Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus. (Kis. 13:4)
Introduksi
Di tahun 2021, Buletin PILLAR akan membahas tema besar mengenai Paulus. Penulis sendiri telah menulis beberapa rangkaian artikel di tahun ini terkait tema “Paulus dan Penginjilan”. Pada artikel kali ini, penulis akan membahas gambaran umum konteks perjalanan misi dari Rasul Paulus. Di bagian akhir, penulis menutup pembahasan ini dengan berbagai refleksi dan pembelajaran untuk konteks pelayanan kita dalam konteks zaman ini. Tentu topik perjalanan misi Paulus sendiri bisa dibahas dengan luas dan sekaligus mendalam. Penulis berharap akan ada artikel-artikel Buletin PILLAR lain yang membahas topik perjalanan misi Paulus dengan lebih dalam dan kaya, terutama dari penggalian konteks sejarah.1
Gambaran Singkat Perjalanan Misi Paulus
Penulis cukup percaya sebagian besar orang Kristen, termasuk pembaca Buletin PILLAR, seharusnya pernah mendengar mengenai Rasul Paulus yang memberitakan Injil ke berbagai daerah dan kota selama hidup pelayanannya. Rangkaian perjalanan ini kemudian sering disebut sebagai perjalanan misi dari Rasul Paulus. Sebagian besar kisah perjalanan misi ini bisa kita baca dalam buku Kisah Para Rasul. Jika kita baca dengan saksama dalam buku Kisah Para Rasul, setidaknya dicatat ada tiga kali perjalanan misi yang dilakukan oleh Rasul Paulus. Meskipun demikian, para ahli Perjanjian Baru dan peneliti Gereja Mula-mula juga mencatat ada perjalanan misi keempat yang dilakukan oleh Paulus.2 Perjalanan keempat ini tidak tercatat secara eksplisit di Alkitab. Dalam perjalanan misi Paulus, ada berbagai daerah dan kota yang dikunjungi, seperti Siprus, Perga, Ikonium, Listra, Derbe, Tesalonika, Berea, Athena, Korintus, Efesus, Galatia, dan lain-lain. Pergumulan dan konteks pelayanan dari masing-masing tempat juga berbeda-beda. Sedikit banyak, kita bisa memahami konteks pelayanan tersebut melalui surat-surat Paulus kepada jemaat yang sudah masuk dalam kanon Perjanjian Baru (misal: Galatia, Filipi, Efesus, Korintus, dan lain-lain).
Penekanan Selektif
Dalam cakupan artikel pendek ini, tentu penulis hanya bisa menekankan sedikit saja dari begitu limpahnya pembelajaran dari konteks perjalanan misi Paulus. Penulis sangat mendorong agar para pembaca Buletin PILLAR bisa mempelajari lebih jauh, dan mengaitkan dalam kehidupan pelayanan kita sehari-hari.
Penekanan pertama adalah mengenai kesadaran Paulus akan bahaya atau kesulitan yang akan menimpanya. Beberapa kali, Paulus pernah mendapatkan penglihatan atau mendapat nasihat bahwa akan ada bahaya yang menantinya. Dalam surat dan pengakuannya, Paulus menyatakan bahwa ia pernah difitnah, dikejar-kejar, ditangkap, dipenjara, dirajam batu, mengalami kapal karam, dan lain-lain. Perjalanan misi Paulus bukanlah suatu perjalanan liburan dan bersenang-senang! Meskipun demikian, kita bisa melihat tekad dan arah hati yang jelas dari Paulus. Ia sama sekali tidak gentar dan undur. Ia justru bisa makin menghayati penderitaan Kristus. Paulus rindu untuk bisa makin serupa dengan Kristus, termasuk dalam penderitaan dan kematian-Nya. Penderitaan Paulus ini juga makin memperdalam penghayatannya akan masa lalunya yang pernah menganiaya jemaat Allah. Dalam beberapa suratnya, ia pernah menyatakan bahwa ia adalah rasul yang paling hina karena pernah menganiaya jemaat Allah. Oleh karena pergumulan ini pula Paulus berjuang begitu rupa untuk melayani Tuhan dan jemaat.
Penekanan kedua adalah dedikasi dan ketekunan dari Paulus dalam melakukan perjalanan misi. Beberapa ahli Gereja Mula-mula menyatakan bahwa sepertinya Paulus memiliki strategi untuk mengunjungi kota-kota besar atau yang berpengaruh dan merintis jemaat di sana. Durasi Paulus menetap di suatu tempat memang berbeda-beda. Ada beberapa kota seperti Korintus dan Efesus yang ia tinggali cukup lama (beberapa tahun). Kita mungkin berpikir Paulus menetap di suatu tempat karena ia diterima atau merasa nyaman dengan lingkungan daerah atau kota tersebut. Kenyataannya justru sebaliknya. Kota seperti Efesus justru merupakan kota di mana Paulus mengalami tantangan dan kesulitan. Di sini kita bisa belajar bagaimana Paulus bertekun mengenai pimpinan Tuhan, dan taat menjalankan jika jelas Tuhan memimpin untuk tinggal (atau pergi) ke suatu tempat. Sekali lagi, kita diingatkan bahwa perjalanan misi Paulus adalah suatu perjalanan di mana Paulus belajar dan dibentuk untuk mengikuti pimpinan Tuhan.
