Allah telah menyiapkan sebuah kuburan baru yang belum pernah dipakai untuk menyambut kematian Anak Allah yang tunggal, dan memberi-Nya tempat istirahat terbaik. Seperti telah diungkap sebelumnya, frasa “turun ke dalam kerajaan maut” belum muncul hingga abad ke-7. Umat Kristen memang pernah mendiskusikan tentang Yesus turun ke dalam kerajaan maut, tetapi belum pernah ditemukan sebagai suatu dokumen atau kredo. Barulah pada abad ke-8 dalam Kredo Aquileia yang ditemukan, muncul frasa “turun ke dalam kerajaan maut,” barulah secara harfiah, gereja mulai melihat dan harus memberi respons: Apakah pernyataan iman ini perlu, benar, dan alkitabiah?
Mengapa hingga 700 tahun lamanya orang Kristen belum menegaskan frasa ini secara jelas dan pasti? Saya percaya ada banyak usulan, alasan, dan pemikiran dunia kuno yang ditawarkan, sehingga mereka tidak gegabah untuk segera menuliskan. Kredo Aquileia menghentikan semua kesimpangsiuran dan menjadi dokumen yang sah, meski ini pun tetap diragukan banyak orang. Delapan ratus tahun kemudian, saat Reformasi terjadi pada abad ke-16, para Reformator terpenting dan terbesar (Luther, Calvin, Bullinger, Beza, Melanchthon, dan Zwingli) mengakui frasa ini dalam kredo, barulah dunia mulai tenang dan gereja mulai menerima bahwa Yesus pernah turun ke dalam kerajaan maut sebagai fakta sejarah dan kredo yang harus terus dipelihara.
Namun, pada abad ke-19 dan 20 ada beberapa orang yang tidak mau menerima frasa ini, termasuk ada pendeta yang menganggap Yesus tidak turun ke dalam kerajaan maut. Sebelum Yesus mati, Ia berkata, “Engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di Firdaus.” Bukankah melalui ayat ini Yesus berkata bahwa Ia tidak pergi ke neraka atau kerajaan maut, tetapi ke Firdaus? Bagaimana bisa kita menyangkali ucapan Yesus? Tafsiran “Yesus turun ke dalam kerajaan maut” bukan saja simpang siur, tetapi juga disimpulkan dalam berbagai tafsiran yang berbeda-beda.
Ada pandangan bahwa Yesus masuk dalam kuburan, karena kuburan itulah kerajaan maut, tempat ke mana orang mati pergi, seperti neraka, dan sebagainya. Pertama kali pengertian “akhirat” muncul di Perjanjian Lama keluar dari mulut Yakub, “Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku, dalam dunia orang mati!” Berarti ia akan berkabung sampai mati, karena anak yang paling ia cintai, Yusuf, sudah dimakan binatang buas. Tetapi, ayat ini tidak memiliki penjelasan selanjutnya. Penjelasan selanjutnya muncul dalam bait-bait yang ditulis para penyair dan pemazmur. “Sebab dalam maut tidaklah orang ingat pada-Mu; siapakah yang akan bersyukur pada-Mu dalam dunia orang mati?” (Mzm. 6:6). Maka, yang disebut “akhirat” itu adalah tempat orang mati tenang, tidak ada kegiatan jiwa berbakti, memuji, atau bersyukur kepada Tuhan.
Masih ada beberapa ayat penting dalam Kitab Mazmur tentang akhirat. Yang terpenting adalah Mazmur 16 tentang Yesus Sang Kudus dari Allah yang belum inkarnasi ke dunia, “Sebab Engkau tidak menyerahkan Aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan” (Mzm. 16:10). Dua frasa ini berkata: (a) Jiwa-Nya tidak tertinggal di akhirat, yang merupakan tempat ke mana manusia pergi setelah mati. Bukankah ini berarti Ia pernah pergi tetapi tidak tinggal tetap di situ? Seperti kita mengunjungi penjara, lalu keluar lagi. Para napi ditahan di dalam, tetapi kita boleh keluar lagi. Demikian Yesus, sesudah bangkit, jiwa-Nya tidak tertahan di akhirat, tempat orang mati.
