1 Korintus 13:8
Kita telah membicarakan 1 Korintus 13:7 tentang empat hal di dalam kasih, yaitu: 1) kasih menutupi segala sesuatu; 2) percaya segala sesuatu; 3) mengharapkan segala sesuatu, dan 4) sabar menanggung segala sesuatu. Namun, ini bukan berarti kita berkompromi karena kasih. Bukan berarti jika ada kasih maka kita tidak perlu membongkar dosa, karena semua harus ditutupi, percaya dan mengharapkan segala sesuatu mengakibatkan kita toleransi terhadap semua hal. Pemikiran ini tidak benar.
Di dalam mengasihi seseorang, kita harus belajar menaruh pengharapan dan iman akan janjinya, memiliki toleransi untuk menutupi kelemahannya, bukan membongkar, menghakimi, dan menuduh segala kesalahan yang telah diperbuat, sambil sabar menanti dia berubah, karena di dalam kasih ada kesabaran.
Dalam ayat ke-4 dikatakan, dalam kasih ada kesabaran dan anugerah. Dimulai dengan istilah “sabar” dalam ayat ke-4, dan diakhiri dengan istilah “sabar” juga dalam ayat ke-7. Kesabaran adalah hal yang penting, dalam bahasa Tionghoa karakter kata “sabar” berbentuk pisau tajam yang sedang menusuk karakter hati di bawahnya. Jika pisau menusuk hati, dan hati tersebut goyang sedikit, maka hati itu akan robek, hancur, dan berdarah. Sabar tidak mudah, sabar menunggu dan menahan sakit.
Di dalam kasih, bukan hanya ada kemauan liar di dalam menyenangi sesuatu; bukan berarti karena saya cinta kamu, maka saya boleh melakukan semau saya. Kasih dapat bertahan dan menerima penderitaan; karena kasih, maka kita menerimanya. Tidak mudah mengasihi, karena di dalam kasih ada sengsara, panjang sabar, dan menunggu. Kasih bukan hal yang sementara, tetapi memerlukan waktu untuk membuktikan. Bukti tersebut menjadi kekuatan bahwa kita tidak cepat kecewa atau menyerah. Di dalam kasih harus ada panjang sabar dan kemurahan hati dalam menanti orang yang dicintai berubah.
Jika engkau mencintai anakmu, tetapi anakmu nakal, lalu bagaimana? Sabar dan tunggu. Jika orang yang kita cintai berbuat kesalahan, jauh dari firman Tuhan, maka engkau harus menunggu dia, sabar menanti perubahannya, seperti Tuhan yang telah menanti kita sekian lama untuk bertobat, mari kita juga belajar menanti orang yang kita cintai bertobat, sabar menanti buah yang baik. Alkitab berkata, jika engkau menanam benih maka harus tunggu sampai benih tersebut bertunas dan berbuah. Jika engkau sudah menanam kesabaran, engkau harus menanti hasilnya dengan tekun.
Semua akan ada waktunya, ada buah yang perlu lima bulan, ada yang perlu dua tahun, ada yang bertahun-tahun baru berbuah. Waktu tersebut bukan engkau yang tentukan, tetapi Tuhan yang tetapkan. Seorang wanita setelah hamil sembilan bulan baru akan melahirkan, berbeda dengan seekor binatang, hamil tiga bulan sudah melahirkan. Semua yang ditetapkan Tuhan mempunyai alasan, bukan semau kita sendiri. Kasih itu panjang sabar, dalam 1 Korintus 13:8 dikatakan bahwa kasih tidak berkesudahan. Kasih harus digabung dengan kekekalan. Dalam Alkitab bahasa Inggris dikatakan “love never fails”, tetapiada Alkitab bahasa Inggris yang menerjemahkannya dengan “love never ends”. Kasih tidak berhenti, never stop. Hal ini tidak mudah, bagaimana mempunyai kasih yang kekal? Orang yang sedang berpacaran, tidak mau cintanya hanya sebentar, mereka akan berkata, “I will love you forever and evermore.” Anak yang baru berumur 15 tahun dapat berkata, “Aku mencintai engkau selamanya.” Baru hidup 15 tahun sudah berkata selamanya. Jika tanya kepada anak tersebut, apa arti selamanya? Sampai kapan? Ia tidak tahu karena tidak pernah mengalami selamanya, tetapi berkata selamanya. Bagaimana engkau yang tidak pernah mengalami kekekalan, belum pernah mengalami selama-lamanya, ketika sedang jatuh cinta bisa mengatakan akan mencintai selama-lamanya?
