Kristus mewujudkan kehendak Allah Bapa dengan turun dari sorga ke dunia sebagai satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia. Karya-Nya begitu banyak, sehingga kita butuh banyak waktu untuk membicarakannya. Dalam versi aslinya Pengakuan Iman Rasuli hanya menggunakan tiga kali istilah credo (aku percaya).
Objek iman kita hanya Allah Tritunggal. Tiga Pribadi bukan tiga Allah, tetapi satu Allah. Inilah objek iman yang benar. Allah rela mewahyukan diri-Nya kepada manusia yang Ia pilih agar mereka boleh mengenal diri-Nya dalam jalur dan konsep yang benar, akurat, dan lengkap. Percaya Yesus sebagai Tuhan, merupakan hal yang berbeda dengan semua konsep agama, filsafat, dan kebudayaan.
Yesus turun ke dunia pada saat pertama kali ada seorang manusia menyebut dirinya “tuhan” dan menuntut semua kaum yang ditaklukkannya harus mengakui bahwa mereka milik kaisar. Pada saat itu kaisar berkata, “Akulah tuhanmu yang menguasai hidupmu, kebebasanmu, nasibmu, dan segala harta bendamu.” Ketika manusia berani meninggikan diri seperti Allah dan mengklaim diri sebagai pemilik sesamanya dan segalanya, Allah di sorga berkata, “Tidak!” Tuhan atas umat manusia adalah Allah sendiri. Penguasa segalanya ialah Sang Pencipta. Kristuslah Tuhan yang asli. Ketika kaisar menyebut diri tuhan, maka Yesus turun ke dunia.
Galatia 4:4 mencatat, “Tetapi setelah genap waktunya, Yesus turun.” Semua theolog menafsirkan saat Yunani sudah matang, saat Romawi sudah menjajah banyak tempat, lalu lintas sudah cocok dan seragam di seluruh Eropa, maka itulah waktu yang tepat untuk Kristus lahir. Bagi saya, memang hal itu benar, tetapi tidak lebih penting daripada ketika tepat waktunya manusia berani menyebut diri “tuhan”. Kristus turun sebagai Tuhan yang asli dan membuktikan yang lain itu palsu.
Khususnya tiga tahun terakhir ini, saya terus menyelidiki relasi sejarah dan intervensi Tuhan. Pada saat sejarah berjalan, dan Tuhan melihat sesuatu tidak beres, Ia campur tangan. Tetapi kita pun melihat sebaliknya, pada saat sejarah berjalan menuju kebaikan, setan campur tangan. Di dunia memang ada dua keturunan yang saling bertentangan, yaitu keturunan perempuan dan keturunan ular. Yesus berkata, “Roh Kudus akan datang memimpinmu masuk ke dalam seluruh kebenaran.” Bagi saya, kalimat ini bersifat progresif, berarti selain kebenaran yang pernah engkau tahu dalam sejarah, masih ada kebenaran yang akan datang di Hari Tuhan. Segala kebenaran yang sudah ada dalam sejarah dan yang akan datang digabungkan, barulah itu menjadi kebenaran yang utuh.
Mengapa disebut Yesus dan Kristus? Malaikat berkata kepada Yusuf, “Ambillah Maria menjadi istrimu, dan engkau akan mendapat seorang anak. Beri Ia nama Yesus, karena Ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa.” Kata “Yesus” sama dengan “Yosua”, yang berarti “Allah menyelamatkan”. Sedangkan “Kristus” berarti “Yang Diurapi”. Alkitab mengatakan bahwa urapan hanya diberikan kepada orang-orang pilihan. Di dalam kekristenan, yang diurapi disebut pendeta atau penginjil, sedangkan yang tidak diurapi disebut anggota biasa. Dalam Perjanjian Lama, ada dua jabatan yang harus diurapi: raja dan imam, yaitu dengan menuangkan minyak ke atas kepalanya. Pengurapan diberikan kepada orang yang dipilih, bukan atas kemauan orang itu sendiri. Allah memilih raja dan memanggil imam sebagai pelayan-pelayan-Nya di bumi. Kehendak Allah lebih penting daripada ambisi dan kemauan pribadi manusia. Ketika Allah mengurapi seseorang, ada rencana-Nya sebelum dunia diciptakan. Raja dan imam diurapi, maka Saul diurapi, Daud diurapi, semua raja diurapi. Tetapi pengurapan ini dilakukan dengan syarat yang ketat.