(b) Tubuh-Nya tidak mengalami kerusakan, yang merupakan dampak Kristus yang mati menggantikan kita. Selama lebih dari dua hari Ia dikubur dan pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati. Selama dikuburkan sampai bangkit dari kematian, tubuh-Nya tidak mengalami kerusakan. Setelah manusia mati selama 10-20 jam, tubuhnya akan mulai rusak, mengeluarkan ulat-ulat dan bau, dan tidak mungkin utuh lagi. Allah tidak mengizinkan Yesus mati lalu jiwa-Nya tertinggal di akhirat dan tubuh-Nya mengalami kerusakan, maka saat dibangkitkan, Ia bangkit dengan tubuh yang utuh dan jiwa-Nya kembali. Ini semua dicatat dari Kejadian sampai Wahyu. Kristus Sang Kudus dari Allah, Firman yang berinkarnasi, Tuhan yang menjadi manusia, Ialah manusia sejati yang berdarah dan berdaging. Kristus tidak tertahan di kerajaan maut, tubuh-Nya tidak rusak dan Ia bangkit.
Menurut urutan waktu, Yesus disalibkan, mati, dikuburkan, dan turun ke dalam kerajaan maut. Yesus turun ke dalam kerajaan maut setelah Ia mengembuskan napas terakhir, menyerahkan nyawa-Nya kepada Allah, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku,” lalu Ia mati. Setelah itu baru Ia pergi. Jika nyawa-Nya diserahkan kepada Bapa, apakah Bapa yang melemparkan nyawa-Nya ke dalam kerajaan maut? Atau Bapa memelihara-Nya di Firdaus? Kita pikir Ia bersama perampok yang bertobat di Firdaus di pangkuan Allah, berarti Tuhan memelihara Dia. Tetapi, mungkinkah Allah memakai Dia menggantikan kita, menyuruh-Nya turun ke dalam kerajaan maut sebagai Pengganti, agar kita tidak pergi? Pada saat orang kaya dan Lazarus mati, orang kaya itu ingat siapa Lazarus dan tahu kondisinya. Ia masih sadar dan ada dalam api penyiksaan. Ia berkata, “Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus agar mencelupkan jarinya ke air dan menyejukkan lidahku sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.” Ini satu-satunya penjelasan tentang sesudah mati manusia ke mana. Yesus mengerti segala sesuatu karena Ia adalah Allah Sang Pencipta, Ia memberitahukan bahwa setelah mati Ia akan pergi bukan ke satu tempat, tetapi ke satu tempat yang terdiri dari dua bagian. Satu bagian disiksa dan terus menderita bagi mereka yang berbuat jahat, tidak beriman kepada Tuhan, dan tiap kali ada kesempatan berdosa terus. Tetapi satu bagian lagi namanya “pangkuan Abraham” ke mana kaum beriman pergi, yaitu kaum beriman di Perjanjian Lama, yang memilih hidup suci, bajik, adil, dan penuh kasih. Maka kita harus melihat adanya dua tempat, yaitu tempat berapi dan tempat di mana ada pangkuan Abraham.
Tidak ada pengajaran tentang dua tempat ini secara jelas di dalam Perjanjian Baru, sampai Kitab Wahyu memberikan pengertian tentang Yerusalem Baru, tentang neraka yang tidak berhenti-henti dan siapa yang masuk ke dalamnya. Sesudah Yesus mati, Ia turun ke dalam kerajaan maut. Langkah ini berarti tindakan sesudah Ia mati dan dikuburkan. Pemikiran ini telah menjadi konsep ajaran Katolik di dalam menjelaskan seluruh Alkitab, yaitu: Yesus masuk ke tempat di mana Lazarus pergi. Yesus turun ke dalam kerajaan maut, Ia tidak masuk ke tempat orang kaya pergi, karena orang kaya diberi tahu Abraham, “Di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi agar mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.”
