Jesus Talking to His Disciples

Nabi, Nubuat, dan Injil

Pernahkah terbersit di pikiran kita, kira-kira hal apakah yang Yesus bicarakan bersama murid-murid-Nya setelah Ia bangkit? Setelah Ia bangkit, Yesus memiliki waktu kira-kira sekitar 40 hari bersama murid-murid-Nya. Alkitab sendiri secara eksplisit menuliskan bahwa tema utama yang Yesus bicarakan bersama murid-Nya adalah Injil sebagai penggenapan seluruh berita Perjanjian Lama dan juga proses mempersiapkan mereka untuk memberitakan berita ini. Dalam Lukas 24:44-49 dituliskan: Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.”

Kita bisa melihat di dalam ayat tersebut, bahwa Yesus berusaha menjelaskan kepada murid-murid-Nya tentang nubuat-nubuat di Perjanjian Lama dan bagaimana hal tersebut menunjuk kepada berita Injil yaitu kematian dan kebangkitan-Nya dan bagaimana hal itu berkaitan dengan pengampunan dosa terhadap segala bangsa. Jelas sekali Yesus menunjukkan bahwa seluruh nubuat tertuju kepada berita Injil. Hal ini juga sekaligus menjawab kritik maupun tuduhan dari gerakan-gerakan modern bahwa Injil bukanlah ajaran Yesus melainkan hanyalah fabrikasi dari Paulus maupun rasul-rasul awal. Kita bisa melihat dengan jelas bahwa para rasul memahami konsep bahwa pengampunan dosa datang melalui kematian dan kebangkitan Yesus adalah dari Yesus sendiri.

Kali ini kita akan membahas tentang nubuat dan bagaimana penggenapannya dalam pribadi Yesus. Seberapa pentingkah peran nubuat ini untuk masa lalu? Bagaimanakah nubuat ini membentuk konsep Juruselamat bagi orang-orang di Perjanjian Lama? Untuk lebih memahami hal ini, mari kita survei secara singkat posisi nabi dan nubuat di masa lalu.

Survei Singkat Mengenai Nabi dan Nubuatnya
Nabi menempati salah satu dari tiga jabatan utama dalam dunia theologi: raja, imam, nabi. Jauh sebelum Abraham memasuki Kanaan, teks Mesopotamia kuno telah mengindikasikan sudah banyak orang yang mengaku sebagai nabi yang tersebar di negara-negara sekitar Kanaan.[1] Nabi-nabi tersebut umumnya berbicara atas nama dewa, mengkritik kebejatan moral, dan memprediksi masa depan. Dalam kondisi geo-cultural seperti itu sangat wajar nabi-nabi dalam Perjanjian Lama terkesan memiliki tugas-tugas yang cukup mirip dengan nabi-nabi dewa-dewa lain.

Namun demikian tetap terlihat dengan jelas perbedaan kualitas antara wahyu langsung dari Allah dan usaha manusia untuk memanipulasi para dewa dan memperoleh penglihatan tertentu untuk kepentingan manusia. Para nabi umumnya bernubuat tentang isu yang relevan di masanya maupun nubuat terhadap masa depan. Nubuat terhadap masa depan umumnya bertemakan tentang the day of the Lord (hari Tuhan) dan restorasi masa depan melalui kedatangan Mesias. Perjanjian Lama sendiri memakai tiga kata yang cukup unik terhadap para nabi: hozeh[2] yang lebih mengarah pada penerima visi, ro’eh[3] yang berarti pelihat, dan nabi’ [4] yang lebih berarti penyambung lidah Tuhan. Nubuat para nabi umumnya dicatat dalam kanon Perjanjian Lama bagian nabi-nabi. Tetapi ada juga nubuat yang tersebar di kitab-kitab lain misalnya Raja-raja dan Tawarikh.

Fungsi nabi sudah ada sejak Abraham namun peran mereka masih tidak terlalu jelas. Dalam Perjanjian Lama kita bisa melihat orang-orang seperti Abraham[5], Yakub[6], Musa[7], Samuel[8], Natan[9] sudah memiliki fungsi untuk bernubuat, namun secara peran kenabian, posisi mereka tidak terlalu menonjol, sehingga kita sulit mengenali mereka dengan jabatan nabi. Mereka dijuluki proto-prophets karena sudah tersimpan bibit-bibit kenabian melalui peran mereka di dalam sejarah. Tradisi kenabian mulai diantisipasi oleh Musa melalui ketujuh syarat seorang nabi: berdarah Israel[10], dibangkitkan oleh Allah[11], diinspirasi Roh Kudus[12], menjadi juru bicara Allah[13], otoritasnya berdasarkan nama Allah[14], menjadi penggembala yang baik bagi jemaat Allah[15], nubuat dan pelayanannya dapat diverifikasi[16]. Setelah itu kita mendapati sosok Samuel yang menjembatani era hakim dan raja sebagai role model bagi fungsi dan jabatan nabi yang akan datang. Peran nabi sendiri mulai menjadi permanen dan penting dalam peta sosial-politik serta kondisi spiritual bangsa Israel sejak zaman Elia dan Elisa. Figur Elia dalam melakukan kritik kehidupan sosial menjadi contoh bagi nabi-nabi setelahnya.[17]

