Injil Separuh dan Implikasinya dalam Kehidupan Gereja
“Apa itu Injil?” Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang harus terus-menerus kita gumulkan sebagai pengikut Kristus. Kehidupan Kristen bukanlah dimulai dengan Injil, “percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat”, lalu dilanjutkan dengan “pengajaran-pengajaran yang lebih dalam dari Injil”. Keseluruhan kehidupan Kristen adalah pengalaman dari keutuhan Injil.
Banyak orang mengerti Injil secara separuh. Khususnya di dalam kalangan kaum Injili, banyak yang mengerti Injil keselamatan dalam kacamata “masuk surga” (dengan kata “surga” yang didefinisikan masing-masing). Dalam rangka untuk “masuk surga”, kekristenan sering kali ditawarkan hanya dalam perspektif pengampunan dosa, karena hukuman dosa kita telah ditanggung oleh Tuhan Yesus Kristus.
Memang salah satu aspek keselamatan adalah Tuhan Yesus Kristus yang mati menanggung hukuman dosa kita. Namun jika hanya ini yang terus-menerus didengungkan, maka sebenarnya kita telah mengurangi isi Injil!
Ada beberapa efek samping yang nyata dalam kehidupan bergereja dari pengajaran yang separuh seperti ini. Di dalam gereja timbul orang-orang Kristen palsu yang menginginkan “masuk surga” sambil menginjak-injak darah Kristus yang berharga. Mereka “yakin masuk surga”, tapi tidak ada perubahan hidup di dalam diri mereka, dan mungkin Tuhan Yesus akan berkata kepadanya di akhir zaman, “Enyahlah engkau hai pembuat segala kejahatan!” Efek samping lain adalah timbulnya jemaat yang malas melayani karena merasa kekristenan hanyalah soal “saya masuk surga”. “Apa gunanya sibuk-sibuk pelayanan lagi jika saya sudah ‘pasti masuk surga’? Biarlah orang-orang yang lebih ‘bertumbuh’ saja yang melayani. Toh, saya sudah ‘percaya Tuhan Yesus’.”
Semangat Reformed tidak memberi tempat bagi pengajaran-pengajaran yang separuh seperti ini! Jika kita ingin kehidupan Gereja yang sehat maka kita perlu memiliki pengertian yang menyeluruh tentang Injil. Pengertian kita akan Injil harus terus-menerus bertumbuh, bukan hanya di dalam satu aspek, tetapi di dalam segala aspeknya sampai kita memiliki pengenalan yang penuh akan kasih karunia Allah. Injil bukanlah hanya awal dari kehidupan Kristen, tapi keseluruhan kehidupan Kristen.
Isi Injil
Paulus mengingatkan jemaat Korintus mengenai isi Injil yang sudah ia beritakan, “bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.” (I Korintus 15:3-4)
Injil bukanlah hanya mengenai kematian Kristus, melainkan juga kebangkitan Kristus. Mungkin kita semua tahu mengenai hal ini. Tapi mengapa ketika kita memberitakan Injil, kita sering kali hanya menekankan pengampunan dosa melalui kematian Tuhan Yesus? Maka sebenarnya yang menjadi masalah adalah ketidakmengertian kita akan penerapan kebangkitan Kristus terhadap keselamatan kita. Kita tahu secara obyektif bahwa Kristus telah bangkit, tapi apa artinya itu bagi kita? Bukankah keselamatan kita telah secure oleh substitusi yang dilaksanakan Yesus Kristus di atas salib? Benarkah demikian?
Injil: Penggenapan dan Penerapan Penebusan
Theologi Reformed dengan cermat membedakan antara Injil yang digenapi oleh Yesus Kristus dengan Injil yang diterapkan kepada tiap individu pilihan Allah Bapa melalui Roh Kudus. Jadi ada dua aspek Injil: penebusan yang telah tergenapi di dalam diri Yesus Kristus (redemption accomplished), dan penebusan Kristus yang diterapkan kepada kita oleh Roh Kudus (redemption applied). Yang pertama bersifat obyektif, yang kedua bersifat subyektif. Di dalam artikel singkat ini saya akan mengajak kita untuk menggumuli relasi “kematian dan kebangkitan Kristus” yang adalah isi Injil yang obyektif dengan keselamatan yang kita alami secara subyektif.