Alam cinta selalu berkaitan dengan prinsip dari dua dalil di mana manusia tidak dapat melanggarnya. Pertama, kasih selalu hanya pada satu objek. Mungkinkah kita mencintai dua orang dalam waktu bersamaan dengan sama rata? Tidak mungkin. Jika kita mencintai seseorang dengan sungguh-sungguh, otomatis akan mengabaikanorang lain. Tidak mungkin engkau bisa memiliki lima pacar dan mengasihinya dengan sama rata. Ketika engkau memikirkan orang yang kau cintai, otomatis hanya berfokus pada satu objek. Tuhan menciptakan manusia, dalam hubungan cinta, hanya dengan satu objek. Ketika engkau mencintai pasanganmu, istri tercintamu, engkau tidak dapat membaginya dengan orang lain. Tidak mungkin engkau dapat memberikan cinta tersebut dengan sama rata, karena objek pernikahan yang lebih dari satu akan menimbulkan iri hati, kebencian, kesempitan hati, dan kecemburuan yang tidak dapat membiarkan orang ketiga masuk. Hal ini sudah lama diteliti oleh para ilmu jiwa, dan mereka tidak dapat menemukan jawaban mengapa tidak mungkin dalam waktu bersamaan mencintai lebih dari satu objek. Inilah rahasia kasih. Tetapi kita dapat mencintai lima anak dengan cinta yang sama rata dalam waktu yang sama. Hal ini terjadi secara alamiah karena dalil yang telah diciptakan Tuhan. Seorang ibu dapat mencintai anak-anaknya dengan sama rata, tetapi tidak dapat mencintai banyak suami dengan sama rata.
Kedua, cinta jika digabung dengan kekekalan akan mencintai selamanya. Roh Kudus menggerakkan Paulus menulis kalimat kasih tidak berkesudahan. Nubuat akan lenyap, tetapi kasih tidak berhenti. Bahasa roh akan berhenti, pengetahuan akan lenyap. Mengapa kasih tidak berhenti tetapi nubuat dapat berhenti? Paulus berkata, bahasa roh akan lenyap, bukan firman Tuhan yang akan berhenti atau lenyap. Kuasa khotbah akan berhenti, ketika sudah di sorga tidak perlu ada khotbah seperti sekarang di gereja. Jika telah bertemu Tuhan, tidak perlu lagi bernubuat atau berkhotbah. Apakah firman akan lenyap? Tidak, karena firman Tuhan kekal. Dari permulaan adalah Firman, sebelum Allah menciptakan segala sesuatu, Firman beserta dengan Allah. Lalu kalimat yang ketiga, Firman adalah Allah. Karena Firman adalah Allah, dan Allah itu kekal adanya, maka Firman tidak mungkin lenyap dan berhenti. Tetapi berkhotbah tentang Firman tidak akan ada lagi, tidak perlu lagi penjelasan manusia akan Firman karena ketika bertemu Tuhan, kita telah bersatu dengan Firman.