Orang Katolik juga berkata, “Yesus sudah mati, turun ke dalam kerajaan maut.” Ia turun ke bagian pangkuan Abraham. Ia pergi sebagai Pemenang, karena Ia adalah Anak Allah, Firman yang menjadi daging, Allah yang menjadi manusia berdarah dan daging, dan akhirnya melalui kematian-Nya Yesus berperang melawan penguasa maut yaitu Iblis. Yesus sengaja mati untuk melepaskan orang yang sudah mati sebelum Dia, yang beriman, dan berbuat bajik, tetapi belum sampai melihat Yesus menang di atas salib. Mereka tertahan di alam maut, sedang menantikan waktu pelepasan karena iman mereka. Pada saat Yesus mati, Ia pergi ke dunia orang mati, kerajaan maut. Menurut Katolik dan Lutheran, Yesus pergi ke pangkuan Abraham. Ia di situ mengumumkan dan memproklamasikan, “Rencana anugerah keselamatan dari Tuhan sudah disiapkan Allah Bapa dan Aku sebagai Anak Allah sudah menggenapinya. Aku sudah menang, Aku sudah menaklukkan setan. Di sini Aku memproklamasikan bahwa pengharapanmu yang telah kau nanti-nantikan tidak sia-sia dan kosong, sekarang sudah terjadi dan tergenapi. Karena itu sekarang Aku memberikan keselamatan kepada kalian semua yang mati di Perjanjian Lama.” Orang Katolik dan Lutheran percaya bahwa di dalam kerajaan maut ada sebagian orang diselamatkan, tetapi Yesus belum datang. Mereka telah menantikan selama ratusan bahkan ribuan tahun. Ketika Yesus datang, mereka baru sadar, “Apa yang kupercayai itu benar, apa yang kuharapkan dari Kristus telah digenapi, dan Kristus Tuhanku telah menang dan menaklukkan kuasa setan.” Maka, mereka berterima kasih dan berseru, “Haleluya!” Sedangkan yang mati tidak beriman, berbuat jahat, tidak mengenal dan berharap kepada Kristus akan berada dalam api selamanya. Di sini terjadi pemisahan.
Ketika Luther membongkar dan merubuhkan kesalahan Katolik, Calvin membangun kembali struktur iman kepercayaan yang sistematis dan lengkap. Calvin memiliki pikiran yang berbeda. Pemikiran Katolik dan Lutheran berbeda di poin ini dengan pemikiran Calvin. Calvin berkata, frasa “turun ke dalam kerajaan maut” bukan kata kerja, tetapi kata sifat. Jadi, Yesus turun bukan secara geografis, tetapi Ia merendahkan diri. Inilah artinya “turun”. Sebagaimana Ia turun dari sorga ke bumi, Ia turun dari derajat Allah menjadi manusia, Pencipta menjadi serupa dengan ciptaan, yang tidak tampak menyatakan diri secara kasat mata, Sang Pencipta langit dan bumi masuk ke dalam dunia ciptaan-Nya. Turun ke dunia, sebagai manusia yang tidak punya hak asasi. Ia direndahkan, diremehkan, diejek, diumpat, difitnah, diadili, dan dipaku di atas salib. Turun terus merendahkan diri menjadi manusia yang paling hina di dunia.
Calvin berkata bahwa Ia bukan saja turun untuk dihina, bahkan sampai menerima sengsara salib dan sengsara neraka, yaitu seperti orang yang berada dalam penghukuman Tuhan. Ia turun dalam sengsara neraka tetapi ditanggung di atas salib. Ada perbedaan dengan urutan: sesudah mati Ia dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut. Calvin berkata bahwa ketika Kristus di atas kayu salib, sebelum Ia mati, Ia sudah turun sampai ke dalam derajat hukuman neraka yang menakutkan. “Turun ke dalam kerajaan maut,” berarti Ia begitu merendahkan diri sampai menerima kematian seperti di neraka menggantikan kita. Penjelasan yang sama sekali berbeda, maka ajaran kepercayaan kita menurut Pengakuan Iman Rasuli sesuai dengan pengertian Calvin yang menjadi dasar Theologi Reformed.