Pembelajaran dan Refleksi
Ketika kita membaca kisah perjalanan misi Paulus, ada godaan untuk sebatas mengetahui dan mengagumi sosok Paulus yang melakukan perjalanan misi. Kita lupa bahwa kita, semua orang Kristen, juga mendapatkan Amanat Agung dari Yesus Kristus untuk menjadikan segala bangsa murid Kristus. Sudah sewajarnya teladan pelayanan dari Paulus bisa kita renungkan dan kaitkan dalam kehidupan pelayanan kita sehari-hari di zaman ini. Dalam kesempatan ini, penulis sedikit membagikan dua poin refleksi yang penulis juga kerap gumulkan dalam konteks kehidupan dan pelayanan penulis.
Pertama, penulis percaya bahwa kehidupan setiap orang Kristen adalah sebuah perjalanan misi, bahkan ketika kita hanya tinggal di satu tempat. Dalam terminologi lain, orang Kristen adalah musafir yang berjalan mengikuti pimpinan Tuhan dalam dunia yang sementara ini. Penulis percaya Tuhan memberikan anugerah dan kesempatan yang berbeda-beda bagi setiap orang. Ada orang yang diberikan konteks tinggal di berbagai benua, negara, ataupun kota, namun ada juga yang hanya menempati satu dua tempat atau kota saja selama hidup. Bagi jemaat secara umum, perpindahan ini biasanya dilakukan karena tujuan studi, bekerja, melakukan riset, atau membangun kehidupan berkeluarga. Belajar dari perjalanan misi Paulus, penulis hanya ingin membagikan satu pertanyaan sederhana: apakah dorongan paling utama atau mendasar bagi kita ketika kita berpindah dan menetap di suatu tempat? Sering kali kita memiliki alasan praktis seperti untuk mendapatkan kesempatan studi yang lebih baik, bisa memiliki kesempatan bekerja yang lebih menjanjikan, atau lebih kondusif dalam membangun kehidupan berkeluarga. Namun sudahkah kita menggumulkan pimpinan Tuhan ketika kita menetap di suatu tempat? Apakah kita peka akan pimpinan Roh Kudus yang mendorong kita pergi ke suatu tempat, ataupun untuk tidak mengunjungi tempat yang lain? Sudahkah kita memiliki kepekaan terhadap kesempatan pelayanan yang Tuhan buka ketika kita tinggal di suatu tempat? Mengutip kalimat Pdt. Stephen Tong, ruang dan waktu adalah contoh anugerah Tuhan yang begitu besar dalam hidup manusia. Penulis sangat mendorong para pembaca Buletin PILLAR untuk lebih sungguh-sungguh menggumulkan maksud dan pimpinan Tuhan ketika kita diberikan kesempatan pergi dan menetap di suatu tempat atau kota.
Poin refleksi kedua adalah mengenai Paulus yang terus memikirkan kelangsungan gereja Tuhan dan pekerjaan Tuhan dari tempat-tempat yang sudah ia kunjungi. Paulus tidak sekadar mengunjungi suatu tempat, kemudian meninggalkan atau tidak memikirkan tempat itu lagi. Beberapa kali Paulus menulis dalam suratnya bahwa ia rindu untuk dapat mengunjungi suatu tempat atau kota dan bertemu muka dengan jemaat di sana. Sebelum Paulus pergi, ia juga memberikan berbagai nasihat demi kelangsungan jemaat dan kehidupan rohani di tempat tersebut. Paulus terkadang menunjuk orang yang ia percaya (seperti Timotius, Titus), mengangkat tua-tua, memperingati akan adanya ajaran sesat, dan lain-lain. Penulis rindu agar ketika kita mengunjungi dan tinggal di suatu tempat, kita benar-benar menggumulkan konteks hidup bergereja dan pelayanan yang Tuhan percayakan. Terlebih ketika kita akan meninggalkan tempat tersebut, alangkah baiknya kalau kita sudah bisa mempersiapkan perencanaan dan orang-orang yang bisa mengisi konteks pelayanan yang akan kita tinggalkan. Dari pelayanan misi Paulus, kita bisa belajar akan hati Paulus yang sungguh-sungguh dalam menggumulkan konteks dan kelangsungan jemaat dari tempat yang ia kunjungi.
Penutup
Sebagai penutup, penulis hanya berharap artikel singkat ini bisa membuka perspektif para pembaca Buletin PILLAR mengenai konteks perjalanan misi Paulus. Terlebih lagi, kita juga bisa belajar mengaitkan prinsip-prinsip perjalanan misi Paulus ke dalam kehidupan pelayanan kita sendiri. Penulis berdoa agar para pembaca Buletin PILLAR boleh makin peka akan kesempatan pelayanan yang Tuhan berikan di mana pun kita ditempatkan, dan juga diberikan hati yang taat untuk mengikuti pimpinan Tuhan untuk menetap ataupun pergi dari suatu tempat.
Ke mana saja ‘ku telah sedia,
pimpinan Tuhan tak pernah bersalah.
Tolong ‘ku, Tuhan, memikul salib-Mu,
Tuhan pimpinan-Mu sempurna.
(Ke Mana Saja, Stephen Tong)
Juan Intan Kanggrawan
Redaksi Bahasa PILLAR
Endnotes:
- Contoh buku yang membahas mengenai tema ini: In the Footsteps of Paul: Experience the Journey that Changed the World.
- Perjalanan ini kemungkinan besar adalah perjalanan terakhir Paulus menuju kota Roma sebelum akhirnya Paulus dieksekusi di sana.