Setelah masa transisi ini, kita mulai mengenali adanya writing prophets, dan seluruh nubuat para nabi mulai secara sistematik dibukukan. Sebelumnya, nubuat-nubuat hanya tersebar dalam konteks cerita narasi yang dikutip oleh editor kitab tersebut. Dalam konteks writing prophets, kita mengenali pembagian major prophets (nabi-nabi kecil) dan minor prophets (nabi-nabi besar). Pembagian besar dan kecil ini tidak mengindikasikan perbedaan kuasa maupun nilai pentingnya melainkan hanyalah pada panjang kitab. Pembagian seperti ini mengikuti prinsip kanon tanakh (Alkitab tradisi Ibrani), di mana dalam bagian nevi’im, kedua belas nabi kecil (Trei Asar) dikelompokkan menjadi satu sekalipun tidak ada relasi kronologis. Setelah mereka menuliskan nubuat mereka, tulisan-tulisan mereka, kemudian terus-menerus disalin dalam papirus maupun gulungan kulit oleh para imam setelah mereka.

Para writing prophets ini tersebar dalam kronologis sejarah mulai zaman raja-raja (dimulai dari Amos dan Yunus) sampai setelah pembuangan (diakhiri oleh Maleakhi). Para nabi ini hidup dalam konteks zaman serta pergumulan sosial yang berbeda-beda, mulai dari kerusakan moral, ancaman bangsa Asyur dan Babilonia, kehancuran Israel dan Yehuda, penindasan dalam bayang-bayang pembuangan, sampai akhirnya kembali dari pembuangan dan pembangunan lagi Bait Allah. Konteks yang berbeda-beda ini membuat gaya menulis setiap nabi unik dan berbeda. Setelah Maleakhi, terdapat gap 400 tahun di mana tidak ada nabi yang dibangkitkan Tuhan untuk bernubuat. Setelah itu Tuhan membangkitkan Yohanes Pembaptis sebagai pembuka jalan bagi Mesias sekaligus menutup peran keseluruhan nabi di dalam Perjanjian Lama dan Tuhan berbicara secara langsung melalui Anak-Nya.[18] Dari kesaksian Yesus kita tahu bahwa peran nabi untuk bernubuat berakhir pada Yohanes Pembaptis[19] namun secara fungsi masih tersisa beberapa nabi[20], namun mereka tidak lagi berperan bernubuat mengenai berita Injil.

Dalam kacamata Perjanjian Baru jelas sekali dinyatakan bahwa nabi menyatakan Injil yang mereka gumulkan melalui inspirasi Roh Kudus. Dalam 1 Petrus 1:10-12 dituliskan: “Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat”

Melalui ayat ini kita melihat bahwa keselamatan adalah topik utama fokus penyelidikan dan penelitian para nabi. Yesus jauh sebelum inkarnasi sudah berinteraksi dengan para nabi melalui Roh-Nya tentang apa yang akan terjadi pada-Nya nanti. Ketika Roh Kudus mengarahkan mereka untuk menuliskan sesuatu, tidak berarti mereka sudah memahaminya. Mereka sangatlah ingin tahu maknanya dan secara tekun menyelidikinya. Para nabi sendiri hanya bisa melihat secara bayang-bayang tentang kapan dan bagaimana keselamatan akan masuk ke segala bangsa di mana pribadi dan karya Yesus Kristus menjadi sangat sentral dalam penyelidikan mereka, yaitu melalui penderitaan dan kemuliaan-Nya.

Kita juga melihat berita Injil yang dinyatakan para nabi bukan saja untuk diri mereka sendiri dan zamannya tapi sampai ke zaman Gereja, di mana nubuat para nabi masih sangat relevan untuk direnungkan sampai masa sekarang. Basis pengertian tentang keselamatan ini bukanlah hal yang baru tetapi kelanjutan dari nubuat yang sudah berabad-abad diwariskan oleh para nabi. Selanjutnya kita akan melihat bagaimana pribadi seorang Yesus dalam melanjutkan tradisi kenabian dan bahkan menyempurnakan jabatan nabi yang telah berjalan berabad-abad ini.

