Huldrych Zwingli

Huldrych Zwingli, atau biasa dilafalkan Ulrich Zwingli, adalah seorang reformator Swiss yang lahir pada tanggal 1 Januari 1484 di desa Wildhaus, Swiss. Ayahnya adalah seorang petani, penggembala ternak, dan pernah menjadi hakim desa. Ayahnya bisa menjadi hakim desa karena cukup aktif dalam hal perpolitikan. Dari pengalaman bersama ayahnya di pegunungan-pegunungan Swiss menggembalakan ternak, Zwingli belajar dan menanamkan jiwa patriotisme dan kecintaannya yang sangat mendalam kepada negara Swiss.

Zwingli bersekolah di Basel dan mendapatkan pelajaran bahasa Latin di sana. Setelah sekitar tiga tahun, Zwingli pindah ke kota Bern. Di sana Zwingli belajar di bawah seorang humanis yang bernama Henry Wolfflin. Perlu kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan humanis di sini bukanlah istilah humanis yang sering kita pakai di zaman ini yang mengacu kepada orang yang menghargai kemanusiaan, melainkan mengacu kepada orang-orang yang memiliki semangat ingin kembali belajar dan melihat kepada teks asli (first source) dari segala karya kuno yang ada, terutama karya Yunani kuno. Henry Wolfflin memperkenalkan Zwingli kepada karya-karya klasik dan kecintaannya terhadap musik. Zwingli bukanlah seorang pemusik yang buruk. Selera dan kemampuannya dalam bermusik sangatlah baik, bahkan sampai orang-orang dari aliran biara Dominican mengajak Zwingli masuk sebagai biarawan dan mengembangkan musiknya di sana. Tetapi ketika ayah dan pamannya mendengar hal itu, mereka langsung memberi nasihat kepada Zwingli dan menyarankan agar dia tidak masuk biara. Zwingli mengikuti nasihat ayahnya dan akhirnya pindah dari Basel ke Universitas Vienna. Tidak lama kemudian setelah masuk Universitas Vienna, Zwingli pindah ke Universitas Basel. Di sanalah dia mendapatkan gelar B.A. (Bachelor of Arts) dan M.A. (Magister of Arts). Ketika belajar di kota Basel, Zwingli mendengar khotbah-khotbah seorang bakal reformator yang bernama Thomas Wittenbach. Dia berkhotbah membahas tentang sistem indulgensia atau pembelian surat penghapusan dosa yang dilakukan oleh Katolik Roma pada saat itu. Tetapi pada saat itu khotbah ini mungkin belum terlalu kontekstual bagi Zwingli karena di Swiss belum ada praktik indulgensia. Praktik indulgensia di Swiss baru dimulai pada tahun 1515.

Setelah menyelesaikan studinya di Universitas Basel pada tahun 1506, Zwingli ditahbiskan menjadi pastor muda (young priest) dan melayani di kota Glarus selama 10 tahun. Terkadang Zwingli juga menjadi chaplain dalam 10 tahun masa jabatannya. Chaplain adalah seseorang yang menyediakan dukungan pastoral, spiritual, dan emosional dalam sebuah peperangan militer. Perang apakah yang terjadi? Pada saat itu Swiss sangat terkenal dengan praktik penyediaan prajurit dalam peperangan. Swiss akan mempersiapkan banyak orang dan kepala keluarga untuk pergi berperang, tetapi bukan untuk Swiss sendiri, melainkan tenaga prajurit tersebut dijual kepada siapa saja yang mau dan mampu membayar Swiss. Praktik ini telah memberikan keuntungan yang sangat besar bagi negara Swiss. Katolik Roma sangat menyukai dan mendukung hal ini karena mereka sering mengadakan peperangan untuk melakukan ekspansi atau memberantas pemberontakan negara-negara yang tidak mau tunduk di bawah Katolik Roma. Dalam konteks inilah Zwingli pernah menjadi chaplain beberapa kali. Walaupun Zwingli memiliki patriotisme yang tinggi terhadap Swiss, dia sangat membenci dan menolak praktik ini setelah mengetahui beberapa dampak dari praktik ini. Pertama, karena sifat praktik ini adalah bayaran, jadi Swiss tidak peduli menjual tenaga prajuritnya kepada siapa. Swiss hanya peduli siapa yang bisa dan mau membayar. Tidak jarang kedua belah pihak yang akan berperang sama-sama membeli tenaga prajurit dari Swiss, sehingga ketika peperangan terjadi, orang Swiss akan bertemu dengan orang Swiss yang lain sebagai musuh. Mereka harus membunuh orang sebangsa mereka sendiri, bahkan mungkin tetangga mereka atau orang yang mereka kenal. Dalam hati Zwingli yang patriotik itu ada tangisan yang mendalam ketika melihat hal tersebut terjadi. Kedua, praktik ini membuat orang-orang yang dikirim ke medan perang hidup dengan moral dan kebiasaan yang semakin rusak, dan hal ini berdampak ketika mereka yang selamat kembali pulang kepada keluarganya di Swiss. Kepala keluarga yang pergi berperang terbiasa dengan cara hidup yang keras dan kejam dalam peperangan dan tidak berubah ketika sudah pulang. Akhirnya keluarga mereka menderita dan amoralitas sering terjadi. Zwingli juga sangat sedih melihat hal ini. Karena ketidaksetujuannya kepada praktik penyediaan prajurit ini, Zwingli mulai membuat dan memasukkan kritik mengenai hal ini dalam khotbah-khotbahnya di Glarus. Tetapi khotbah-khotbahnya justru diinterpretasikan sebagai suatu hal yang tidak patriotik oleh jemaat yang dia gembalakan di Glarus. Akhirnya Zwingli diusir dari Glarus pada tahun 1516 dan tidak boleh lagi berkhotbah di sana.

