Darah Ganti Darah

Kita mungkin sering mendengar istilah, “mata ganti mata, gigi ganti gigi,” yang artinya adalah jika engkau melakukan kesalahan, engkau akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan perbuatan yang telah dilakukan. Kalau kamu membutakan mata seseorang, maka keadilan harus ditegakkan dengan cara mata kamu juga dibutakan. Namun Alkitab juga mengajarkan “nyawa ganti nyawa” atau “darah ganti darah.”

Di dalam 2 Samuel 21 diceritakan bahwa pada zaman pemerintahan raja Daud terjadi kelaparan selama tiga tahun berturut-turut yang disebabkan karena hutang darah yang belum terselesaikan. Hutang darah yang disebabkan oleh siapa? Hutang darah yang disebabkan karena Saul pernah menghabisi kaum Gibeon. Siapakah kaum Gibeon? Di dalam Yosua 9, Yosua pernah mengikat perjanjian dengan bangsa Gibeon untuk tidak membinasakan mereka. Meskipun Gibeon mengikat perjanjian dengan cara menipu Yosua dengan memakai pakaian yang buruk-buruk dan bersikap sebagai pendatang di tanah Kanaan, tetapi Tuhan menganggap penting akan perjanjian yang pernah dijalankan di atas nama TUHAN (21:2).

Selanjutnya Daud bertanya kepada orang Gibeon, “Apakah yang dapat kuperbuat bagimu dan dengan cara apa aku dapat melakukan penebusan?” Maka orang Gibeon itu menjawab, “Hendaknya diserahkan kepada kami 7 orang anak laki-laki dari keluarga yang hendak membinasakan kami.” Maka permintaan itu dikabulkan oleh Daud, kecuali Mefiboset tidak diserahkan karena Daud pernah berjanji dengan Yonatan. Akhirnya 7 anak dan cucu Saul mati dengan cara digantung di atas bukit, di hadapan TUHAN. Mayat mereka digantung di sana selama beberapa waktu, dan Rizpa gundik Saul tinggal di atas bukit batu itu dan setiap hari berusaha menghalangi burung-burung yang berusaha memakan mayat anak-anaknya. Daud mendengar akan peristiwa itu, dia tergerak hatinya dan memerintahkan untuk menguburkan mayat anak dan cucu Saul, dan juga digabungkan dengan mayat Saul dan Yonatan yang terletak di Yabesh-Gilead untuk diberikan penguburan yang terhormat. Setelah mereka melakukan segala perintah Daud itu barulah Tuhan mengabulkan doa dan menghentikan kelaparan di negeri itu (2 Sam 21:15).

Satu pemandangan yang sangat mengerikan bukan? Melihat seorang ibu yang menyaksikan mayat anaknya tergantung selama berhari-hari dan melihat mayat yang semakin lama semakin membusuk. Satu cerita yang tidak enak didengar, tidak nyaman untuk dilihat, tetapi nyatanya cerita ini masuk di dalam Alkitab. Mengapa kita merasa tidak enak? Karena kita tidak habis berpikir, masa Tuhan sekejam ini? Masa perjanjian yang dilandaskan oleh penipuan harus ditegakkan seperti ini? Faktanya penebusan Tuhan memang selalu dikerjakan di dalam prinsip yang sama. Dari sejak Perjanjian Lama, ibadah bangsa Israel adalah ibadah yang penuh dengan darah. Mereka harus menyaksikan kambing, domba yang akan dibunuh, dikuliti dan darahnya dicurahkan di atas mezbah di Bait Allah. Mengapa harus melakukan ini? Karena persembahan domba ini nantinya akan mengacu kepada pengorbanan yang Kristus lakukan di atas kayu salib. Kita sering lupa dan terlena dengan cerita-cerita Natal yang menggambarkan Tuhan Yesus begitu bersih, mungil, suci di atas keranjang yang bersih seperti tanpa penderitaan. Kita sering dibius dengan gambaran Yesus dengan wajahnya yang putih, rambutnya yang panjang tanpa ada cacat luka sama sekali. Faktanya kalau saudara pernah melihat film “Passion of the Christ” mungkin itu adalah salah satu film yang penggambarannya paling dekat dengan apa yang benar-benar dialami Yesus di atas kayu salib. Sewaktu remaja, penulis tidak tahan melihat film itu, hingga terus meneteskan air mata. Penebusan itu berharga, penebusan merupakan hal yang sangat mahal. Allah harus mengirimkan Anak-Nya yang tunggal untuk mati mengganti dosa kita. Jangan karena kita merasa anugerah ini “free” sehingga kita boleh dengan sembarangan menyia-nyiakannya. Penebusan itu benar diberikan secara “free” kepada kita, tetapi penebusan ini dibayar dengan harga yang sangat mahal melebihi emas dan perak. Mari kita menghargai penebusan dengan menjadi anak-anak Tuhan yang semakin taat kepada Firman dan kebenaran-Nya.