Seperti seseorang yang memperkenalkan istrimu, ia dari keluarga mana, lahir di mana, bapaknya bekerja apa, pendidikannya apa, dan engkau akhirnya tahu bahwa perempuan ini perempuan baik-baik, pendidikannya tinggi, dan keluarganya baik. Sampai suatu hari engkau bilang, “Stop, tidak usah perkenalkan lagi, ia sudah menjadi istriku, sudah bersatu dengan aku.” Ketika telah berjumpa Tuhan muka dengan muka, tidak perlu lagi penjelasan siapa Tuhan karena sudah bersatu dengan Firman, yaitu Kristus. Yang sempurna telah tiba, maka semua tidak perlu lagi karena Kristus telah datang kembali. Tetapi ada satu hal yang terus perlu yaitu kasih tidak berkesudahan, kasih itu kekal.
Kristus datang menggenapi semua yang pernah dijanjikan, yang pernah diuraikan, yang pernah diperkenalkan, tetapi sekarang kita perlu mendengar firman, karena mendengar firman akan membuat kita makin mengerti secara mendalam dan pengetahuan kita akan Kristus lebih sempurna. Namun, pada suatu hari kelak, Kristus datang kembali, Ia sendiri yang akan memaparkan semua kesempurnaan, dan kemutlakan firman Tuhan kepada kita. Ketika itu kita tidak perlu lagi mendengar pendeta berkhotbah, theolog menjelaskan firman Tuhan, mendengarkan hamba Tuhan menjelaskan firman kepada kita, karena kita sudah bertemu Tuhan. Ini berarti yang sempurna sudah datang.
Pengertian kalimat yang sempurna sudah datang, khususnya oleh theolog Reformed adalah, jika Alkitab telah diwahyukan semuanya, jika Alkitab telah selesai dengan sempurna diwahyukan oleh Tuhan, maka kita tidak perlu lagi mendengar khotbah, tidak perlu lagi nubuat, tidak perlu lagi bahasa lidah. Dan perkembangan pikiran ini adalah semua karunia akan berhenti jika Alkitab telah sempurna.
Ada juga orang yang mengartikan kalimat ini dengan percaya bahwa tidak perlu lagi kesembuhan Ilahi dan mujizat karena firman Tuhan telah lengkap. Kapan firman Tuhan telah lengkap? Ketika Kitab Wahyu telah diberikan. Apakah mungkin setelah Wahyu diberikan, masih ada kitab lain yang muncul dalam sejarah untuk melengkapi Alkitab dengan lebih sempurna? Orang Reformed berkata bahwa ini tidak mungkin. Alkitab sudah genap, firman Tuhan sudah berhenti sekarang. Setelah Kitab Wahyu selesai, tidak ada lagi kitab yang perlu diwahyukan, karena setelah Kitab Wahyu diberikan, kita telah mengetahui seluruh rencana Allah dari permulaan penciptaan sampai seluruh dunia selesai. Dari awal penciptaan hingga kiamat, dan penyempurnaan kekal dijalankan, maka semuanya genap dan ditutup. Tidak ada lagi. Satu-satunya buku yang mencatat bagaimana dunia mulai dan akan berakhir hanya Alkitab.
Tidak ada buku selain Alkitab yang memberi tahu bahwa dunia ini dimulai dengan titik yang diciptakan Tuhan, dan akan selesai dengan titik kedatangan Kristus menyempurnakan rencana Allah. Inilah titik penciptaan dan titik penggenapan, titik awal dan titik akhir sejarah. Dan semua ini terangkum dalam diri Kristus. Maka Tuhan Yesus berkata, “Akulah Alfa dan juga Omega, yang awal dan yang akhir.” Alfa adalah huruf pertama dari ejaan Gerika; Omega adalah huruf terakhir dari ejaan Gerika.