Zwingli berpindah dari Glarus ke Einsiedeln. Einsiedeln tidak jauh dari Glarus, hanya beberapa mil saja perbedaan jaraknya. Einsiedeln merupakan sebuah kota yang terkenal bagi para peziarah. Kota ini sering sekali dikunjungi oleh peziarah, bahkan sampai sekarang. Di kota ini Zwingli juga diterima sebagai pengkhotbah di gereja Einsiedeln. Di tempat inilah Zwingli mulai mengerti dan melihat dengan mata kepalanya sendiri praktik indulgensia Katolik Roma. Praktik indulgensia ini dibawa masuk ke Swiss oleh seorang tukang jualan bernama Samson pada tahun 1515. Zwingli sangat tidak setuju dengan praktik ini dan terus menyerang dan mengutukinya melalui khotbah di atas mimbar. Hal ini dilakukannya pada tahun 1516, sedangkan Luther baru memakukan 95 tesisnya pada tahun 1517.

Pada waktu Zwingli tidak berkhotbah di Einsiedeln, Zwingli terus-menerus belajar dan membaca. Dia sering pergi ke universitasnya terdahulu, Universitas Basel, untuk terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang ada. Pada saat itu seorang cendekiawan humanis Kristen bernama Desiderius Erasmus dari Rotterdam sedang berkunjung ke kota Einsiedeln. Dia sedang mengerjakan karyanya berupa sebuah buku yang berjudul Novum Testamentum Omne. Buku ini merupakan teks lengkap buku Perjanjian Baru dalam bahasa Latin dan Yunani. Sebelumnya belum pernah ada buku teks Perjanjian Baru dalam bahasa asli sama sekali. Yang ada hanyalah kumpulan ribuan manuskrip yang tersebar di mana-mana, salah satunya ada di Universitas Basel yang menjadi alasan kedatangan Erasmus ke sana. Erasmus meneliti dan mengompilasi seluruh manuskrip yang ada dan membuat satu buku teks yang bisa dibaca oleh seluruh kaum humanis dan cendekiawan. Setelah berabad-abad, akhirnya orang bisa memiliki akses kepada bahasa asli Alkitab dan tidak perlu bergantung hanya kepada translasi Latin Vulgata saja.

Ketika buku yang dibuat oleh Erasmus sudah jadi dan dicetak, Zwingli mendapatkan satu eksemplar. Waktu buku itu sampai ke tangannya, dia sangat senang dan langsung secara intensif membacanya di lantai dua rumahnya di Einsiedeln. Dia membacanya dengan teliti dan membuat perbandingan tafsiran Bapa-bapa Gereja mengenai teks-teks tersebut. Selama 2 tahun Zwingli terus mengupas teks Perjanjian Baru tersebut sambil memikirkan kembali apa yang sebenarnya terjadi dalam zamannya. Zwingli menemukan bahwa banyak praktik dan ritual yang dilakukan oleh Katolik Roma tidak sejalan dengan firman Tuhan. Selain itu, firman Tuhan tidak pernah diperdengarkan secara langsung ke jemaat, yang diperdengarkan selama ini justru adalah khotbah-khotbah yang disesuaikan dengan pedoman penafsiran gereja Katolik Roma. Oleh sebab itu Zwingli bertekad untuk mengkhotbahkan seluruh kitab Perjanjian Baru dari awal sampai akhir kepada jemaat. Zwingli ingin agar jemaat mendengar firman Tuhan dan Injil yang sejati, bukan firman manusia. Khotbah eksposisi itu nantinya akan dia lakukan di Zurich selama 6 tahun, dan para petinggi kenegaraan Swiss juga ikut mendengar khotbah Zwingli.