Kita percaya Yesus mati bagi kita, sungguh menerima sengsara, kepahitan, dan hukuman yang terberat seperti di neraka. Pada saat orang Israel keluar dari tanah Mesir, Tuhan berkata, “Potonglah seekor domba lalu oleskan darahnya itu di atas ambang pintu, agar malaikat yang membawa maut, saat melihat ada darah di ambang pintumu, akan melewatimu.” Istilah pass over (Ind.: dilewati) menjadi Passover yaitu Paskah. Melewati, maka tidak masuk rumahmu, tidak membunuh anak sulungmu. Ia akan pass over, melewati, dan pergi ke tempat lain untuk membunuh anak-anak sulung Mesir. Itu namanya Paskah, melewati. Melewati karena di pintu ada darah domba. Maka anak sulung dalam rumah itu tidak usah mati, karena sudah ada domba yang mewakilinya untuk mati. Saat domba itu mati menggantikan orang yang memotong domba, berarti penggantian adalah cara Tuhan untuk menyelamatkan umat-Nya. Maka, Injil bersifat substitutif. Ini telah menjadi theologi yang penting baik di seluruh Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Pada waktu Yesus tampil di depan, dinyatakan pada banyak orang, Yohanes Pembaptis berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah yang memikul dosa seluruh umat manusia.” Mereka tahu siapa Yesus. Yesus ialah Juruselamat, domba yang disembelih, domba pengganti, seperti yang terjadi pada hari Paskah sesaat sebelum Israel keluar dari Mesir, harus ada domba yang mati menggantikan mereka. Ini semua sudah diatur Allah. Yohanes Pembaptis mengerti dengan jelas bahwa Yesus adalah yang ia layani. Yesus ialah Domba Allah yang disembelih, yang ditetapkan sejak dunia diciptakan, dan Juruselamat yang menggantikan kita.
Musa berkata kepada orang Israel, “Pada saat engkau menyembelih domba itu, darahnya dibubuhkan di atas ambang pintu, dagingnya tidak boleh dimasak dengan air, tetapi harus dipanggang dengan api.” Ketika saya menyelidiki, memikirkan kembali, domba Paskah yang tidak boleh dimasak dengan air tetapi harus dibakar dengan api, artinya Yesus harus melewati api neraka, mengalami penderitaan seperti hukuman di neraka. Yesaya 66:24, menyatakan bangkai mereka yang telah memberontak kepada Tuhan, ulat-ulatnya tidak akan mati dan apinya tidak akan padam. Ini berarti berada di dalam penderitaan kekal. Calvin berkata, “Yesus turun ke dalam kerajaan maut saat di atas salib.” Berarti bukan tubuh-Nya yang sudah mati dan dikuburkan baru turun ke dalam kerajaan maut, tetapi pada saat sebelum mengembuskan napas terakhir, sebelum mati di atas salib, Ia sudah menanggung dosa kita dalam tubuh-Nya di atas salib.
Menurut 1 Petrus 2:24, Yesus dipaku di atas kayu salib dan Yesus menanggung dosa kita di dalam tubuh-Nya di atas salib. Itu berarti, sebelum Tuhan Yesus mati, Ia sudah menanggung dosa kita, menerima hukuman terberat yang seharusnya masuk dalam neraka karena di situ ada api. Dibakar dengan api, berarti Yesus menanggung penderitaan sengsara sepahit, sekejam, dan sesusah seperti di neraka.