“Akulah yang awal dan yang akhir. Aku yang memulai dan mengakhiri segalanya. Dalam diri-Ku segala sesuatu dimulai, dalam diri-Ku segala sesuatu diselesaikan.” Ketika Yesus datang kembali,inilahtitik terakhir dari sejarah. Ketika Yesus datang kembali, waktu akan berhenti di dalam Yesus, dan seluruh tempat akan diadili oleh Tuhan. Setiap orang akan dihakimi oleh Tuhan, dan orang yang disempurnakan adalah kaum pilihan. Orang yang akan dihakimi adalah orang berdosa. Dengan demikian, ketika Kristus datang kembali itu adalah titik akhir.
Tidak ada buku selain Alkitab yang memberi tahu bahwa dunia ini dimulai dengan titik yang diciptakan Tuhan, dan akan selesai dengan titik kedatangan Kristus menyempurnakan rencana Allah. Inilah titik penciptaan dan titik penggenapan, titik awal dan titik akhir sejarah. Dan semua ini terangkum dalam diri Kristus.
Pada saat Kitab Suci telah selesai diwahyukan, tidak perlu ada wahyu baru lagi, semua telah selesai. Lalu dari pikiran ini timbul satu pikiran lagi, yaitu siapa yang berkhotbah, dan khotbahnya akan diuji oleh Alkitab yang menjadi titik akhir (ending point) yang adalah penggenapan akhir (final completion). Alkitab yang tergenapi menjadi ukuran dan penghakiman. Ketika Perjanjian Lama telah selesai dan Perjanjian Baru belum selesai diwahyukan, orang Kristen dalam gereja masih mendengar khotbah. Ada orang yang berani naik mimbar untuk berkhotbah. Lalu engkau bertanya kepadanya mengapa ia berani berkhotbah. Karena Perjanjian Lama telah diwahyukan oleh Tuhan, Perjanjian Lama bukan hanya mencatat hal-hal yang telah lewat di dalam sejarah. Perjanjian Lama juga mengandung arah menuju hari depan, akan apa yang akan datang. Yang telah lewat mereka catat, yang belum datang mereka nubuatkan, sehingga dalam Perjanjian Lama ada khotbah, ada firman akan apa yang terjadi dalam sejarah. Tetapi dalam Perjanjian lama juga ada janji akan nubuat yang akan datang. Dan yang akan datang menjadi yang telah datang. Yang telah datang akan menjadi yang pernah lewat. Itu berarti sejarah sedang bergerak, maju terus. Jadi yang hari depan menjadi sekarang. Yang sekarang menjadi yang sudah berlalu. Di tengah-tengah waktu ketika Perjanjian Lama telah selesai, Perjanjian Baru belum selesai, ketika itu khotbah siapa yang masih didengar gereja? Ketika Yesus telah naik ke sorga, dan dunia masih belum memiliki Perjanjian Baru, dalam waktu itu masih ada orang yang berkhotbah. Dan orang itu berani berkhotbah karena mereka membaca Perjanjian Lama, mereka memberitakan, mengkhotbahkan, menjelaskan apa yang telah dicatat dalam Perjanjian Lama. Tetapi dalam Perjanjian Baru, masih ada nabi yang berbicara tentang yang akan datang, yaitu Rasul Yohanes. Ia berbicara akan dunia yang akan datang di akhir zaman, dan semua yang dicatat oleh Yohanes terdapat dalam Kitab Wahyu.
Pada saat Kitab Suci telah selesai diwahyukan, tidak perlu ada wahyu baru lagi, semua telah selesai. Lalu dari pikiran ini timbul satu pikiran lagi, yaitu siapa yang berkhotbah, dan khotbahnya akan diuji oleh Alkitab yang menjadi titik akhir (ending point) yang adalah penggenapan akhir (final completion). Alkitab yang tergenapi menjadi ukuran dan penghakiman.