Pribadi dan Karya Yesus sebagai Seorang Nabi Agung
Dalam misinya kita tahu bahwa Yesus mempunyai threefold office[21] (tiga jabatan rangkap): Raja, Imam, Nabi. Kali ini kita akan membahas peran Yesus sebagai seorang nabi yang melanjutkan kontinuitas jabatan nabi serta menyatakan seluruh kepenuhan kebenaran Allah secara total. Jika kita melihat dari tampak luar saja, seluruh pelayanan Yesus memiliki ciri nabi. Ia bernubuat tentang masa depan[22], pelayanan-Nya disertai kuasa ajaib[23], kenabian Yesus juga diakui oleh orang-orang di sekitar-Nya[24], bahkan oleh para rasul[25], Yesus sendiri mengakui bahwa diri-Nya seorang nabi[26]. Selain itu, Yesus juga memenuhi seluruh syarat sebagai seorang nabi. Seperti misalnya: Ia orang Yahudi asli[27], menjadi juru bicara Allah[28], Ia diinspirasi oleh Roh Kudus[29], otoritas-Nya diteguhkan Allah[30], dan lain-lain. Tetapi ada hal yang membedakan kualitas kenabian Yesus dibandingkan nabi-nabi yang lain. Yesus membawa harapan yang dulunya hanyalah bayang-bayang menjadi penuh dan nyata dalam diri-Nya. Tugas seorang nabi adalah sebagai penyambung lidah Allah dalam menyatakan kehendak Allah bagi manusia. Dalam tugas-Nya menempati jabatan nabi, Ia telah menyatakan Allah secara penuh kepada manusia.[31] Pribadi Yesus adalah bentuk manifestasi wahyu khusus Allah dalam wujud manusia. Dalam diri-Nya kita bisa melihat wujud nyata seluruh kasih, kemurahan, kebaikan, keadilan, kesucian, kebenaran, dan seluruh karakter Allah seperti yang dinyatakan dalam Alkitab. Para nabi umumnya memiliki peran ganda yaitu menyatakan keadilan dan murka Allah, serta keselamatan, anugerah, dan restorasi yang dijanjikan melalui Mesias. Dalam diri Yesus yang adalah Mesias yang dijanjikan, murka dan keselamatan ini bertemu. Yesus tidak hanya melampau seluruh nabi, tetapi Ia menggenapkan esensi dari kesuluruhan jabatan nabi.

Pelayanan kenabian Yesus tidak diakhiri oleh kenaikan-Nya ke sorga. Faktanya jabatan ini belum berhenti dan masih Ia jalankan sampai sekarang. Ia masih terus menyatakan kebenaran tentang berita Injil melalui pekerjaan Roh Kudus.[32] Melalui kebenaran itu, kita akan dimerdekakan.[33] Manusia dicipta dengan sifat kebenaran yang tertanam secara intrinsik dan melalui peran kenabian Yesus ini, kita akan dibawa masuk ke dalam kepenuhan kebenaran. Sampai sekarang Roh Kudus terus bekerja dalam proses regenerasi maupun iluminasi. Ia menyatakan dosa, kebenaran, dan penghakiman bagi manusia yang berdosa.[34] Roh Kudus mengingatkan kita kepada seluruh ajaran Yesus.[35] Dan tentunya pekerjaan Roh Kudus tidak dapat dipisahkan dari kesaksian Alkitab karena inti dan pusat dari Alkitab adalah Yesus Kristus.

Selanjutnya kita akan membahas bagaimana seluruh nubuat Perjanjian Lama menjadi nyata dalam diri Yesus.

Pribadi dan Karya Yesus sebagai Penggenapan Seluruh Nubuat Perjanjian Lama
Seperti yang sudah kita bahas di atas, inti dari nubuat para nabi adalah keselamatan dalam karya Yesus Kristus. Para nabi sendiri melihat secara bayang-bayang sehingga kita sulit menemukan maknanya tanpa bantuan para rasul sebagai para penulis Perjanjian Baru. Para penulis Perjanjian Baru seperti membuat guidance sekaligus commentary terhadap seluruh nubuat di Perjanjian Lama dan bagaimana seluruh berita itu dimanifestasikan dalam diri Yesus. Mereka dengan teliti memerhatikan konteks geografi, sosial, politik, budaya, serta susunan dan urutan peristiwa demi peristiwa sampai akhirnya mengambil konklusi secara akurat. Mereka mereinterpretasi serta menyampaikan kembali kepada pembaca dengan pemilihan teks dan parafrase secara tepat, tentunya kita percaya bahwa hal ini adalah inspirasi dari Roh Kudus.

