,

John Wycliffe: Morningstar of the Reformation

John Wycliffe dilahirkan di Yorkshire, Inggris (c. 1320-1330). Wycliffe adalah seorang theolog dan filsuf berkebangsaan Inggris sekaligus juga seorang Reformator. Ia berjasa di dalam pekerjaannya menulis terjemahan lengkap Alkitab berbahasa Inggris, yang pada mulanya berbahasa Latin. Wycliffe termasuk di dalam salah satu Reformator awal gereja. Teorinya yang membahas mengenai Ecclesiastical Polity membatasi kekuasaan gereja di abad ke-14, dan pada tahun 1378 ia mulai menyerang kepercayaan dan praktik gereja yang dianggapnya tidak sesuai dengan Alkitab. Pandangan dan pemikirannya yang kontroversial ini dipropagandakan oleh para pengikutnya, The Lollards, kaum scholar dari Oxford.

Wycliffe adalah seorang yang cukup terpandang di Inggris pada masanya akibat ketekunan dan keunggulan akademisnya. Pada studi tingkat sarjana, Wycliffe menyibukkan dirinya dengan ilmu alam (natural science) dan matematika, lalu karena kemampuannya yang mumpuni ia diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi lanjutnya dalam bidang filsafat. Wycliffe juga kembali mengambil sarjana dalam bidang theologi sebab ia memiliki minat yang begitu besar dalam pembelajaran Alkitab. Akibat kegemilangannya, tahun 1365 Wycliffe diangkat menjadi kepala dari Canterbury Hall oleh Simon Islip, Uskup Agung Canterbury. Tidak jauh dari waktu pengangkatannya, antara tahun 1366 dan 1372 Wycliffe mendapatkan gelar doktor theologinya. Dengan itu, ia berhak memberikan pengajaran theologi sistematis.

Namun Wycliffe bukan hanya tersohor karena kepintarannya dalam bidang akademis, tetapi akibat kontribusinya di ranah politik gerejawi (ecclesiastical politics) pada tahun 1370-an. Kesibukannya mendalami firman Tuhan mendorong dirinya untuk mereformasi gereja, yang kemudian juga memengaruhi negara Inggris dan dunia setelahnya. Dengan pengertiannya akan firman Tuhan ini, ia mengkritisi berbagai praktik gereja pada masanya.

Paus di masa itu telah menuntut bahwa hak milik gereja-gereja di Inggris adalah milik Paus. Wycliffe tidak menyetujui tuntutan tersebut. Ia berpendapat bahwa raja Inggris tidak berhutang finansial apa pun kepada Paus. Wycliffe berpendapat bahwa harta milik gereja merupakan milik negara. Hal ini mendorongnya untuk menyelidiki prinsip kepemilikan di dalam Alkitab. Sampai ia berkonklusi bahwa gereja tidak seharusnya memiliki harta duniawi sampai seperti itu. Gereja harus menjadi sederhana di hadapan Allah seperti di zaman para rasul. Oleh karena itu, Paus dan konsilinya harus tunduk di bawah hukum Allah, sebab Kristuslah Sang Kepala Gereja yang sejati. Bahkan Wycliffe sampai mengatakan bahwa Paus adalah si Anti-Kristus.

Kejadian ini membuat semakin panas api pertikaian antara Gereja Roma Katolik dan John Wycliffe. Wycliffe menganggap standar kebenaran sepenuhnya berada dalam Alkitab. Jika suatu tuntutan tidak dapat dibuktikan dasarnya melalui Alkitab, ia menolak dan menghitungnya sebagai penyelewengan. Maka, Wycliffe dikenal sebagai seorang hamba Tuhan yang cukup gamblang dalam mempertahankan pandangannya. Ia tidak bisa berkompromi jika memang praktik gereja dan Paus tidak sesuai dengan Alkitab. Ketaatannya kepada firman Tuhan ini yang membuatnya menemukan banyak sekali kebenaran yang diabaikan dan diselewengkan oleh gereja. Iman kepercayaan terhadap firman Tuhan seperti Wycliffe inilah yang diadopsi oleh para Reformator selanjutnya.

Belum lagi Wycliffe menolak dan mengutuk pandangan gereja yang berpendapat bahwa penghapusan dosa dan keselamatan orang yang sudah mati dapat dibayar dengan membeli surat indulgensia dari gereja. Dalam doktrin “Justification by Faith” yang dibahas oleh Wycliffe dalam tesisnya, ia menuliskan: “Trust wholly in Christ, rely altogether on His sufferings; beware of seeking to be justified in any other way than by His righteousness. Faith in our Lord Jesus Christ is sufficient for salvation. There must be atonement made for sin according to the righteousness of God. The person to make this atonement must be God and man.” Wycliffe bahkan meringkas tesisnya yang berisikan kebenaran Alkitab (sekaligus penolakan terhadap kesalahan ajaran gereja) menjadi traktat ringkas yang mudah dimengerti oleh orang awam atau rakyat biasa.

Walaupun Wycliffe telah berkali-kali ingin dihakimi dan dijatuhi hukuman oleh gereja, ia kerap didukung dan dilindungi oleh John of Gaunt, Duke of Lancaster. Lalu, pengajarannya juga cukup terkenal dan diterima di daerah Kerajaan Bohemia (sekarang bagian barat Republik Ceko). Pandangan reformasinya pun mendapat banyak dukungan di London, karena para bangsawan dan orang-orang di bawahnya senang mendengarkan khotbah dari Wycliffe. Ia berkhotbah di banyak gereja, dan kota London menerimanya. Yang justru menolak dan melawan Wycliffe adalah para biarawan yang merasa terancam oleh pengajaran Wycliffe ini.