Orang Israel bisa memiliki raja, karena ada satu suku, yaitu suku Yehuda yang ditetapkan Allah untuk menghasilkan para raja. Yehuda adalah anak Yakub yang keempat. Yehuda tidak lebih dikasihi Yakub ketimbang Yusuf. Pada saat muda, Yusuf diberi pakaian warna-warni yang membuat iri saudara-saudaranya. Tanpa diketahui ayahnya, Yusuf dijual menjadi budak ke Mesir. Ia menolak godaan untuk berzinah, lalu dibenci dan dimasukkan ke dalam penjara. Tetapi Allah mengetahui semua itu. Yusuf tidak seharusnya dipenjara, maka penjara menjadi tempat Allah menambah modal politik bagi Yusuf, sehingga ketika keluar dari penjara, ia menjadi Raja Muda Mesir.
Kristus harus menjadi manusia, agar di antara Allah dan manusia ada Pengantara. Saya percaya Kristus diurapi dalam kekekalan. Di antara kekekalan dan sejarah ada satu titik temu antara Allah dan manusia, antara sorga dan bumi, antara yang mutlak dan yang relatif, antara yang suci dan yang berdosa. Allah yang Mahasuci menjumpai para pendosa melalui Kristus. Para pendosa bisa bertemu Allah melalui Kristus. Kristus menjadi titik mula dari semua ciptaan. Melalui-Nya, karena-Nya, dan bagi Dialah segala sesuatu diciptakan. “Anak-Nya yang Tunggal”, Yesus Kristus, ialah Anak Allah yang Tunggal. Itu berarti, Anak itu hanya satu dan memiliki hidup yang sama kualitasnya dengan Bapa. Jika ayah-ibu memiliki hidup seperti apa, maka natur anaknya pasti sama. Inilah arti anak. Anak menerima hereditas, kromosom, DNA, sesuai dengan ayah dan ibunya, dan dari situ keturunan tidak berubah hingga saat ini. Sejarah tidak pernah membuktikan adanya suatu spesies yang bisa berubah menjadi spesies lainnya.
Buku On the Origin of Species, yang ditulis oleh Charles Darwin, tidak pernah memberitahukan hidup berasal dari mana, kecuali pada alinea terakhir dari tulisan lebih 300 halaman, ia mengakui, “Kehidupan yang pertama seharusnya datang dari nafas Allah sendiri.” Sebenarnya Hegel telah membahas tentang paradoks pengembangan dialektis. Kemudian d’Holbach membahas Materialisme Mekanik. Darwin membahas perubahan dari spesies ke spesies lainnya. Dan, Karl Marx, mau menggabungkan semua ini untuk menunjang teorinya. Marx berkata, “Sebagai ungkapan terima kasih karena teorimu sangat menunjang teoriku, maka aku mengirimkan Das Kapital sebagai hadiah untukmu.” Sayangnya, Darwin tidak mau menerimanya.
Allah mau hidup memiliki jenis melalui keturunan, dan yang diturunkan harus sejenis dengan hidup yang menurunkan. Tuhan tegaskan jenis yang sama melahirkan anak untuk keturunannya. Alkitab berkata, “Yesus Anak Allah,” berarti Yesus memiliki hidup Allah. Karena Allah Bapa ialah Allah sebagai Bapa, Allah Anak ialah Anak yang juga Allah, karena Allah memperanakkan Allah. Yesus dilahirkan Allah Bapa, Yesus ialah Anak Allah, maka Yesus ialah Allah. Jadi Allah memperanakkan Allah, ini merupakan hal yang wajar, logis, dan mutlak benar.
