“Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain,” inilah sikap Paulus ketika bertekad untuk terus-menerus mencari jiwa-jiwa di tempat-tempat yang tak terjangkau bagi Kristus.
Paulus adalah seorang Yahudi diaspora yang lahir di Tarsus, provinsi Kilikia. Tarsus merupakan sebuah kota yang cukup terkenal (Kis. 21:39). Dia dilahirkan di dalam keluarga Yahudi yang cukup berada. Keluarganya mengusahakan bisnis membuat tenda di Tarsus dan mungkin karena pengabdian orang tua atau leluhurnya kepada pemerintah Roma, maka keluarga ini dianugerahkan kewarganegaraan Romawi. Paulus sendiri memperoleh kewarganegaraan ini sejak lahir (Kis. 22:28).
Selain itu, Paulus hidup di keluarga Yahudi yang ketat menjalankan agama Yahudi. Hal ini dapat dibaca dalam Filipi 3:4-6: “disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.”
Walaupun dilahirkan di Tarsus, Paulus dibesarkan di Yerusalem dan dididik secara ketat di bawah pengawasan guru besar Gamaliel, pemimpin sekolah rabbinic yang didirikan Hillel. Sehingga dalam menjalankan norma agama Yahudi, kemurnian Paulus tidak perlu diragukan lagi.
Sebelum bertobat, Paulus adalah seorang yang sangat menentang dan menganiaya orang Kristen (Kis. 9:2; Gal. 1:13). Setelah pertobatannya, Paulus menjadi seorang yang sangat giat memberitakan “rahasia” yang telah disingkapkan Allah kepadanya (1Kor. 2:7; 4:1; Rm. 16:25). Bahkan pertobatannya diceritakannya sebanyak tiga kali oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul (9:1-20; 22:1-21; 26:2-23) untuk menyatakan perombakan total seorang yang “melawan” Injil menjadi “pembela” Injil.
Dengan tidak memandang bulu Paulus memberitakan Injil, mulai dari bangsa sendiri di sinagoge (Kis. 9:20; 13:5) hingga bangsa bukan Yahudi. Baik kepada orang terpelajar maupun orang tidak terpelajar (Rm. 1:14). Baik kepada perorangan (Kis. 16:14-15, 30-32) maupun orang banyak (Kis. 17:22-34). Kepada para narapidana di penjara hingga kepada para penghuni istana (Flp. 1:12-13). Bahkan Paulus dengan berani menginjili dan meyakinkan Raja Herodes Agripa II (Kis. 26).
Boleh dikatakan bahwa lebih dari setengah buku Kisah Para Rasul (Kis. 13-28) mencatat perjalanan misi dan pelayanan Paulus. Dan pada bagian akhir setiap Alkitab terjemahan baru terbitan LAI juga disisipkan peta perjalanan misi Paulus. Dari sana kita dapat melihat seorang yang menyelusuri tanah Siria terus menuju Asia Kecil dan masuk ke benua Eropa, semua ini dilakukan Paulus “demi Injil” dapat disebarkan (1Kor. 9:23).
Di dalam diri Paulus, dia sadar bahwa memberitakan Injil adalah tugas yang ditanggungkan kepadanya (1Kor. 9:17), bahkan dia sendiri terus-menerus merasa “berhutang Injil” kepada berbagai lapisan manusia (Rm. 1:14). Terakhir, di dalam surat pertama Paulus kepada jemaat di Korintus dicatat: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.”
Budiman Thia
Redaksi Umum PILLAR