Tetapi Yohanes tidak dapat berkhotbah di ratusan gereja dan ratusan kota di seluruh daerah pada zaman itu. Maka ada orang lain yang berkhotbah, termasuk perempuan. Jika perempuan berani berkhotbah, berdasarkan apa ia berkhotbah? Apakah karena telah masuk sekolah theologi? Jika mereka ditanya, mengapa engkau berani berkhotbah? Berdasarkan apa engkau berkhotbah? Dari mana wibawa dan otoritasmu? Ia akan menjawab, “Saya berkhotbah karena digerakkan oleh Roh Kudus, diwahyukan oleh Roh Kudus.” Alkitab berkata, jika ada wahyu, jika ada panggilan, jika ada berita yang berdasarkan wahyu, harus begini dan begini, peraturan akan muncul.
Tetapi Paulus berkata, “Saya tidak mengizinkan wanita berkhotbah.” Akan timbul kesulitan, karena wanita yang telah berkhotbah akan menganggap dirinya mendapat wahyu dari Tuhan. Apakah Paulus yang terlalu keras melarang wanita atau wanita tersebut yang terlalu berani dengan berkata bahwa mereka mendapat wahyu? Hal ini perlu disahkan dengan bukti resmi. Dan bukti resmi yang sah berasal dari mana? Zaman itu ada kalimat, “Wanita jika tidak mengerti, jangan berbicara, tanya kepada suamimu.” Jika wanita tidak mengerti, ia harus diam dan bertanya kepada suaminya. Itu berarti suaminya lebih mengerti dari istrinya. Wanita yang tidak mengerti harus bertanya kepada suaminya, jangan berbicara di mimbar. Dalam hal ini ada satu hal yang ganjil, yaitu wanita yang tidak mengerti tetapi pura-pura mengerti dan ingin naik mimbar, hal ini berbahaya. Jika di gereja ada wanita yang tidak mau kalah dengan laki-laki, ia suka naik mimbar. Saya mau tanya, siapa yang mengizinkan mereka naik mimbar? Ketika itu belum ada wibawa yang cukup. Yesus sudah mati, bangkit, dan naik ke sorga. Rasul-rasul sibuk di banyak tempat di berbagai kota, semua perlu khotbah rasul. Tetapi tidak ada orang yang berkhotbah, karena para rasul tidak dapat sering-sering ke kota tersebut. Muncul wanita yang lebih berani dari laki-laki yang jauh lebih mengerti, tetapi tidak mau tanya, langsung khotbah. Maka Paulus berkata, “Saya tidak mengizinkan wanita berkhotbah.” Maka gereja tidak setuju jika wanita menjadi pendeta.
Tetapi ada gereja yang berpikir, jika laki-laki tidak ada, Tuhan dapat memakai wanita, dan setuju wanita menjadi pendeta. Sekarang di gereja Presbyterian banyak pendeta wanita, di gereja Methodist juga banyak pendeta wanita, tetapi di gereja Anglican hampir tidak ada pendeta wanita. Gereja Reformed tidak menahbiskan wanita menjadi pendeta. Gereja Reformed Injili Indonesia tidak setuju menahbiskan wanita menjadi pendeta, tetapi Gereja Reformed Injili Indonesia mengizinkan wanita tertentu untuk berkhotbah di mimbar hari Minggu. Apakah hal ini melanggar Alkitab? Mengapa Paulus berkata, saya tidak mengizinkan wanita berkhotbah, mengapa Stephen Tong mengizinkan wanita berkhotbah? Apakah GRII sengaja melanggar Alkitab? Dalam 1 Korintus 11:5, dicatat ada wanita yang bernubuat atau berdoa. Bernubuat dapat diartikan berkhotbah. Maka di dalam kebaktian ada wanita yang berkhotbah; ada wanita yang berdoa. Jika tidak ada, tidak mungkin muncul ayat tersebut. Dalam 1 Korintus 11:5 membuktikan bahwa dalam gereja zaman dahulu ada wanita yang berkhotbah, ada wanita yang berdoa. Maka GRII tidak mau dengan kaku melarang wanita melayani di atas mimbar pada hari Minggu. Tetapi GRII tidak akan menahbiskan wanita menjadi pendeta. Mereka boleh berkhotbah, jika bakatnya jelas, jika khotbahnya beres, dan sebagai wanita mereka mempunyai hak berdoa.