Manusia adalah manusia, maka anak manusia adalah manusia. Ini mudah kita mengerti. Namun, Allah adalah Allah, maka Anak Allah adalah Allah, menjadi sulit diterima. Manusia melahirkan manusia, maka menjadi dua manusia. Allah memperanakkan Allah Anak, tetapi mengapa tetap hanya satu Allah? Allah adalah Roh, sementara manusia itu materi. Allah menciptakan manusia dalam keadaan paradoks di mana materi mengurung atau mengandung roh di dalamnya, sehingga di antara roh dan materi terdapat dua zat yang berbeda, tetapi menyatu di dalam satu oknum. Sedangkan hal ini tidak terjadi pada Allah. Allah adalah Roh, Allah tidak memiliki sesuatu yang bersifat berbeda yang kemudian mengurung Roh-Nya atau berada di dalam Roh-Nya. Maka, Allah memperanakkan Allah, tetapi tetap merupakan satu Allah. Kita merasa kesulitan dan seolah kebenaran ini dipaksakan masuk ke logika kita. Allah melampaui logika manusia, sehingga kita tidak boleh menggunakan logika yang dicipta Allah untuk mengikat Allah. Allah memperanakkan Yesus, Anak Allah. Pernyataan ini bukan untuk membedakan satu atau dua Allah, tetapi untuk membuktikan bahwa Ia memiliki sifat hidup ilahi. Bagaimana sifat hidup Allah, maka sifat itu akan diberikan kepada Anak, sehingga Anak memiliki sifat hidup yang sama. Di dalam Yohanes 5:26 dikatakan, “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.”
Sebagai Anak, Yesus masih memerlukan satu langkah lagi. Yesus masih harus lahir di dunia menjadi Anak Manusia. Jadi, di dalam kekekalan, Yesus memiliki hidup pada diri-Nya sendiri sebagai Allah, tidak perlu diberi; tetapi ketika menjadi manusia, berinkarnasi dalam tubuh yang bersifat materi, yang membatasi ke-Roh-an-Nya sebagai Anak Allah yang kekal, Anak Manusia yang bernama Yesus juga memiliki hidup pada diri-Nya sendiri seperti Allah memiliki hidup pada diri sendiri. Yesus Anak Allah, berarti Yesus memiliki hidup ilahi, hidup pada diri-Nya sendiri, hidup yang kekal. Ia bukan memiliki sifat hidup kekal dalam dunia melampaui materi dan ciptaan, tetapi Ia pernah turun ke dunia hingga yang turun ini adalah Dia yang tadinya di atas. Ia adalah Anak Allah yang turun menjadi Anak Manusia. Maka, sebagai Anak Manusia, Ia dikaruniai hidup seperti itu. Maksudnya, tidak ada yang lain yang seperti Yesus.
Kita telah selesai membicarakan istilah “Anak”. Kini kita mau masuk ke dalam istilah “dilahirkan”. Yesus ialah Anak Tunggal yang dilahirkan. Ia dilahirkan, untuk membedakan Dia dari semua ciptaan. Tidak ada pribadi lain, kecuali Yesus, yang dilahirkan dari Allah. Berarti, tidak ada manusia yang dilahirkan dari Allah, kecuali mengikut Yesus mendapat kelahiran baru dari Roh Kudus. Aslinya kita dicipta. Setelah kita dilahirbarukan oleh Roh Kudus, barulah Roh Kudus memberikan hidup yang baru kepada kita. Yesus satu-satunya Pribadi di seluruh alam semesta yang tidak perlu dicipta. Ia dilahirkan, itu berarti tidak dicipta. Itu berarti Yesus adalah manusia yang tidak pernah dicipta oleh Allah, karena Ia sendiri adalah Allah, yang setara dengan Allah Bapa, dan tidak perlu ada melalui tindakan rencana kehendak Allah mencipta. Maka, Yesus adalah Allah, Ia adalah Anak Allah, yang melampaui atau melintasi penciptaan; Ia dilahirkan.
