Judul : Particular Grace
Sub judul : A Defence of God’s Sovereignty in Salvation
Judul asli : Dat De Genade Particulier Is
Penulis : Abraham Kuyper
Penerjemah : Marvin Kamps
Penerbit : Reformed Free Publishing Association
Tahun Terbit : 2001
Tebal : 356 hal.
Abraham Kuyper adalah salah satu theolog terbesar pada generasinya. Selain itu, Kuyper juga adalah seorang yang mendalami filsafat, politik, dan literatur. Dia seorang yang serius menjalankan mandat budaya dalam kehidupannya. Dengan kemampuannya tersebut, Kuyper mendapat kepercayaan menjadi salah satu anggota parlemen dan bahkan pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Kerajaan Belanda. Sebagai seorang theolog, Kuyper dengan serius memperjuangkan reformasi di gereja di mana mulai banyak terjadi penyimpangan ajaran. Buku “Particular Grace” ini merupakan kumpulan seri tulisan Kuyper yang diterbitkan dalam surat kabar mingguan “The Herald” sejak 20 April 1879 sampai 13 Juni 1880 yang secara khusus membahas tema anugerah terbatas. Anugerah terbatas adalah pemberian anugerah keselamatan dari Allah kepada orang yang dipilih-Nya saja. Hal ini bertentangan dengan pandangan yang menyatakan bahwa anugerah keselamatan itu bersifat universal.
Tema anugerah terbatas ini tidak lepas dari pembahasan yang menyerupai lima pokok Calvinisme—TULIP—sekalipun tidak dibahas secara detil satu per satu. Pembaca yang sudah pernah memahami dan menggumuli lima pokok Calvinisme akan lebih mudah memahami pembahasan Kuyper. Buku ini baik untuk dibaca oleh setiap orang Kristen yang mau mencari apa yang sebenarnya dikatakan oleh firman Tuhan. Orang awam pun seharusnya tidak mempunyai kesulitan untuk memahami bahasa yang dipakai oleh Kuyper, terlebih lagi bila kita mengingat bahwa pada waktu itu tulisan ini dimuat dalam sebuah surat kabar yang tentunya ditujukan kepada setiap orang.
Pada saat Kuyper menulis, dia harus bersiap-siap bukan hanya dikatakan sesat dan menyimpang dari kebenaran, tetapi juga dikucilkan dari persekutuan gereja (hal. 3). Ini adalah sebuah tantangan besar yang harus dihadapi oleh beliau, namun karya yang dihasilkannya ini boleh menjadi salah satu buku wajib bagi pembaca yang mau mengerti mengapa Reformed memegang dengan teguh keyakinan akan anugerah terbatas.
Buku yang terdiri dari 40 bab ini dimulai dengan penjabaran kesalahan dari orang-orang yang memegang keyakinan anugerah universal. Setidaknya ada tiga ayat penting yang dibahas, yang menurut Kuyper telah disalah mengerti karena diartikan di luar konteks penulisannya. Ketiga ayat tersebut pada umumnya dipakai untuk mendukung pandangan anugerah universal. Kuyper menyusun pembahasan selanjutnya dengan melihat kenyataan kuasa dosa yang membawa kehancuran. Lalu, ia melanjutkan dengan penjelasan mengenai keberadaan Allah dan Kristus serta karya keselamatan-Nya. Pembahasannya diakhiri dengan menjawab keberatan yang mungkin muncul pada saat memegang keyakinan anugerah terbatas.
Dalam salah satu konflik yang dia sendiri alami, dia menulis, “We are committed to this truth, not because it appeals to us. No, truly if it were up to us, we would indeed desire, even for those who hate us most bitterly, that God in His mercy would break open the mouth of faith for all the children of men and that He would not permit even one of them to go lost” (hal. 236). Ada bagian yang cukup menggelitik di mana Kuyper mengajarkan bagaimana melihat bahwa sesungguhnya orang yang mempercayai anugerah universal pada dasarnya mempunyai banyak kontradiksi di dalam dirinya pada saat dia merenungkan bagaimana pengalaman dia pada saat bertobat, dengan catatan bahwa orang tersebut adalah orang Kristen yang lahir baru yang sungguh-sungguh mempunyai pengalaman rohani (hal. 111). Menjelang akhir dari bagian ini Kuyper menyatakan bahwa kita harus mengakui bahwa ada beberapa hal yang kita tidak dapat mengerti (hal. 341), tetapi penjelasan yang dijabarkan pada bab-bab sebelumnya seharusnya sudah cukup untuk menjawab keberatan yang muncul.
Hal yang sangat baik yang dapat kita lihat adalah bahwa Kuyper benar-benar serius mempertahankan Sola Scriptura, mencari apa yang firman Tuhan katakan secara utuh dan bukan hanya sembarangan mengambil ayat untuk mendukung argumennya. Pembaca akan dapat melihat bahwa setiap penjelasan lahir dari pergumulan serius Kuyper pada saat mempelajari firman Tuhan. Untuk pengertian yang lebih maksimal, pembaca harus mempersiapkan Alkitab di samping buku ini sehingga referensi yang dipakai dapat langsung dilihat sendiri bahwa memang itulah yang firman Tuhan katakan. Kuyper mengajak pembaca melihat sendiri konteks penulisan dari beberapa ayat dan mengajak pembaca menghubungkan bagian-bagian yang berbeda sehingga bisa sampai pada kesimpulan anugerah terbatas sebagai kebenaran. Akan sangat sulit bagi pembaca yang memakai pemikiran pribadi untuk mengerti apa yang mau disampaikan oleh Kuyper. Terlihat bahwa seperti Martin Luther pada saat Reformasi hanya mau kembali pada firman Tuhan, demikian juga Kuyper. Kuyper bukan sekedar mau berdebat mempertahankan anugerah terbatas, melainkan mencari dengan sungguh-sungguh apa yang firman Tuhan katakan.
Kelemahan juga dapat dilihat bila pembaca dengan jeli memperhatikan penggunaan kata yang dipakai oleh Kuyper. Mungkin karena ada rentang perbedaan waktu yang panjang dalam penulisannya, maka ada beberapa hal seakan Kuyper menulis dua hal yang berkontradiksi. Penerjemah buku ini (dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Inggris, red.) menyayangkan hal ini dengan memberikan beberapa komentar dalam catatan kaki. Namun, dengan melihat keseluruhan pemaparan doktrin dan ayat yang ditulis oleh Kuyper, kesalahan penggunaan kata-kata tidaklah menjadi penghalang bagi pembaca untuk menggali, merenungkan, dan meyakini bahwa memang sesungguhnya anugerah terbatas adalah berita firman Tuhan.
Bagi setiap orang yang bertanya-tanya mengapa dalam 1 Yoh. 2:2 dikatakan bahwa Kristus mati untuk dosa seluruh dunia, dan masih ada ayat-ayat yang serupa, namun di sisi lain ada ayat-ayat seperti Mat. 20:16 yang mengatakan hanya beberapa yang dipilih, bagaimana menyinkronkan kedua bagian firman Tuhan tersebut dengan tuntas? Buku ini merupakan salah satu buku yang baik yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dalam salah satu tulisannya, Kuyper menulis, “There is no contradiction to talk about, … if one constantly views the issue from God’s side” (hal. 239). Mungkinkah kontradiksi yang kita lihat dalam keyakinan tentang anugerah terbatas adalah karena kita melihat dari sisi manusia dan bukan dari sisi Allah?
Victor Wibowo
Pemuda GRII Singapura