Tetapi wanita tidak boleh mengajar menentukan doktrin, karena istilah, “aku tidak mengizinkan wanita berkhotbah,” istilah aslinya berarti mengajar, mengajar dengan keberanian sendiri, menentukan sebuah doktrin, dan menyuruh laki-laki untuk ikut. Itu tidak diizinkan. Jadi perbedaan ini harus kita teliti dan tidak sembarangan. Jika ketika seorang wanita ditanya, “Mengapa engkau berani berkhotbah?” Ia menjawab, “Tuhan yang mewahyukan kepada saya dan Roh Kudus menggerakkan saya, maka saya berkhotbah.” Ketika mereka berani mengatakan hal yang demikian, setelah seluruh Alkitab genap diwahyukan, terbukti Roh Kudus tidak pernah memakai wanita, tidak pernah mewahyukan firman Tuhan untuk wanita. Maka semua wanita yang berani berkata, “Saya diwahyukan oleh Roh Kudus, saya membicarakan Roh Kudus yang menggerakkan saya membicarakan firman Tuhan,” maka itu semua palsu. Dari Kejadian sampai Wahyu, ada 66 kitab dan semua diberikan kepada laki-laki, tidak ada yang kepada wanita.” Sehingga jika pada waktu antara dua perjanjian, di mana PL sudah selesai sementara PB belum selesai, ada wanita yang berani berkhotbah dan berkata bahwa ia mendapat wahyu, maka itu semua palsu. Maka kita tidak sembarangan dalam hal ini. Di sini dikatakan, kuasa berkhotbah akan habis, nubuat akan selesai, karunia lidah akan berhenti, bukan firman yang berhenti, karena firman itu kekal adanya, tetapi yang berkhotbah akan berhenti karena kita tidak lagi perlu khotbah ketika berjumpa dengan Tuhan.
Alkitab telah digenapi secara mutlak, kita tidak perlu mendengar orang berkata, “Aku mendapat wahyu, Tuhan berkata kepadaku.” Sekarang banyak orang yang berani mengatakan kalimat seperti itu di gereja Karismatik yang fanatik. Itu semua kita tolak. Kita tidak sembarangan dan hanya percaya bahwa firman yang asli sudah ada di dalam Alkitab. Alkitab berkata kasih tidak berkesudahan. Kuasa khotbah akan berhenti, kuasa nubuat akan berhenti, dan karunia lidah akan lenyap, tetapi firman Tuhan kekal, dan kasih itu kekal. Kasih tidak berkesudahan. Kasih akan terus mengikuti manusia, dan kita harus mengerti bagaimana mencapai cinta yang tidak berkesudahan.
Di dalam dunia ini banyak orang yang belum mengerti kasih tetapi sudah berani menikah. Setelah menikah baru sadar, bahwa ia belum mengerti cinta. Ada orang yang sudah menikah dua puluh tahun masih belum tahu apa arti cinta. Mengapa ia berani menikah walaupun belum belajar apa arti cinta? Karena waktunya sudah sampai, banyak orang yang menikah karena terdesak waktu. Sudah berumur tiga puluh tahun lebih, jika tidak menikah sekarang maka tidak laku, cepat-cepat menikah karena perlu seks, perlu pendamping supaya tidak kesepian. Tetapi kasih tidak berkesudahan, kasih yang kekal diperlukan dan diajarkan di dalam Alkitab. Sebenarnya kasih yang tidak berkesudahan hanyalah kasih Tuhan. Kasih manusia ketika mati akan berhenti. Ketika jika salah satu di antara suami istri ada yang mati dahulu, pernikahan mereka akan berhenti. Maka cinta yang kekal hanya ada di dalam Tuhan. Tuhan memberkati kita. Amin.