Pada musim panas tahun 1381 Wycliffe menggarap doktrin mengenai perjamuan kudus di dalam dua belas kalimat pendek, dan menganjurkan untuk menyebarluaskannya ke banyak tempat, tetapi hierarki negara Inggris menentangnya. Rektor Universitas Oxford juga mencap deklarasinya sebagai bidat. Bahkan John of Gaunt meminta Wycliffe untuk menenggelamkan niatnya mereformasi kesalahan gereja ini. Namun Wycliffe bersikeras mempertahankan kepercayaannya. Ia justru memublikasikan pandangannya terhadap subjek ‘Transubstansiasi’ yang dianggapnya telah disalahmengertikan oleh Gereja Roma Katolik. Ia juga menuliskan traktat itu di dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh kaum awam. Pandangannya ini tidak hanya sebatas pembelajaran saja, tetapi juga mencelikkan mata orang banyak. Dengan demikian, pengikut Wycliffe, The Lollards, semakin bertambah dalam jumlah yang besar.

Dekat dengan perlawanan Wycliffe terhadap doktrin gereja ini, pada tahun 1381 terjadilah Revolusi Petani di Inggris, sehingga Wycliffe dianggap telah memotori pemberontakan tersebut. Walaupun Wycliffe sangat tidak menyetujuinya, tulisan-tulisan Wycliffe pada akhirnya dilarang untuk dipublikasikan, dan diperintahkan untuk dibakar. Ia sendiri kehilangan kedudukannya di Oxford dan tidak diperbolehkan lagi berkhotbah. Akhirnya Wycliffe dan para pengikutnya diusir dari Oxford.

Namun akibat pengusirannya, ia memiliki waktu untuk memfokuskan dirinya menerjemahkan Alkitab bersama dengan para pengikutnya. Menurut Wycliffe, setiap orang harus diberi keleluasaan membaca firman Tuhan dalam bahasanya sendiri. “Oleh karena Alkitab berisikan Kristus, yang diperlukan untuk mendapatkan keselamatan, maka Alkitab sangat diperlukan bagi semua orang, bukan hanya bagi para imam saja,” tulisnya. Menerjemahkan Alkitab dari versi Vulgata (Latin) adalah inisiatif dari Wycliffe. Walaupun dalam pekerjaannya menerjemahkan Alkitab sering kali ia dihadapkan dengan pengadilan dan masalah, kerinduannya melihat setiap pribadi membaca dan mengerti firman Tuhan tidak terbendung. Hal itu yang membuatnya terus berjuang dalam penerjemahan Alkitab.

Meskipun banyak yang berusaha untuk membunuh Wycliffe, belas kasihan Allah memperbolehkannya untuk beristirahat dengan tenang di atas tempat tidurnya. John Wycliffe meninggal dunia pada akhir tahun 1384, tepat 31 Desember 1384, akibat serangan stroke yang telah dialaminya beberapa tahun terakhir. Namun kebencian terhadapnya tidak berujung sampai di sini. Tiga puluh tahun setelah kematiannya (4 Mei 1385) Konsili Konstanz yang diadakan oleh Gereja Roma Katolik di Konstanz, Jerman, menetapkan ajaran Wycliffe sebagai bidat. Sampai dua belas tahun setelahnya, oleh perintah Paus Martin V, tulang belulang milik Wycliffe digali dan dibakar, lalu abunya dibuang ke aliran sungai Swift.

Sama hebatnya dengan semangatnya menerjemahkan Alkitab, semasa hidupnya Wycliffe juga tidak lupa menggarap masyarakat Inggris dengan pengajarannya. Dari sana muncullah para penginjil yang rendah hati (dikenal juga sebagai kaum Lollards) yang tidak hanya membaca namun juga dengan setia memberitakan Injil dan mengajarkan firman Tuhan. Semangat dan api yang dimiliki mereka dalam penginjilan dan pengajaran firman Tuhan tidak padam meskipun tulang belulang Wycliffe habis dibakar dan mereka mengalami penganiayaan.

Walaupun begitu kejinya penganiayaan terhadap para pengikut Wycliffe, gerakan dan semangatnya tetap bertahan ratusan tahun setelahnya. Bagi mereka yang telah mengenal John Wycliffe, tidaklah heran dengan apa yang dilakukan Martin Luther di Wittenberg, sebab Reformator Jerman ini pun memiliki fondasi yang sama dengan Wycliffe. Begitu juga dengan John Hus, sang pra-Reformator di Kerajaan Bohemia.

John Wycliffe telah dipakai oleh Tuhan sepanjang hidupnya, dipersiapkan untuk menjadi pembuka jalan bagi gerakan Reformasi setelahnya. Sehingga ia juga akrab disebut sebagai “The Morning Star of the Reformation”. Kepekaan yang dimilikinya tidak sering kita jumpai. Dibutuhkan hati yang dipenuhi oleh anugerah Allah untuk dapat melihat kesalahan yang ada pada sebuah zaman. Berhubung setiap kita bergerak di dalam zaman, dan sering kali terhanyut arus ini, kita perlu bertekun dalam mempelajari firman Tuhan, dan juga rendah hati tunduk di bawah-Nya.

“The entrance of your word gives light; It gives understanding.”
Psalm 119:130

Edwin Tjokro
Pemuda MRII Berlin

Sumber:
https://www.britannica.com/biography/John-Wycliffe
http://www.john-wycliffe.com/history.html
http://www.wycliffe.edu/legacy.html
http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed/034/
http://www.lwbc.co.uk/Wycliffe/theology_of_wycliffe.htm