Ia berkata, “Allah-Ku, Allah-Ku, kenapa Engkau meninggalkan Aku?” Ditinggalkan Allah Bapa itu namanya neraka. Neraka yaitu tempat di mana tidak ada penyertaan Allah, tempat pemisahan untuk selamanya. Allah tidak menggubris, tidak lagi mengasihi, tidak lagi memelihara, dan tidak hadir. Itulah api neraka. Yesus menerima api neraka menggantikan kita. Itu artinya Ia turun ke dalam kerajaan maut.
Jika kita mengikuti ajaran Katolik, Yesus ke situ memberi proklamasi, lalu mengumpulkan kaum suci dan dipindahkan ke sorga. Di dunia roh tidak ada atas-bawah, tetapi melampauinya. Yesus menggantikan dosa kita, turun ke dalam kerajaan maut, menanggung sengsara seperti di neraka saat Ia mati di atas salib.
Ada orang yang memakai butir dari Pengakuan Iman Rasuli ini untuk digabungkan dengan pengertian yang dia anggap benar, yaitu Yesus pergi ke dunia orang mati untuk mengabarkan Injil. Lalu dicari di Alkitab, ada dua kali di surat 1 Petrus. Orang mati ada Injil yang diberitahukan. Dan Yesus pernah melalui Roh itu pergi menginjili pada zaman Nuh kepada orang yang jiwanya tertahan. Kedua kalimat ini tidak boleh diartikan sebagai adanya kesempatan bagi orang mati untuk mendengar Injil dan bertobat. Kedua kalimat itu harus dimengerti, bahwa mereka yang sudah mati dulunya mereka pernah mendengarkan Injil tetapi mereka tolak dan sekarang mereka sudah berada di dunia orang mati. Artinya, pertama, mereka yang sudah meninggal pun pernah menerima pengabaran Injil. Mereka semua pernah punya kesempatan untuk bertobat tetapi tidak mau. Dan kedua, saat Petrus berkata, “Yesus memakai Roh pergi memberitakan kepada mereka yang dibelenggu pada zaman Nuh,” artinya tiap zaman orang-orang menginjili dengan kuasa Roh Kudus.
Tuhan berkata, “Buatlah bahtera, buka pintu untuk orang masuk, di situ ada keselamatan bagi mereka.” Nuh taat kepada Tuhan, langsung mengumpulkan kayu-kayu membuat bahtera yang sangat besar. Segala macam hewan boleh masuk. Nuh mengajak manusia juga masuk. Tidak semua manusia mau masuk, mereka menertawakan, melecehkan, dan menghina Nuh yang membuat bahtera di atas gunung, tetapi Nuh tahu ini kehendak Tuhan. Kapal yang begitu berat tidak bisa dibuat di laut, tetapi dibuat di darat, lalu menunggu sampai hewan-hewan masuk. Ketika hujan turun tidak berhenti 40 hari 40 malam, terjadilah banjir besar hingga kapal itu mengapung. Nuh memanggil orang-orang, “Marilah percaya kepada Tuhan, karena Tuhan berkata bencana akan datang, dunia akan dibasmikan.” Mereka menertawakan Nuh dan tidak mau masuk.
Roh Kudus mendorong Nuh menginjili. Roh Kudus adalah Roh Yesus Kristus. Ketika itu Nuh dengan Roh Kudus dari Yesus memberitakan Injil. Maka, dikatakan Yesus memakai Roh menginjili melalui Nuh kepada orang-orang di zaman itu. Jadi di setiap zaman ada orang-orang yang menginjili. Baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, ada orang-orang yang mengasihi sesamanya, membuka tangan dan pintunya, mengajak orang kembali kepada Tuhan dengan sungguh bertobat. Mereka digerakkan Roh yang sama untuk menginjili. Itu berarti, Tuhan Yesus, sebagai Pribadi kedua Allah Tritunggal, pernah menginjili memakai Pribadi ketiga, yaitu Roh Kudus, menggerakkan Nuh untuk memberitakan Injil. Maka kalimat Pengakuan Iman Rasuli ini dan kedua ayat tersebut tidak dapat dipergunakan untuk mendukung penginjilan kepada orang mati. Amin.