Kini kita masuk ke istilah yang ketiga, yaitu “Tunggal”. Itu berarti Yesus memiliki kedudukan yang terunik; sama seperti Roh Kudus memiliki kedudukan yang terunik. Satu-satunya Anak, tidak dicipta dan tunggal, yaitu Yesus. Roh Kudus pun tidak berbagian dalam status ini. Roh Kudus tidak dicipta, tidak dilahirkan, tetapi keluar dari Allah. Roh Kudus adalah Pribadi Ketiga yang sendiri-Nya juga adalah Allah, memiliki esensi ilahi, tidak dicipta dan tidak dilahirkan, tetapi keluar dari Bapa dan Anak. Maka Ia disebut Roh Allah. Roh Kudus keluar dari Kristus, sehingga disebut Roh Kristus. Barang siapa tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Dengan demikian Yesus menjamin kita memiliki status di dalam diri-Nya, karena melalui Roh Kudus melahirbarukan dan memperanakkan kita, barulah kita disebut anak-anak Allah.
Yesus dilahirkan Allah secara pribadi, Ia satu-satunya; tetapi kita dilahirkan melalui Roh yang diberikan Kristus kepada kita, sehingga kita mendapat kelahiran Roh Kudus, bukan langsung dilahirkan Bapa. Yesus, Anak kelahiran Allah yang Tunggal, Anak memiliki hidup yang sama, kelahiran bukan dicipta, tunggal berarti tidak ada bandingnya. Roh Kudus keluar dari Allah Bapa dan Allah Anak.
Yesus lahir menjadi manusia untuk menebus dosa manusia, menjadi Pengantara. Yesus memakai istilah Allah agar para murid-Nya mengerti bahwa Ia bukan manusia biasa. “Dan barang siapa yang ikut Aku harus memakan daging-Ku, minum darah-Ku, jika tidak, tidak ada hidup kekal di dalamnya.” Kalimat ini sulit diterima logika manusia, sulit dicerna secara ide dan rasio manusia, maka Yesus dibunuh. Yesus adalah manusia paling paradoks di dalam sejarah.
Filsuf Denmark, Søren Aabye Kierkegaard, berkata, “Ia adalah satu-satunya Pribadi Paradoks yang berhasil.” Ia berkata, kalimat yang tidak bisa dimengerti melalui rasio, tidak bisa diterima melalui logika, tetapi tidak melawan logika atau membentur rasio, karena bersifat suprarasio atau supralogika. Yesus satu-satunya yang berlawanan dengan semua pemikiran orang yang menganggap diri bijak, sehingga akhirnya Ia harus mengorbankan diri-Nya. Delapan ratus tahun setelah Tuhan Yesus naik ke sorga, orang mulai memikirkan siapa Dia, mengapa Dia bisa menenangkan laut, tetapi Ia hanya seorang manusia biasa. Ini manusia yang perlu makan, uang-Nya didukung wanita miskin. Wanita di Galilea mengikuti Dia, melihat-Nya melakukan mujizat, memberi makanan dan uang untuk menunjang hidup Yesus. Namun, Tuhan Yesus tidak perlu berterima kasih kepada mereka, karena Yesus tahu ini semua pemberian dari Allah. Segala yang dilakukan-Nya supranormal. Akhirnya, mereka yang mengobservasi Yesus, termasuk adik-adik-Nya dan perampok yang disalib di samping-Nya, mengakui Yesus sebagai Tuhan. Melalui empat ratus tahun perdebatan tentang Allah Tritunggal dan Kristologi, akhirnya manusia menemukan bahwa Yesus ialah Tuhan, dan ini dicantumkan di dalam Pengakuan Iman Rasuli, hingga tujuh ratus lima puluh tahun.