Setelah 3 tahun melayani sebagai pengkhotbah di Einsiedeln, ada kesempatan terbuka bagi Zwingli untuk menjadi pastor rakyat (people’s priest) di Zurich, kota terbesar dalam negara Swiss. Dari beberapa kandidat yang dipilih untuk menduduki jabatan ini, Zwingli terpilih. Zwingli kemungkinan besar terpilih karena reputasi khotbahnya yang baik dan dikenal oleh banyak kaum humanis di Swiss. Zwingli membawakan khotbah pertamanya di Zurich pada ulang tahunnya yang ke-36, pada tanggal 1 Januari 1519. Khotbah yang dibawakan oleh Zwingli dimulai dari Matius 1:1, mengenai silsilah Yesus Kristus. Pada saat itu gaya khotbah yang ekspositoris dan seperti pendalaman Alkitab merupakan suatu hal yang baru dan revolusioner.
Walaupun Zwingli sudah mendapatkan jabatan yang tinggi, dia tidak pernah berhenti memberitakan kebenaran dan menegur yang salah melalui mimbar. Misalnya mengenai praktik penyewaan tenaga prajurit kepada pihak di luar Swiss, hal ini tetap saja ditentangnya melalui khotbah-khotbahnya di mimbar walaupun dia pernah diusir dari Glarus karena hal ini. Apa hasil dari konsistensinya? Pada tahun 1522, negara Swiss akhirnya setuju agar praktik ini dihapuskan karena merusak spiritualitas dan mental orang Swiss. Ada hal lain lagi yang ditentang oleh Zwingli pada tahun itu mengenai praktik tradisi Katolik Roma. Praktik yang ditentang adalah mengenai tradisi dan ritual penantian hari Paskah (Lenten season). Penentangan ini akan menjadi suatu pemicu yang besar bagi terjadinya reformasi negara Swiss.

Penentangan ritual penantian hari Paskah Katolik Roma di Swiss dimulai dengan sosis. Orang Swiss sangat suka dengan makanan bernama bratwurst, yang berupa sosis campuran daging sapi muda, sapi, dan babi. Makanan ini biasanya selalu ada dalam setiap acara atau festival orang Swiss. Anehnya dalam tradisi penantian hari Paskah di Swiss, makanan ini dilarang. Masa penantian hari Paskah Katolik dimulai 40 hari sebelum hari Paskah, yaitu pada hari Rabu Abu. Jadi sebelum masa penantian itu lewat, orang Swiss dilarang menyantap bratwurst.

Pada saat hari penantian Paskah di tahun 1522, Zwingli dan beberapa temannya mengunjungi sebuah pameran printer dari seseorang yang bernama Christoph Froschauer. Masalahnya, di dalam pameran itu bratwurst disajikan. Banyak cibiran yang menimpa Froschauer dan teman-teman Zwingli. Zwingli marah karena melihat tradisi penantian yang harusnya baik itu justru menjadi alat untuk menghina orang lain hanya karena menyantap suatu makanan tertentu. Akhirnya Zwingli menuliskan sebuah khotbah yang berjudul Von Erkiesen und Freiheit der Speisen (Regarding the Choice and Freedom of Foods). Dalam khotbah ini Zwingli menjelaskan bahwa tidak ada dasar Alkitab sama sekali bagi tradisi pelarangan makan makanan tertentu dan dia juga mengkritik ritual puasa yang dilakukan secara berlebihan di masa penantian ini. Khotbahnya memengaruhi banyak orang, bahkan orang-orang yang duduk dalam posisi pemerintahan. Dari khotbah Zwingli tersebar semangat yang menyadarkan rakyat Swiss, yaitu semangat untuk kembali kepada Alkitab sebagai dasar kebenaran satu-satunya, termasuk dalam hal menilai ritual-ritual Katolik Roma dan bagaimana menjalani kehidupan sehari-hari mereka.

Tahun 1523 adalah tahun yang krusial bagi reformasi di Swiss. Pada tanggal 19 Januari 1523, Zwingli menerbitkan 67 artikel kepada dewan kota untuk melawan ajaran dan praktik Katolik Roma yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Artikel itu disetujui untuk diperdebatkan secara hukum dan akan menentukan cara kehidupan warga kota Zurich selanjutnya. Perdebatan diadakan pada tanggal 29 Januari 1523 dan seluruh pihak diundang, baik dari pihak reformator, Katolik Roma, maupun 600 orang saksi yang merupakan perwakilan dari rakyat Zurich. Perdebatan terjadi tidak terlalu panjang, karena argumen para reformator kuat sekali berakar pada firman Tuhan dan bisa dijelaskan secara gamblang, sedangkan pihak Katolik Roma mengalami kesulitan karena harus mengarang-ngarang alasan yang tidak berdasar. Perdebatan sengaja dilakukan dalam bahasa Jerman supaya semua rakyat bisa mengikuti alur perdebatan dan tidak ada yang disembunyikan melalui retorika. Awalnya pihak Katolik Roma ingin perdebatan dilangsungkan dalam bahasa Latin, tetapi dewan kota tidak mengizinkannya.

