Judul: Siapakah Kristus
Subjudul: Sifat dan Karya Kristus
Penulis: Pdt. Stephen Tong (ditranskrip)
Penerbit: Momentum
Tebal: 78 halaman
Cetakan: Pertama, Januari 1991
“… Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Markus 8:29
Entah berapa sering saya mendengar ayat ini di dalam khotbah-khotbah atau membacanya dalam buku-buku, tapi saya tidak menyadari bahwa orang Kristen betul-betul harus dengan serius menjawab pertanyaan yang satu ini. Mungkin kita sudah begitu lama mengikut Tuhan, tetapi ini adalah satu pertanyaan yang selalu akan tetap ditanyakan kepada kita, dan kita tidak bisa menjawabnya dengan jitu. Bahkan mungkin kita tidak tahu jawabannya secara pengakuan iman, kita hanya mengetahuinya dalam bentuk “politically correct” answer atau “text book” answer. Hal ini pula yang ditegur keras oleh Pdt. Stephen Tong melalui buku ini.
Di awal buku ini Pak Tong menjelaskan betapa dalamnya pertanyaan ini, “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Pak Tong menjelaskan, jika pertanyaan ini ditanyakan dari manusia kepada manusia, maka akan terjadi kesulitan. Mengapa demikian? Karena jika manusia bertanya, “Siapakah aku?” di sini manusia yang ditanya saja sudah tidak tahu siapa dia setuntas-tuntasnya, bagaimana dia menjawab pertanyaan tersebut. Maka kesulitannya adalah terjadinya campuran antara subyek dan obyek. Ini satu pencerahan dari pemikiran Pak Tong bahwa pertanyaan ini tidak mungkin sama jika ditanyakan dari seorang manusia biasa. Karena manusia pun seringkali masih bisa bingung terhadap dirinya sendiri. Pak Tong menjelaskan di sini merupakan saat ketika Allah bertanya kepada manusia, tentang siapa Dia, karena Tuhan Yesus Kristus sendiri adalah Allah yang mewahyukan diri. Di sini kita lihat betapa uniknya pertanyaan ini. “Siapakah Aku ini?” bukan pertanyaan biasa karena yang bertanya adalah Kristus yang adalah WAHYU itu sendiri.
Buku ini menjelaskan doktrin tentang dwi-natur Kristus bukan dalam kemasan theologi sistematika, tetapi di dalam relevansi hidup manusia tanpa harus dikemas dengan bahasa sehari-hari yang bisa mereduksi bobot dari pemaparan. Pak Tong membukakan satu perspektif yang penting dari pertanyaan yang dilontarkan dan yang menjadi dasar pertama di mana gereja berdiri. Karena sudah banyak khotbah mengenai bagian Alkitab ini, di mana Tuhan Yesus menanyakan pertanyaan yang sangat terkenal ini, “Siapakah Aku?”, kita sepertinya sudah terlalu biasa dengan pertanyaan Tuhan Yesus yang satu ini.
Bab ketiga membicarakan bagaimana inkarnasi begitu khusus dan apa hubungannya dengan kita. “Titik pada waktu Kristus datang, berkait pula dengan kekekalan. Kristus yang datang dalam sejarah adalah Kristus yang berada dalam kekekalan yang melampaui sejarah. Pengharapan ini adalah suatu pengharapan sejati seluruh umat manusia, bukan hanya pengharapan dari bangsa Israel saja. Kekekalan dan kesementaraan hanya mempunyai satu titik kontak yaitu inkarnasi. Kita semua berada di dalam dunia yang bersifat sementara. Allah berada di surga yang bersifat kekal. Agama-agama yang bukan Kristen begitu takut dan gentar karena mereka mengetahui bahwa yang sementara tidak mungkin mencapai yang kekal; tetapi yang kekal itu mungkin memberikan kemurahan kepada manusia dan kemurahan itu belum dipastikan sehingga mereka hanya dapat mengatakan, “Mudah-mudahan dapat tempat baik di sisi Tuhan.” Hal ini terjadi karena titik kontak itu tidak ada. Mengakui adanya Allah tidak berarti bahwa manusia pasti menikmati keberadaan-Nya. Tidak mengakui adanya Allah, tidak berarti manusia bisa meniadakan keberadaan-Nya. Mengakui adanya Allah dengan menikmati keberadaan Allah itu sama sekali berbeda; perbedaannya terletak pada adanya titik kontak antara yang sementara dan yang kekal itu, atau tidak. Kristus berada di titik kontak itu.” Demikianlah Pak Tong menjelaskan bagaimana inkarnasi adalah harapan satu-satunya di mana manusia bergantung. Titik kekekalan dan kesementaraan bertemu dalam inkarnasi, dan di titik ini jugalah Allah dan manusia bertemu.
