Judul: Pengaruh Disney dalam Kemerosotan Zaman
Penerbit: Momentum
Penulis: Perucci Ferraiuolo
Tebal: 149 halaman
Cetakan: Ke-1 (2000)
Hampir semua orang yang hidup di abad ke-20 dan permulaan abad ke-21 ini mengenal ”Disney” yang menghasilkan Donald Duck, Mickey Mouse, dan teman-temannya. Selain memproduksi beberapa karaktek kartun tersebut, Disney juga memproduksi beberapa film kartun dari cerita klasik anak-anak, yang hampir semua anak-anak di dunia ini tahu ceritanya, seperti Cinderella, Snow White and the Seven Dwarfs, Beauty and The Beast, Pinocchio, Dumbo, Aladdin, dan Sleeping Beauty. Tetapi sadarkah kita bahwa apa yang kita tonton, yang dianggap ”hanya” sekedar film kartun saja, ternyata mengandung suatu ajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan?
Buku ”Disney dan Alkitab” ini membukakan kepada kita bagaimana sebenarnya Walt Disney Inc. turut mengambil bagian dalam kemerosotan moral dunia saat ini. Mengapa begitu? Bukankah film-film kartun Disney boleh ditonton oleh semua golongan dan umur, sangat menarik perhatian anak-anak, dan memberikan suatu penghiburan yang spesial bagi setiap orang yang menontonnya? Bahkan film-film kartun tersebut merupakan karya animator-animator yang ulung. Dalam buku ini, jurnalis Perucci Ferraiuolo mengupas tuntas bagaimana sebenarnya Disney telah lari dari fokus dan tujuan awalnya sebagai hiburan bagi keluarga dan anak-anak.
Walt Disney mengawali produksi filmnya dengan gambar animasi tanpa suara—suatu usaha yang kemudian berkembang menjadi sebuah perusahaan raksasa yang mempekerjakan begitu banyak orang. Bahkan berkembang melampaui fokus dan tujuan awalnya, Disney akhirnya juga memproduksi dan menjual barang-barang dengan karakter-karakter kartunnya. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi bukan saja pada fokus dan tujuan awal tetapi juga pada pengajaran yang bertolak belakang dengan nilai-nilai kekristenan. Perucci menyatakan bahwa film-film Disney itu sangat menonjolkan tokoh-tokoh gaib, kejadian-kejadian supranatural, kekuatan ilmu sihir atau ilmu hitam, dan hal-hal yang berbau seksual.
Perucci juga mengatakan bahwa film-film yang diproduksi oleh Disney merupakan cerminan dari riwayat hidup Walt sendiri: perlakuan kejam dari ayahnya, masa kecil yang hancur, ekonomi yang miskin, dan penolakan-penolakan yang dia alami. Itulah yang sering kita lihat melalui karakter-karakter kartun seperti Snow White yang dibuang di tengah hutan, Pinocchio yang ingin menjadi anak Geppetto, Bambi yang kehilangan ibunya, dan Dumbo yang terpisah dari ibunya.
Dalam buku ini, Perucci juga membahas beberapa judul film produksi Disney yang dianggap sebagai penyimpangan cukup menonjol terhadap nilai-nilai kebenaran dalam kekristenan, seperti film “The Goddess of Spring”, yang tokoh-tokohnya merupakan dewa-dewa Yunani, selain alur ceritanya menyajikan mitos-mitos yang berkembang di Yunani (hal. 34-35). Selain itu, Disney juga memproduksi film-film yang mengandung hal-hal yang merusak nilai-nilai keluarga dan yang menyebarkan amoralitas. Film-film demikianlah yang menjadi penyebab krisis moral di Amerika Utara.
“Kapan keluarga-keluarga akan terjaga dan mengerti bahwa uang yang mereka habiskan untuk menonton film-film Disney, untuk membeli barang-barang Disney serta untuk mengunjungi taman hiburan Disney, telah dipakai untuk membeli studio yang kemudian memproduksi film-film amoral, antikekristenan, dan pornografi” (hal. 90).
Buku ini sungguh tepat dalam membekali kita di tengah-tengah hiruk-pikuk dunia yang begitu gemerlap—bahkan hal-hal yang kotor dan tidak suci telah dibungkus dengan hal-hal yang seolah-olah baik, menyenangkan, dan lucu. Melalui buku ini, kita juga diajar untuk bersikap kritis terhadap kebudayaan yang merupakan hasil reaksi manusia berdosa terhadap wahyu umum Allah. Selamat membaca!