Jesus on the Cross

Christ The Perfect Sacrifice

Pendahuluan
Yohanes [Pembaptis] melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh. 1:29). Tema Yesus sebagai Anak Domba adalah tema umum dalam pengajaran akan keselamatan. Tidak sedikit gereja dan pengkhotbah yang memakai tema ini dalam kebaktian maupun dalam penginjilan pribadi. Akan tetapi, apa sih yang dimaksud dengan “Anak Domba Allah” (The Lamb of God)? Apa signifikansi kata “domba”? Bukankah jika tidak ada kata tersebut, kalimat Yohanes Pembaptis tetap masuk akal? “Lihatlah Anak Allah, yang menghapus dosa dunia.” Terlebih lagi, domba digambarkan sebagai binatang yang bodoh dan lemah dalam perumpamaan tentang domba yang hilang (lihat Matius 18:12-14 dan Lukas 15:3-7). Lalu mengapa Yohanes Pembaptis mengatakan kalimat tersebut?

Kata “domba” yang dipakai memiliki sejarah yang sangat panjang di Perjanjian Lama. Bahkan, domba adalah binatang yang paling banyak dibahas di Alkitab. Binatang ini hampir selalu dikaitkan dengan persembahan atau korban yang dilakukan di sepanjang Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu.

Dalam pembelajaran Biblical Theology, kita dapat melihat bagaimana Tuhan menyatakan diri-Nya kepada umat manusia sepanjang sejarah.[1] Lebih dari itu, “revelation is at almost every point interwoven with and conditioned by the redeeming activity of God.”[2] Penebusan yang dilakukan Tuhan sepanjang sejarah dan yang berpuncak pada salib Yesus Kristus ini sering disebut sebagai Redemptive History (Sejarah Penebusan). Di artikel ini, penulis akan mengangkat satu tema dalam redemptive history, yaitu Kristus sebagai the perfect sacrifice (korban yang sempurna).

Cetusan akan Penebusan dan Adanya Korban
Sejarah penebusan dapat ditarik dari janji Tuhan saat setelah manusia jatuh dalam dosa. Kejadian 3:15 mencatat firman Tuhan tersebut, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Keturunan perempuan (keturunannya) berbentuk tunggal. Ini tidak menunjuk kepada umat manusia secara umum tetapi kepada satu pribadi yang akan meremukkan kepala ular. Di sini Tuhan menjanjikan kemenangan karena kuasa dan sengat dosa akan diremukkan oleh keturunan tersebut.

Terlebih lagi, di ayat 21, “… TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.” Pdt. Stephen Tong menjelaskan bahwa seekor binatang harus dikorbankan atau dibunuh sebelum kulitnya dapat dipakaikan kepada tubuh manusia.[3]

Serupa dengan revelasi Allah, penebusan yang dikerjakan juga bersifat progresif. Kalau kita hanya memiliki dua ayat di atas, sangat mungkin kita tidak mengetahui apa yang sebenarnya Tuhan sedang kerjakan. Tetapi dengan hindsight, kita dapat melihat tema ini berkembang selayaknya benih yang bertumbuh menjadi pohon yang besar. Korban binatang pertama yang menutupi rasa malu manusia tersebut menjadi foreshadow akan korban penebusan dalam zaman Musa dan mencapai puncaknya pada korban Yesus Kristus di atas kayu salib. Penebusan yang dikerjakan Allah terus berkembang dan menjadi semakin jelas hari demi hari sampai kedatangan Anak Allah sendiri yang mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib demi umat manusia.

Dalam artikel ini, penulis mengajak pembaca untuk boleh menjadi active audience (pembaca yang aktif). Sembari penjelasan akan korban dijabarkan di bagian-bagian selanjutnya, penulis ingin pembaca boleh memikirkan bagaimana korban tersebut mengarah kepada Kristus, korban yang sempurna.

