Kita baru saja memasuki masa Lent (Prapaskah) tahun 2023, yang dimulai dengan Rabu Abu pada tanggal 22 Februari 2023 yang lalu. Apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan Lent? Apakah kita orang Kristen pada abad ke-21 ini perlu memperhatikan atau bahkan ikut menjalani masa Lent ini?
Apa itu Lent
Lent adalah masa 40 hari menjelang Paskah. Serupa dengan masa Adven menjelang Natal, Lent adalah periode yang dirayakan sebagai bagian dari tradisi dalam berbagai denominasi Kristen sepanjang sejarah. Periode Lent secara spesifik sangat ditekankan dalam denominasi Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Anglikan.
Walaupun mirip seperti masa Adven menjelang Natal, namun Lent memiliki nuansa yang sangat berbeda dengan Adven. Jika Adven bernuansa penantian yang penuh sukacita karena umat yang percaya menantikan datangnya Yesus yang lahir ke dunia, Lent bernuansa masygul karena menantikan kematian dan kebangkitan Yesus.
Secara tradisi, umat percaya yang menjalankan tradisi Lent melakukan berbagai macam kegiatan yang konkret. Kegiatan ini bisa sesederhana merenungkan dosa, berpuasa, maupun berpantang melakukan atau mengonsumsi sesuatu yang disukai. Tujuannya adalah untuk mengingat bahwa kita adalah manusia yang berdosa yang membutuhkan darah Kristus yang dialirkan di kayu salib agar kita dapat memiliki hidup baru di dalam Allah.
Angka 40 yang dipakai untuk menentukan panjangnya masa Lent juga merupakan angka yang sering dipakai dalam Alkitab. Mulai dari orang Israel yang mengitari padang gurun selama 40 tahun, nubuatan Nabi Yunus bahwa 40 hari lagi Niniwe akan ditunggangbalikkan, dan lain-lain. Namun puncaknya, angka 40 adalah jumlah hari Yesus dicobai di padang gurun oleh Iblis. Peristiwa dalam Alkitab inilah yang membuat tradisi Lent dekat dengan berpuasa dan berpantang untuk merenungkan dosa manusia dan pengampunan dari Allah melalui salib dan kebangkitan Yesus.
Mengapa kita perlu mengobservasi Lent
Menurut penulis, ada beberapa alasan mengapa kita perlu memperhatikan periode Lent terutama pada abad ke-21 ini. Mungkin kita tidak harus atau mampu untuk mengikuti tradisi yang begitu ketat seperti berpuasa dan berpantang sepanjang periode Lent. Namun, sebagai orang percaya, tradisi ini dapat bermanfaat bagi kita jika kita paling tidak memperhatikannya.
Pertama, di tengah dunia yang penuh hiruk pikuk dari kegiatan sehari-hari kita, sebuah periode di mana kita bisa berhenti sejenak untuk merenungkan hidup kita adalah suatu waktu yang kita butuhkan. Hidup di dunia modern mengarahkan manusia untuk hidup seperti robot dan kehilangan arah hidup. Kita diharuskan bekerja keras, mengurus rumah tangga, berelasi dengan orang-orang di sekitar kita, dan banyak hal lain dalam waktu yang terbatas. Alhasil, sering kali semua kegiatan kita berlalu begitu cepat dan tidak memiliki substansi, karena kita tidak sempat benar-benar memaknai setiap pekerjaan tersebut dan harus sudah memikirkan bagaimana menyelesaikan tugas-tugas selanjutnya walaupun belum menyelesaikan pekerjaan yang sebelumnya. Periode Lent mengajarkan kita untuk berhenti sejenak dan merenungkan hidup kita. Perhentian ini sangatlah berguna untuk menghentikan roda rutinitas kita dan memfokuskan kembali hidup kita ke arah yang benar.
