. Engkau mengharapkan suamimu menjadi baik, maka pengharapanmu harus ditambah dengan kesabaran. Engkau mengharapkan anakmu berhasil, maka pengharapanmu harus ditambah dengan kesabaran. Karakter sabar dalam bahasa Mandarin di bagian atasnya ada bentuk seperti satu pisau yang tajam, dan di bawahnya ada satu karakter seperti hati. Jadi karakter sabar dalam bahasa Mandarin adalah satu pisau tajam di atas hati, itulah namanya sabar. Ketika kita sabar, seumpama ada pisau tajam yang menusuk, dan kita harus tahan, harus tetap tahan. Demikian juga di hadapan Tuhan, senantiasa dengan hati yang sabar menantikan datangnya kesulitan. Ketika engkau mengasihi anakmu, engkau mengasihi suamimu, engkau mengasihi istrimu, sekalipun mereka ada ketidakbaikan, engkau harus sabar menerimanya. Ketika mereka menghadapi kesulitan, engkau harus sabar dan menanti.
Apakah kasih itu? Kasih menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Maukah engkau menutupi segala sesuatu? Maukah engkau percaya segala sesuatu? Maukah engkau mengharapkan segala sesuatu? Maukah engkau sabar menanggung segala sesuatu? Menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu, membuktikan bahwa engkau mempunyai kasih. Kiranya Tuhan menyertai kita. Kasih tidak ada hentinya. Kasih tidak pernah gagal. Kasih tidak berkesudahan sampai akhir zaman. Kiranya Tuhan memberkati kita. Amin.