Cara mereka mengutip sebuah nubuat dalam Perjanjian Lama sangatlah unik dan membutuhkan pembahasan yang sangat panjang sehingga tidak mungkin dibahas dalam pembahasan kita kali ini. Ada 224 kutipan langsung, 7 kasus kutipan dengan tambahan, 19 kasus parafrase, dan 45 kasus teks yang mirip dengan Perjanjian Lama, jika bentuk allusion dihitung, maka ada 4.105 teks Perjanjian Lama yang terulang di Perjanjian Baru.[36] Kita sendiri percaya bahwa seluruh ajaran para rasul bersumber dari ajaran Kristus sendiri sehingga ada konsistensi antara nubuat para nabi, ajaran Kristus, dan ajaran para rasul. Yesus sendiri meneguhkan hal ini bahwa Yesus akan menggenapkan seluruh kitab para nabi,[37] di mana para nabi bersaksi bahwa keselamatan datang melalui Yesus.[38] Para nabi memberikan kesaksian yang harmonis bersama dengan ajaran Tuhan Yesus dan para rasul tentang berita Injil yang membawa kita ke dalam realitas kerajaan Allah yang pada akhirnya akan mentransformasi keseluruhan politik, sosial, dan budaya seluruh dunia. Tetapi sulit bagi kita melihat hal ini karena kita tidak hidup pada masa tersebut, di mana umat Israel dalam kondisi sangat tertekan dan berharap akan kedatangan Mesias dan transformasi yang dilakukan-Nya.

Mari kita coba melihat historical perspectives dari kacamata para nabi dan bagaimana orang-orang Perjanjian Lama mengerti konsep keselamatan ketika membaca nubuat-nubuat para nabi. Pertama mereka lahir dalam tradisi Yahudi yang mengerti konsep dosa, kejatuhan manusia, dan murka Allah.[39] Setiap tahun mereka harus mengorbankan korban sembelihan untuk mengganti dosa mereka.[40] Mereka mengerti bahwa mereka perlu keselamatan dan penebusan. Mereka juga mengerti keselamatan berasal dari Allah melalui anugerah-Nya dan Ia akan menyediakan penebus di masa depan untuk mereka.[41] Mereka mengerti bahwa Abraham dibenarkan oleh iman[42] dan Nuh menerima kasih karunia dari Allah[43]. Mereka mengerti bahwa mereka mengikat kovenan dengan Tuhan.[44] Mereka mengerti bahwa keselamatan dan pengampunan dosa datang dari anugerah Allah.

Karena itulah nubuat para nabi penuh dengan konsep keselamatan. Melalui nubuat para nabi mereka juga mengerti konsep Mesias yang menderita[45] dan Mesias yang mulia[46]. Hanya saja mereka belum terlalu jelas bagaimana semuanya ini berhubungan satu sama lain, kapan peristiwa-peristiwa ini akan terjadi dan siapakah Mesias tersebut. Melalui nubuat demi nubuat yang sedikit demi sedikit dibukakan, konsep sejarah keselamatan menjadi semakin jelas bagi mereka. Bukankah konsep Injil yang mereka miliki sangat mirip dengan konsep kita sekarang? Nubuat seolah-olah seperti berita Injil yang bergema di masa lalu supaya umat Israel yang mendengarnya bisa percaya dan berharap pada Mesias.

Sekarang mari kita coba lihat beberapa nubuat yang dipenuhi dalam diri Yesus. Bahkan beberapa theolog menemukan ada lebih dari 400 nubuat yang dipenuhi dalam diri Yesus. Mustahil bagi kita untuk membahas semua-Nya. Kita hanya akan melihat beberapa yang penting saja. Ia lahir keturunan perempuan[47], lahir di Betlehem[48], lahir dari anak dara[49], mewarisi takhta Daud[50], ditolak umat-Nya sendiri[51], dikhianati[52], disalibkan[53], ditikam[54], mati bersama penjahat[55], dikuburkan dalam kuburan orang kaya[56], bangkit dari kematian[57], naik ke sorga[58], duduk di sebelah kanan Allah[59]. Melalui beberapa bagian ini saja kita bisa melihat bagaimana seluruh nubuat tergenapi secara ekplisit dalam diri Yesus. Belum lagi nubuat-nubuat yang berbentuk konsep doktrinal seperti pengampunan dosa[60], keselamatan[61], kerajaan Allah[62], hari Tuhan[63], harapan perdamaian[64], dan lain-lain, yang tergenapi melalui karya Yesus.