Permasalahan Manusia di dalam Adam: Guilt of Sin dan Pollution of Sin
Manusia diciptakan di dalam gambar dan rupa Allah. Namun kita semua telah berdosa dan menjadi pendosa. Ketika Adam berdosa ada dua masalah yang timbul: kebersalahan manusia akibat dosa (guilt of sin) dan polusi dosa di dalam diri manusia (pollution of sin).
Allah adalah Allah yang adil. Maka upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Pemberontakan terhadap yang Mahatinggi layak dibalas dengan hukuman kekal selama-lamanya. Guilt of sin melihat dosa dari aspek legal. Orang yang berdosa harus dihukum.
Namun permasalahan dosa bukan hanya guilt of sin. Dosa telah menyebabkan “kecenderungan hati manusia selalu jahat semata-mata” (Kejadian 6:5). Dosa merusak natur manusia. Manusia yang tadinya hidup bersukacita dalam melayani Allah dan merepresentasikan kemuliaan Allah, sekarang telah tercemar oleh dosa dan tidak lagi mau memuliakan Allah. Perbuatan-perbuatan yang kita anggap baik sebenarnya adalah kejahatan karena kita tidak mengaitkannya dengan kemuliaan Allah. Inilah yang disebut pollution of sin. Tidak ada satu orang pun yang adalah keturunan Adam yang tidak terpolusi oleh dosa. “Karena semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23).
Keselamatan: Kesatuan dengan Kristus
Theologi Reformed tidak melihat keselamatan dalam perspektif “masuk surga”. Kita melihat keselamatan dalam perspektif “kesatuan dengan Kristus”. Di dalam kesatuan dengan Kristus, dua problem dosa: guilt of sin dan pollution of sin, terselesaikan. Dalam kesatuan kita dengan Kristus, mengalirlah dua berkat keselamatan: pembenaran (justification) dan pengudusan (sanctification). Justification menyelesaikan masalah guilt of sin, dan sanctification menyelesaikan masalah pollution of sin. Bagaimana hal ini terjadi?
Kematian dan Kebangkitan Kristus untuk Pembenaran Kita
Di dalam kematian Kristus, dosa kita diperhitungkan kepada Kristus. Yang seharusnya mati adalah kita, sedangkan yang menerima hukuman dosa adalah Yesus Kristus. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (II Korintus 5:21). Inilah aspek pertama dari pembenaran.
Di dalam kebangkitan Kristus, kebenaran Kristus diperhitungkan kepada kita. Kita menjadi orang benar, bukan karena perbuatan kita (ingat Kejadian 6:5), tapi karena kehidupan Kristus yang sempurna menjalankan seluruh kehendak Allah. Keseluruhan hukum Taurat digenapi di dalam kehidupan Kristus. Hidup-Nya suci, kudus, sempurna, dan tak bercacat. Kebenaran itulah yang diperhitungkan kepada kita! Betapa indahnya kasih karunia Allah di dalam Kristus!
Kebangkitan Kristus merupakan pengesahan Allah akan kesempurnaan hidup Kristus. Kebangkitan menyatakan bahwa Yesus Kristus tidak layak menerima kematian kekal. Tanpa kebangkitan, kita tidak dapat diperhitungkan sebagai orang benar.
Jika Yesus Kristus hanya mati untuk menanggung hukuman dosa kita, kita hanya akan kembali kepada status kita pada saat penciptaan. Kita masih mungkin berdosa lagi dan lepas dari perkenanan Allah. Namun keselamatan kita di-secure oleh Yesus Kristus dengan cara kebenaran-Nya diperhitungkan kepada kita. Status kita sekarang adalah orang benar sekalipun kita masih mungkin berbuat dosa. Pembenaran secara positif ini membuat keselamatan kita aman di dalam Kristus. Puji TUHAN!