Pada akhirnya pihak para reformator menang telak. Kejadian demi kejadian dengan cepat terjadi setelah hari perdebatan itu, menandakan arus reformasi di Zurich semakin lama semakin deras, bahkan berpengaruh sampai ke seluruh Swiss, dan hidup rakyat Swiss berubah total. Pengaruh-pengaruh itu antara lain adalah ditinggalkannya tradisi masa penantian Paskah yang berlebihan, hamba Tuhan atau petugas gereja boleh menikah (Zwingli sendiri menikah dengan seorang janda bernama Anna Reinhart), Alkitab boleh diterjemahkan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh rakyat dan rakyat boleh membaca Alkitab secara pribadi, gambar-gambar dan relik-relik dibuang dari gedung gereja, gereja-gereja lepas dari kontrol kepausan, biara-biara dibubarkan, puasa berlebihan dilarang, liturgi misa Katolik Roma diganti, perjamuan kudus tidak diadakan setiap kebaktian, melainkan hanya beberapa kali setahun, disiplin gereja ditegakkan dan dipraktikkan di bawah pengawasan  pejabat gereja, dan khotbah yang berasal hanya dari firman Tuhan yang sejati diwajibkan di setiap mimbar di seluruh Swiss. Reformasi besar-besaran terjadi di Swiss dan mengubah hidup begitu banyak orang.

Pada tahun 1529, reformasi telah terjadi di mana-mana dan banyak reformator di tempat lain yang muncul, seperti Martin Luther dan John Calvin. Pada tahun ini para reformator sepakat untuk membuat sebuah pertemuan untuk menyamakan visi dan ajaran mengenai banyak hal. Banyak ajaran yang mereka sepakati bersama dan tidak ada masalah, tetapi sayang sekali ketika pembahasan menyentuh wilayah perjamuan kudus, tidak ada satu pun dari reformator besar yang sepakat satu sama lain. Terutama Luther, dia sangat keras menentang konsep perjamuan kudus yang berbeda dengan konsepnya yang berupa konsubstansiasi. Pandangan Zwingli mengenai perjamuan kudus adalah darah dan tubuh Kristus hanya merupakan simbol yang digantikan dalam roti dan anggur, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan kita kepada pengorbanan Kristus di atas kayu salib. Luther bersikeras mempertahankan argumennya bahwa tubuh dan darah Kristus benar-benar hadir saat kita menyantap roti dan anggur.

Tahun 1529 juga menjadi tahun di mana orang Protestan di Swiss memutuskan untuk berperang membersihkan area-area yang masih Katolik dan mengusir Katolik dengan tuntas dari negara Swiss. Zwingli menyarankan mereka agar pergi berperang agar tidak dikalahkan kemudian hari oleh Katolik. Penyerangan Protestan kepada Katolik tahun 1529 berhasil mengusir Katolik keluar dari Swiss. Saat itu Katolik juga sedang tidak memiliki tenaga yang cukup untuk melawan. Tetapi Katolik tidak tinggal diam, mereka menggunakan 2 tahun untuk bersiap berperang membalas orang Protestan di Swiss. Pada tahun 1531 perang terjadi lagi dan pada peperangan kali ini Zwingli memaksa ikut ke dalam perang dan berperang sebagai chaplain. Tetapi sayang sekali Zwingli malah terbunuh di dalam perang ini. Kepalanya dihantam dengan batu ketika dia sedang mendoakan prajurit yang hampir mati. Dalam keadaan yang hampir mati Zwingli ditusuk dengan pedang oleh orang Katolik yang mengetahui siapa dirinya.

Zwingli rela memperjuangkan kebenaran sampai mati walaupun dalam perjuangan itu tidak selalu memberikan dirinya keuntungan atau manfaat. Apakah yang kita perjuangkan di dalam hidup kita? Apakah kita memperjuangkan kebenaran? Ataukah kita tidak memedulikan kebenaran? Marilah kita cepat bagi Kerajaan Allah dan lambat bagi keuntungan diri sendiri. Jika yang mengaku Kristen tidak hidup seperti demikian, masihkah dunia ini ada pengharapan?

Rolando
Pemuda FIRES