Pak Tong mengatakan, “Goethe mengatakan: ‘Biar manusia dengan kebudayaannya terus bergolak dan berkembang, tidak mungkin mencapai moral dari Kristus yang sudah dinyatakan dalam keempat Injil.’ … Waktu saya mengerti kalimat itu, saya sadar dan disegarkan lagi oleh Goethe tentang Kristus yang sudah saya miliki. Tuhan adalah yang paling suci, yang paling adil, yang paling bijak, yang paling mempunyai penguasaan diri, contoh bagi segala zaman, standar moral kekekalan dan yang patut kita sembah sujud. Inilah Kristus yang kita sembah, inilah Kristus yang kita kabarkan, inilah Kristus yang tiap hari mempunyai hubungan dengan kita, tapi kita tidak menyadarinya.”
Pak Tong menjelaskan satu ayat mengenai Kristus dengan bagian Alkitab yang lain, kebenaran yang satu dijelaskan dengan kebenaran yang lain, yang memberikan makna bagi kehidupan keseharian. Inilah pendekatan yang unik dari Pak Tong mengenai doktrin yang begitu penting, yaitu Kristologi dan dampaknya. Kristus bukanlah obyek pembahasan tetapi Allah dan Firman yang hidup, dan Ia pernah bersama-sama dengan kita, menginjak bumi, dan direkam dalam catatan sejarah waktu.
“Waktu memegang setangkai bunga, Anda harus tahu bahwa yang menopang bunga itu adalah Kristus. Waktu Anda melihat ke cermin, ingatlah bahwa yang membuat hari ini Anda tetap hidup di dunia adalah Kristus. Waktu Anda menulis surat dan masih bisa mengingat banyak hal yang sudah Anda alami, ingatlah bahwa ingatan Anda ditopang oleh Kristus. Waktu Anda melihat gunung-gunung yang indah, lautan yang besar, keajaiban segala ciptaan Allah, ingatlah bahwa di tengah-tengahnya ada logi yang pusatnya pada Kristus yang adalah Logos. Waktu Anda melihat istri Anda yang begitu baik, suami yang setia, cinta kasih antara pacar yang begitu indah, ingatlah bahwa Dia adalah sumber cinta kasih yang memberikan cinta murni yang seharusnya tidak diselewengkan oleh siapapun, tapi harus setia di dalam setiap keluarga. Dia Pencipta, Penopang, Bijaksana, Dia Logos, Dia adalah Allah. Bukan saja demikian, Dia juga menjadi manusia, hidup di tengah-tengah kita, dan menjadi contoh bagaimana seharusnya kita hidup di dalam kesucian, cinta kasih, keadilan, biarlah semua orang belajar dari Yesus Kristus. Inilah karya Kristus, sebelum sejarah, sesudah sejarah, sebelum inkarnasi dan sesudah inkarnasi.”
Pada bab selanjutnya, Pak Tong menjelaskan tentang klaim Tuhan Yesus sebagai jalan, kebenaran, dan hidup, kemudian keunikan Kristus, dan diakhiri dengan tantangan abad ke-20 untuk kekristenan. Bagaimana selama ini kita mengenal Tuhan kita, Yesus Kristus? Apakah Dia seperti menara gading, pembahasan doktrin yang agung tetapi tidak pernah sampai kepada sanubari kita? Yang kita kultuskan sebagai Tuhan tetapi siapa tahu hanya berakhir pada sebuah slogan di mana karena kita orang Kristen, maka Kristus adalah Tuhan? Kita telah mematikan Firman yang hidup karena tidak ada kaitannya dengan hidup kita. Inilah yang dibongkar oleh Pak Tong di dalam pembahasannya. Pembahasan ini begitu hidup dan Anda tidak bisa menyangkal bagaimana Pak Tong membukakan begitu banyak kaitan seharian dengan doktrin Kristus.
Buku ini akan membantu kita untuk bisa menjawab, siapakah Dia yang kita sembah, yang kita ikuti, dan yang telah menciptakan kita dan menyelamatkan kita dalam hidup keseharian kita.
“…..Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Markus 8:29
Yenty Rahardjo Apandi
Pemudi GRII Singapura