Hingga abad ke-8 baru lengkap menjadi Pengakuan Iman Rasuli yang sempurna, tetapi di dalamnya banyak kalimat yang dianggap kalimat gila. Saya percaya Allah menjelma menjadi manusia, percaya Orang ini tidak ada dosanya, percaya Ia mati mengganti dosa kita, percaya Ia sudah mati bangkit lagi. Di dalam empat ratus tahun, kekristenan telah menaklukkan sepertiga manusia menjadi Kristen dan memanggil, “Engkau Tuhanku!” Ketika orang Yahudi berkata, “Yehovah adalah Tuhanku,” kepala mereka dipenggal. Konstitusi Romawi menyatakan kaisar adalah Tuhan. Maka banyak orang Yahudi yang menentang, dipenggal kepalanya, sampai darah berlumuran di Yerusalem. Akhirnya, gubernur Yerusalem gemetar tidak berani membunuh lagi, dan orang Yahudi di Yerusalem dan Yudea boleh memanggil Yehovah sebagai Tuhan dan tidak usah memanggil kaisar sebagai Tuhan. Kebijakan ini berjalan berpuluh-puluh tahun hingga ada Seorang yang bukan Yehovah dipanggil Tuhan, yaitu orang Nazaret yang bernama Yesus. Kaisar marah lagi, dan membunuh semua orang Kristen. Pada saat orang Romawi membunuh orang-orang Kristen, orang Yahudi senang, karena Yesus dipandang sebagai bidat.
Mereka tidak sadar, kekristenan dalam beberapa abad memenangkan sepertiga populasi manusia, karena kekristenan membawa pengharapan bagi kaum miskin. Saat itu kekristenan memberitakan bahwa baik tuan maupun budak, baik kaya maupun miskin, baik pria maupun wanita, baik Yahudi maupun kafir, semua mempunyai derajat yang sama di hadapan Allah. Sampai akhir abad keempat, Agustinus, salah seorang Bapa Gereja yang pemikirannya paling tajam dalam sejarah, menulis On the Trinity, maka barulah mulai menjadi jelas. Ketika Agustinus melihat kekristenan mau dihancurkan, ia menulis salah satu buku terpenting dalam kekristenan, The City of God. Ketika ia menulis, seluruh dunia berusaha menghancurkan kekristenan dan ia mulai sadar, barang siapa terus mementingkan kekayaan dan kekuasaan dunia, ia mungkin jauh dari Kerajaan Allah. Tetapi di dalam On the Trinity ada pemikiran yang ia tulis yang menjadi kesulitan di kemudian hari, yaitu tentang dari mana adanya Roh Kudus. Ia menuliskan bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak, yang delapan ratus tahun kemudian menimbulkan perselisihan dan perdebatan besar.
Pada abad ke-11, ketika doktrin Roh Kudus diperdebatkan, Gereja langsung terpecah menjadi dua. Mereka yang percaya Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak, mengikuti Agustinus, menjadi Gereja Katolik Roma. Mereka yang percaya Roh Kudus keluar dari Bapa saja, tidak ada bagian dari Anak, menjadi Gereja Ortodoks Timur, yang saat ini ada di Yunani, Rusia, dan Suriah. Ini perpecahan besar pertama kali dalam sejarah gereja setelah Kristus naik ke sorga. Vatikan menetapkan percaya Roh Kudus dari Bapa dan Anak, tetapi Ortodoks Timur percaya Roh Kudus tidak perlu dari Anak. Dalam istilah theologi, ini disebut filioque (berarti and the Son), yaitu Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak. Ajaran ini diterima oleh para Reformator, seperti Luther dan Calvin. Maka, Roh Kudus disebut Roh Allah, Roh Kekal, Roh Kebenaran, Roh Yehovah, juga disebut Roh Yesus, Roh Kristus, dan Roh Anak. Menurut Agustinus, Bapa dan Anak menjadi Sumber Roh Kudus. Amin.