Korban di dalam Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama, kita menemukan korban selalu dipersembahkan oleh umat Allah kepada Allah. Kain dan Habel mempersembahkan korban kepada Tuhan. Nuh mempersembahkan korban segera setelah air bah surut. Bapak leluhur bangsa Israel (the Patriarch) mempersembahkan korban kepada Tuhan. Abraham bahkan hampir mengorbankan anaknya sendiri, Ishak, ketika Allah memerintahkan untuk melakukannya. Saat itu Tuhan juga sudah mempersiapkan seekor domba jantan untuk Abraham persembahkan. Mempersembahkan korban menjadi satu ritual yang dikerjakan setiap orang Israel. Tema ini terus mengelilingi dan berkembang di Perjanjian Lama. Di dalam Taurat ada tiga bagian yang perlu diperhatikan berkenaan dengan korban persembahan. Yang pertama adalah korban yang dijalankan sebelum keluar dari perbudakan Mesir (domba Paskah atau Passover lamb), yang kedua adalah lima macam korban yang harus dijalankan orang Israel, dan yang ketiga adalah Yom Kippur.

Domba Paskah (Passover Lamb)
Domba paskah adalah seekor binatang yang Tuhan perintahkan untuk dipersembahkan di Mesir. Malam itu Tuhan mengirimkan tulah ke-10, di mana setiap yang sulung di Mesir akan dibunuh. Setelah tulah ini, Firaun pada akhirnya setuju untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Semua ini tercatat dalam Keluaran 12 dan inilah pertama kali Tuhan merincikan setiap detail persembahan yang akan dipersembahkan kepada-Nya dengan skala seluruh bangsa.

Tuhan memerintahkan setiap keluarga orang Israel untuk mengambil seekor anak domba, harus jantan, tidak bercela, dan berumur setahun. Anak domba tersebut harus disembelih pada waktu senja. “Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya. Dagingnya harus dimakan mereka pada malam itu juga; yang dipanggang mereka harus makan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit … Dan beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; buru-burulah kamu memakannya; itulah Paskah bagi TUHAN” (Kel. 12:7-8, 11). Tuhan berkata ketika Dia melihat darah anak domba di kedua tiang pintu dan pada ambang atas, Dia akan melewati rumah tersebut (pass over).

Keluarnya bangsa Israel dari Mesir merupakan kejadian yang sangat historik. Tuhan pun memerintahkan orang Israel untuk terus mempersembahkan korban paskah ini turun temurun (Kel. 12:14). Dalam hal ini, kita dapat melihat bagaimana korban yang sering dipersembahkan karena rasa syukur di masa-masa sebelumnya telah berkembang menjadi korban yang dikerjakan untuk memperingati keluarnya bangsa Isreal dari Mesir. Bangsa Israel yang sebelumnya merupakan ‘milik’ Mesir sekarang sudah dibebaskan dan menjadi milik kepunyaan Tuhan. Demikian bangsa Israel mengalami deliverance.

Jika kita ingat baik-baik, kita akan menemukan banyak sekali ayat Perjanjian Baru yang menunjuk kepada keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Khususnya, Paulus menyatakan bahwa Kristus adalah Anak Domba Paskah yang sudah disembelih (1 Kor. 5:7). Paskah yang pertama telah membebaskan bangsa Israel dari Mesir, demikian juga kematian Kristus melepaskan kita dari dosa dan maut (Rm. 8:2).

Lima Macam Korban
Selanjutnya, sebagai umat Tuhan, masih banyak lagi korban yang harus mereka persembahkan setelah keluar dari Mesir. Hukum Musa melembagakan persembahan korban dalam skala besar, dengan petunjuk yang sangat rinci tentang bagaimana, kapan, dan di mana korban itu harus dijalankan. Di artikel ini, penulis akan secara singkat mendeskripsikan lima macam korban yang tercatat di Imamat 1-7.