Kedua, karena Lent berkaitan dengan kematian dan kebangkitan Yesus, maka perenungan yang diangkat dalam periode ini adalah mengenai dosa. Sering kali kita tidak peka mengenai dosa kita yang terdalam atau, jika kita mengetahui dosa-dosa kita, kadang kita tidak mau membuka koper berbau busuk yang berisikan belatung itu. Kita lebih sering berusaha menganggap dosa-dosa kita yang lalu sudah berlalu dan berharap kepada Tuhan bahwa Dia akan menjauhkan kita dari dosa di masa yang akan datang. Tentu tidak ada yang salah dengan berharap akan perlindungan Tuhan, tetapi periode Lent memberikan suatu konteks dalam waktu untuk kita melihat kembali dosa-dosa kita yang mungkin sudah kita tinggalkan. Konteks ini mengingatkan kita akan betapa rentannya kita untuk berdosa, betapa jauhnya kita jatuh, dan betapa besar anugerah-Nya dalam menyelamatkan kita dengan kematian dan kebangkitan Yesus.
Terakhir, waktu yang kita khususkan untuk merenungkan mengenai dosa kita merupakan suatu cara yang baik untuk kembali memfokuskan hidup kita kembali kepada Kristus. Dengan begitu cepatnya dunia di sekitar kita berputar, sangatlah mudah bagi seorang Kristen kehilangan fokus dalam hidup. Seberapa sering kita mempertimbangkan Yesus sebagai tujuan hidup kita dalam segala aspek dalam hidup kita? Mungkin setelah merayakan Natal dan membuat resolusi tahun baru, kita begitu bersemangat untuk hidup bagi Kristus. Namun yang sering terjadi adalah fokus kita mudah sekali buyar dengan kehidupan kita sehari-hari. Dengan berhenti sejenak dan dalam periode waktu yang terbatas memfokuskan perhatian kita pada Yesus, kita mendapatkan kesempatan untuk mengorientasikan kompas hidup kita ke arah yang benar.
Akhir Kata
Pada puncaknya, ketiga manfaat menjalankan tradisi Lent dalam abad ke-21 ini bertujuan untuk mempersiapkan hati kita untuk memasuki Jumat Agung dan Paskah. Kita mungkin sudah menjadi orang percaya bertahun-tahun dalam hidup kita. Namun, berapa kali kita benar-benar berhenti sejenak dari kesibukan kita dan mengambil waktu khusus untuk memaknai momen ini?
Ketika kita akan merayakan sesuatu yang memiliki signifikansi tinggi, kita tidak mungkin masuk ke perayaan tersebut tanpa persiapan hati yang tepat. Ketika kita hendak menghadiri acara kedukaan atau pemakaman, kita harus mempersiapkan hati kita untuk berduka. Sangatlah tidak etis untuk menghadiri acara kedukaan dengan hati yang gembira dan senyum yang lebar. Begitu pula dengan memasuki acara besar dalam kekristenan. Menjelang Natal, kita harus menanti dengan pengharapan dan sukacita akan datangnya Yesus ke dunia, dan untuk itu kita memiliki tradisi Adven. Menjelang Jumat Agung dan Paskah, kita juga seharusnya memiliki sikap hati yang benar dengan merenungkan dosa kita dan pengharapan keselamatan di dalam kematian dan kebangkitan Kristus, dan untuk itu kita memiliki tradisi Lent.
Mari mengambil langkah konkret pada tahun ini untuk mulai mengobservasi periode Lent dengan langkah-langkah sederhana seperti membaca renungan Lent bersama-sama dengan keluarga agar lebih mudah memiliki arah dalam merenungkan periode ini. Jika Anda tidak tergabung dalam kelompok di dalam gereja lokal dan memiliki keluarga yang belum bisa diajak merenungkan Lent bersama-sama, kita bisa mulai sendiri atau mengajak orang-orang Kristen yang dekat dengan kita untuk bersama-sama membaca renungan harian.
Ada banyak renungan Lent dari berbagai penulis terkemuka yang dapat membantu kita, seperti buku Journey to the Cross oleh Paul David Tripp[1] dan To Seek and to Cross oleh Sinclair Ferguson[2]. Ada juga renungan Lent yang dihasilkan berbagai penulis dan disediakan oleh badan kekristenan, seperti Gospel in Life yang terafiliasi dengan pelayanan Tim Keller[3].
David Kurniawan
Pemuda GRII Pusat KU Sore
[1] https://www.amazon.com/Journey-Cross-40-Day-Lenten-Devotional/dp/1433567679
[2] https://www.amazon.com/Seek-Save-Sinclair-B-Ferguson/dp/1784984450