Peran Kita
Zaman sekarang sudah tidak ada jabatan nabi karena seluruh fungsi kenabian dan nubuat sudah digenapkan oleh Kristus. Tetapi sebagai pengikut Kristus kita memiliki peran kenabian untuk memberitakan kebenaran. Sama seperti para nabi telah memberitakan berita Injil yang mereka tangkap secara bayang-bayang kepada manusia berdosa di masa lalu, demikian pula kita harus memberitakan Injil yang sudah genap dalam diri Yesus Kristus kepada masa kini. Ini adalah tugas utama kita sebagai suatu komunitas yang melanjutkan peran kenabian. Selain itu, dalam konteks nabi, kita juga harus mencari kebenaran secara komprehensif dan memberitakannya secara utuh sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman orang lain. Ini berlaku untuk segala jenis profesi, baik wartawan, jurnalis, ilmuan, sales, akuntan, dan maupun dalam percakapan sehari-hari. Para nabi adalah orang yang terus meneliti dan mengabarkan kebenaran secara akurat. Semoga pelayanan kenabian kita menjadi berkat bagi orang lain.

Hendrik Santoso Sugiarto
Pemuda GRII Singapura

Endnotes:
[1] Data mengenai nabi-nabi di sekitar Mesopotamia umumnya dapat kita temukan pada Mari Letters dan juga Niniveh collection. Cerita mengenai nabi-nabi kuno juga tersebar di tulisan-tulisan yang lain. Mereka juga dapat ditemukan di dalam ukiran-ukiran dan seni-seni pagan.
[2] 2Samuel 24:11.
[3] 1Samuel 9:9.
[4] Keluaran 7:1.
[5] Kejadian 20:7.
[6] Kejadian 49.
[7] Ulangan 18:15.
[8] 1Samuel 3:20.
[9] 2Samuel 12:25.
[10] Ulangan 18:15.
[11] Ulangan 18:18.
[12] Bilangan 11:17.
[13] Ulangan 18:18.
[14] Ulangan 18:19.
[15] Ulangan 18:15, di mana bisa merujuk pada karakter Musa di Keluaran 32.
[16] Ulangan 18:22.
[17] Willem VanGemeren, Interpreting the Prophetic Word, 1990, p 36.
[18] Ibrani 1:1.
[19] Lukas 16:16, Matius 11:13.
[20] Kisah Para Rasul 21:10.
[21] Calvin, Institutes, bk. II, 1:425-429.
[22] Matius 24:3-35.
[23] Matius 21:11, 46; Lukas 7:16, 24:19; Yohanes 3:2, 4:19, 7:40, 9:17.
[24] Yohanes 6:14.
[25] Kisah Para Rasul 3:22-23.
[26] Lukas 13:33.
[27] Matius 1:1-17.
[28] Yohanes 12:49-50; 14:10, 24; 15:15; 17:8, 20.
[29] Lukas 4:1, 16-19.
[30] Markus 9:7.
[31] Yohanes 1:1-18; 14:9.
[32] Louis Berkhof, Systematic Theology (Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1986), p. 358-359.
[33] Yohanes 8:32.
[34] Yohanes 16:8.
[35] Yohanes 14:26.
[36] Roger Nicole, Revelation and the Bible, ed. Carl. F.H. Henry (Grand Rapids: Baker, 1958), p. 137-151.
[37] Matius 5:17-18.
[38] Yohanes 5:39.
[39] Kejadian 3.
[40] Imamat 4.
[41] Yesaya 53:5.
[42] Kejadian 15:6.
[43] Kejadian 6:8-9.
[44] Keluaran 19.
[45] Yesaya 53:1-12.
[46] Yesaya 9:5-6.
[47] Kejadian 3:15.
[48] Mikha 5:1.
[49] Yesaya 7:14.
[50] Yesaya 9:7.
[51] Yesaya 53:3.
[52] Zakaria 11:12-13.
[53] Mazmur 22:16.
[54] Zakaria 12:10.
[55] Yesaya 53:12.
[56] Yesaya 53:9.
[57] Mazmur 16:10.
[58] Mazmur 68:18.
[59] Mazmur 110:1.
[60] Yeremia 31:31-34.
[61] Zakaria 12:7-9.
[62] Zakaria 14:16-20.
[63] Maleakhi 4:5-6.
[64] Yesaya 2:2-4.