Pertama, Imamat 1 menjelaskan tentang korban bakaran (ESV: Burnt Offerings). Korban bakaran merupakan satu persembahan kepada Tuhan, mirip dengan yang dilakukan Nuh dan Abraham. Dalam persembahan ini, anak-anak Harun akan mempersiapkan api di atas mezbah dan menyusun kayu di atas api itu. Korban yang akan dipersembahkan adalah ternak (lembu sapi atau kambing domba jantan) atau burung (burung tekukur atau anak burung merpati).

Kedua, Imamat 2 mencatat tentang korban sajian (ESV: Grain Offerings). Selain mempersembahkan ternak (binatang), orang Israel juga boleh mempersembahkan sajian (tumbuhan). Seperti halnya korban bakaran, korban ini juga merupakan satu persembahan kepada Tuhan yang akan dibakar. Tepung yang terbaik dan minyak yang dibubuhi kemenyan harus dibakar di atas mezbah.

Ketiga, Imamat 3 mencatat tentang korban keselamatan (ESV: Peace Offerings). Korban yang dipersembahkan dapat berupa lembu, domba, atau kambing, baik jantan maupun betina. Korban akan disembelih dan dibakar di atas mezbah. “Imam harus membakarnya di atas mezbah sebagai santapan berupa korban api-apian bagi TUHAN” (Im. 3:11). Ketiga macam korban di atas merupakan korban yang bersifat positif, yakni persembahan kepada Tuhan.

Keempat, Imamat 4 dan 5 menjelaskan tentang korban penghapus dosa (ESV: Sin Offerings). Israel adalah umat Tuhan dan ketika orang Israel melanggar Hukum Tuhan atau melanggar kovenan yang ada, perdamaian harus dijalankan. Korban yang harus dipersembahkan tergantung pada orang yang mempersembahkannya. Misalnya, imam yang diurapi harus mempersembahkan seekor lembu jantan muda yang tidak bercela, sedangkan umat Israel lainnya (tergantung apa yang mereka telah perbuat) harus mempersembahkan kambing atau domba. Jika seseorang sangat miskin, mereka harus mempersembahkan dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Korban pun disembelih dan dibakar di atas mezbah.

Kelima dan yang terakhir, Imamat 5 mencatat tentang korban penebusan salah (ESV: Guilt Offerings).  Korban ini khusus untuk kesalahan terhadap hal yang dikuduskan dan dikhususkan untuk Tuhan. Korban dapat berupa domba jantan yang akan dibakar seperti korban keselamatan dan korban penghapus dosa.

Kelima persembahan korban, dalam berbagai bentuk mereka, memiliki satu elemen penting yang sama: pembakaran di mezbah. Pembakaran ini mengubah korban menjadi asap, yang menghasilkan bau yang menyenangkan bagi Tuhan. Juga, untuk korban yang berupa binatang, pemberi korban harus menumpangkan tangannya di atas kepala binatang ketika menyembelihnya.

Satu hal lagi yang kita boleh perhatikan adalah kesementaraan korban-korban ini. Orang Israel harus terus-menerus melakukan persembahan demi persembahan, baik itu secara positif (persembahan) ataupun secara negatif (penghapusan dosa). Misalnya, jika seseorang melakukan satu dosa, seperti mencuri, dia harus mempersembahkan korban penghapus dosa. Lalu, andaikata esok harinya dia mencuri lagi, dia pun harus mempersembahkan korban penghapusan dosa lagi. Kita belajar dari penetapan ini bahwa binatang-binatang tersebut sesungguhnya tidak dapat menghapus dosa kita.

Selanjutnya, dalam Hukum yang diturunkan melalui Musa, ada satu lagi korban yang sangat penting bagi bangsa Israel. Yom Kippur atau Hari Perdamaian (Day of Atonement) adalah hari yang paling kudus yang diperingati orang Israel.  Imamat 16 menunjukkan pengampunan dan penghapusan dosa. Di sini, penulis tidak akan merinci segala yang harus dilakukan dengan korban ini tetapi penulis sekali lagi mendorong setiap pembaca untuk membaca seluruh kitab Imamat. Secara singkat, imam besar yang mewakili seluruh bangsa Israel akan mengambil dua ekor kambing jantan untuk korban penghapus dosa. Salah satu kambing dikorbankan sebagai korban penghapus dosa bagi bangsa Israel, sedangkan kambing lainnya dilepaskan ke padang gurun. Imam besar hanya dapat masuk ke dalam ruang Maha Kudus Allah pada hari ini.