Jadi, ada dua transaksi di dalam pembenaran: secara negatif, dosa kita diperhitungkan kepada Kristus; dan secara positif, kebenaran Kristus diperhitungkan kepada kita. Demikianlah kematian dan kebangkitan Kristus diterapkan oleh Roh Kudus kepada kita. Rasul Paulus menyimpulkan dua aspek pembenaran ini di dalam Roma 4:24-25, “sebab kepada kita pun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.”
Kematian dan Kebangkitan Kristus untuk Pengudusan Kita
Problema dosa manusia bukan hanya guilt of sin. Manusia diciptakan untuk memuliakan Allah, sedangkan keadaan kita sekarang dibelenggu oleh natur kita yang berdosa. Tuhan Yesus pernah berkata, “setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.” (Matius 7:17) Permasalahan manusia berdosa bukanlah terutama di buahnya, melainkan di dalam pohonnya; bukanlah terutama di perbuatan-perbuatan dosa kita, melainkan di natur kita yang sudah rusak. Apakah mungkin kita dibenarkan oleh Allah namun Allah tetap membiarkan kita dibelenggu oleh natur kita yang sudah rusak? Sekali-kali tidak!
Pengudusan merupakan pemulihan kembali natur kita untuk akhirnya nanti menjadi serupa dengan Tuhan kita, Yesus Kristus (Roma 8:29). Di dalam kematian Kristus, natur kita yang lama, yang rusak di dalam dosa, ikut mati bersama-sama dengan Kristus. Di dalam kebangkitan Kristus, hidup Kristus yang suci semakin hidup di dalam kita. Itulah mengapa Yesus Kristus berkata, “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” (Yohanes 12:24)
Rasul Paulus memberikan kalimat yang begitu teliti mengenai kematian dan kebangkitan natur kita bersama-sama dengan Kristus,
“Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (Roma 6:4-11)
Kebangkitan kita bersama-sama dengan Kristus menjadi suatu jaminan bahwa kita pada akhirnya akan menjadi sempurna serupa dengan Kristus. Kita pada akhirnya menjadi sempurna, sepenuhnya bebas dari dosa dan hidup bagi Allah. Sekalipun kita masih bergumul melawan natur lama kita pada hari ini, nanti kita pasti akan menjadi kudus, tak bercacat di hadapan Allah. Dan betapa mulianya ketika nanti kita akan diberikan tubuh kebangkitan, tubuh baru yang bebas dari dosa, yang memungkinkan kita untuk melayani Allah dengan sebebas-bebasnya dan penuh sukacita!
Kesimpulan
Injil keselamatan tidaklah bisa dipisah-pisahkan. Kita tidak mungkin menerima kematian Kristus tanpa menerima kebangkitan Kristus. Kita tidak mungkin menerima pembenaran tanpa menerima pengudusan. Satu paket kasih karunia Allah inilah yang memberikan kita keselamatan dari dosa: dari guilt of sin dan dari pollution of sin.
Jika kita mengaku “percaya kepada Kristus” namun tidak hidup seperti Kristus, “menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Kristus”, sepatutnyalah kita mempertanyakan apakah kita sudah diselamatkan. Sebab Allah tidak mungkin memberikan pembenaran kepada satu orang tanpa memberikan juga natur yang baru dalam diri orang tersebut. Natur baru tidak mungkin masih mengasihi dosa dan segala kebejatannya, karena “yang lama telah berlalu, dan sesungguhnya yang baru sudah datang.” (II Korintus 5:17)
Kebangkitan Kristus pulalah yang memberikan kepada kita keteguhan dalam melayani Tuhan untuk kerajaan-Nya. Tanpa kebangkitan, tidak mungkin ada vitalitas dalam hidup gerejawi. Hidup Kristus yang hidup di dalam hidup kita membuat kita terus giat membangun tubuh Kristus sampai kepada kesempurnaannya. Demikianlah rasul Paulus menutup eksposisinya mengenai kebangkitan Kristus, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (I Korintus 15:58)
Rock of Ages, cleft for me,
let me hide myself in Thee:
Let the water and the blood,
from Thy wounded side which flowed,
be of sin the double cure:
save from wrath and make me pure.
– Augustus M. Toplady –
Dalam kasih karunia Allah,
Andi Soemarli Rasak
Jemaat MRII Cibubur