Lima korban yang sudah dijelaskan sebelumnya merupakan korban yang dipersembahkan secara individu. Akan tetapi, korban di Hari Perdamaian ini mewakili seluruh bangsa Israel. Demikian korban ini menjadi sangat penting bagi seluruh umat Israel. Karena pada hari itu harus diadakan pendamaian bagimu untuk mentahirkan kamu. Kamu akan ditahirkan dari segala dosamu di hadapan TUHAN. Hari itu harus menjadi sabat, hari perhentian penuh, bagimu dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya (Im. 16:30-31).

Inilah korban yang pernah diperintahkan Tuhan sepanjang sejarah kepada umat-Nya, bangsa Israel. Kita harus mengerti bahwa korban yang dipersembahkan di Hari Perdamaian pun tetap bersifat sementara, karena harus diulang setiap tahun. Darah yang dicurahkan dan disiramkan di atas mezbah, yang sebenarnya harum bagi Tuhan, tidak cukup untuk mengadakan perdamaian antara manusia yang berdosa dengan Allah yang suci. Jika demikian, korban seperti apakah yang dapat mendamaikan dan menyelamatkan umat Allah untuk selama-lamanya?

Yesus Kristus, the Perfect Sacrifice
Untuk mendamaikan manusia berdosa dengan Allah yang kekal, harus ada korban yang sempurna, yang tidak lagi bersifat sementara, tetapi yang kekal selamanya. Korban yang sempurna itu adalah Kristus.

Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. (1Pet. 1:18-19)

Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. (Ibr. 9:13-14)

Lalu, ketika menyembelih binatang di Perjanjian Lama, pemberi harus menumpangkan tangannya ke atas kepala binatang tersebut. Binatang yang sebenarnya tidak bersalah dijadikan bersalah dan dibunuh, menggantikan (substitution) manusia yang seharusnya menerima hukuman kematian tersebut. Seperti halnya binatang tidak bersalah, Kristus pun tidak bersalah tetapi Dia menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi umat manusia (1Tim. 2:5-6). Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2Kor. 5:21). Demikianlah Yohanes Pembaptis yang dipenuhi Roh Kudus mengatakannya dengan tepat, “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”

Kembali kepada janji yang pertama dicetuskan Allah ketika manusia jatuh dalam dosa, keturunan yang dijanjikan adalah Yesus Kristus. Yesus sudah berinkarnasi, mati di atas kayu salib, dan bangkit pada hari yang ketiga, menghancurkan kuasa setan dan maut. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus (1Kor. 15:21-22). Dialah Anak Domba Allah! Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian! (Why. 5:12)

Kesimpulan
Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan” (Ibr. 10:14). Tuhan Yesus sudah (perfect tense) menyerahkan diri-Nya menjadi korban yang satu dan sempurna untuk selamanya. Ayat di atas menyatakan bahwa korban yang sempurna tersebut akan menyucikan terus menerus (present continuous tense) setiap orang yang percaya kepada-Nya. Mari kita belajar hidup mengerti akan pekerjaan tangan Tuhan yang begitu ajaib, yang menyelamatkan orang durhaka seperti kita. Apa respons kita? Kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus pernah menuliskan, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Rm.  12:1-2).

Ezra Yoanes Setiasabda Tjung
Pemuda PRII Hong Kong

Endnotes:
[1] Lihat “Biblical Theology”, Pillar Edisi 127 – Februari 2014.
[2] Redemptive History and Biblical Interpretation: The Shorter Writings of Geerhardus Vos.
[3] Khotbah KKR Jakarta 2011.