Ketika kita berbicara mengenai “pemuda” dan “semangat”, kedua kata ini merupakan padanan yang berkaitan erat. Kalangan muda merupakan kelompok usia yang berada pada masa-masa prima, di mana tenaga, pikiran, dan semangat mereka sedang berada pada masa-masa puncak. Pada masa tersebut, pemuda seharusnya begitu bersemangat untuk menghasilkan banyak hal, begitu bersemangat untuk memberikan yang terbaik bagi Allah, dan juga begitu berapi-api memuliakan Tuhannya. Di dalam mengerti bagaimana seharusnya seorang pemuda Kristen hidup dalam semangat mereka melayani Allah, kita dapat menganalisis beberapa contoh yang terdapat di dalam Alkitab.
Di dalam Alkitab bagian Perjanjian Lama, tercatat seorang nabi yang dipanggil sedari ia masih muda, yaitu Yeremia. Di tengah-tengah bangsa Yahudi, Yeremia dipanggil oleh Allah menjadi nabi-Nya sejak dia masih begitu belia. Kita melihat indikasi ini pada respons yang dikeluarkan Yeremia, “Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.” Namun, di tengah-tengah kekhawatiran dan ketakutannya tersebut, dia tetap maju untuk memberitakan sabda Tuhan. Yeremia begitu mengasihi bangsa Israel dan khawatir terhadap apa yang akan menimpa bangsanya tersebut jikalau mereka tidak bertobat. Yeremia terus berupaya sekuat tenaga agar bangsanya bertobat. Upaya tersebut diusahakannya melalui pemberitaan kebenaran dan teguran yang Tuhan sampaikan mengenai bangsa Israel kepadanya, sekalipun hanya penolakan dan niat jahat yang ia terima sebagai imbalan dari bangsanya. Di tengah-tengah ketakutan dan cinta atas bangsa tersebut, Yeremia tetap lebih cinta Tuhan. Dia tetap turut dan taat pada perintah Tuhan sampai mati, sesulit apa pun itu. Dia dilarang untuk mengambil istri dan mempunyai anak, itu semua dia jalani dengan setia dan taat. Yeremia diyakini menulis beberapa tulisan dalam Perjanjian Lama selain Kitab Yeremia. Di dalam beberapa penafsiran, pergumulan hidup seorang muda ini juga tertuang di dalam Kitab Ratapan, maupun Kitab 1 dan 2 Raja-raja. Semua yang ia lakukan benar-benar untuk menyatakan sebuah semangat hidup demi melayani kehendak Allah dan melaksanakan rencana Allah.
Ketika kita melihat sebuah contoh pemuda yang dipilih dan dipakai begitu luar biasa hingga akhir hidupnya oleh Tuhan, kita dapat membandingkan Nabi Yeremia dengan pemuda masa kini. Bagaimana keadaan pemuda masa kini? Apakah pemuda masa kini mempunyai semangat yang sama dengan Yeremia? Bila kita melihat secara sekilas, kita akan menemukan ada banyak sekali muda-mudi Kristen yang terlibat di dalam kegiatan pelayanan, baik itu di dalam komisi pemuda, maupun persekutuan mahasiswa Kristen. Semangat untuk melayani Tuhan nampak terlihat benar-benar ada dan hidup. Tetapi bila kita melihat lebih dekat lagi, kita akan menemukan beberapa hal yang seharusnya kita khawatirkan sebagai seorang Kristen secara umum.
Para pemuda yang melayani, sering kali didorong oleh kesenangan diri sendiri. Bila tidak ada sesuatu yang menyenangkan dalam pelayanan atau kegiatan tertentu, mereka akan mencari alasan untuk tidak terlibat. Namun ketika acara atau kegiatan yang dimunculkan dirasa menarik, baru para muda-mudi ini mau terlibat. Demi mengatasi hal tersebut, gereja atau institusi Kristen pun malah ikut tunduk terhadap selera kalangan muda, atau bahkan berkompromi dengan memunculkan acara-acara gereja yang hanya bersifat menyenangkan mereka dengan dalih demi bergaya muda. Hal ini terlihat melalui banyaknya konser-konser berkedok ibadah. Di dalam konteks seperti ini, Tuhan benar-benar dikesampingkan. Pembicaraan firman Tuhan sebisa mungkin dipersingkat atau dipermudah, demi memunculkan atau menonjolkan hal-hal yang dapat menarik para pemuda. Suatu semangat yang mengutamakan apa yang menyenangkan hati saja tanpa memedulikan prinsip kebenaran yang terkadang tidak menyenangkan hati. Semangat pelayanan inikah yang memotivasi Yeremia?
Beranikah kita menuruti dan menaati perintah Tuhan seperti Yeremia? Tidak ada kejadian yang sanggup menggoyahkan iman kita. Ketika kesulitan dan penderitaan menimpa, kita yakin akan kehendak Tuhan yang tidak mungkin salah. Atau sebenarnya dalam hati kita terdalam masih tersisa pengharapan palsu akan ada kejadian baik atau kesuksesan secara materi dan sosial bagi kita pada akhirnya. Ketika kita ikut “rencana Allah”, kita mencari-cari apa yang dapat Tuhan berikan bagi kita dalam rencana-Nya. “Tuhan tidak izinkan saya masuk universitas A supaya saya dapat bertemu dengan pacar saya di universitas B,” mungkin semacam itu kesaksian-kesaksian yang sering kita dengar sekarang ini. Tidak 100% salah, hanya saja tidak lengkap. Setelah dapat pacar, Tuhan mau kaulakukan apa? Kita tidak lagi melanjutkan pertanyaan kita. Sering kali kita berhenti pada bagian enaknya saja lalu menikmati “berkat” tersebut dan melupakan rencana Tuhan setelahnya. Kita bagaikan sedang mengatakan kepada Tuhan, “Mulai dari sekarang, saya yang pegang kendali,” karena kita sudah memasuki zona kenikmatan yang kita inginkan dan sedang menikmatinya.
Tidak lupa juga kita sering sekali berkata bahwa kita ingin menjadi berkat, ingin memberikan kontribusi pada dunia, dan memuliakan Allah. Bagus sekali dan luar biasa! Tetapi bila kita berkontemplasi lebih jauh, sering kali kita bertindak hanya berdasarkan pengertian dan keputusan pribadi. Implikasinya pun hanya bagi orang-orang terdekat kita, lalu baik sadar maupun tidak, hasil akhirnya adalah pujian terhadap diri sendiri. Ketika tidak ada pujian, ketika tidak ada apresiasi, kita akan kapok dan tidak mau terlibat lagi di dalam pelayanan. Jadi sebenarnya apa tujuan hidup kita? Memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi dunia atau mengejar pujian dari orang lain dan mendapatkan berkat besar dan kenikmatan dunia? Sejujurnya kita sering mendambakan hidup menjadi anak Tuhan yang baik, dapat berkat besar dan pergi berlibur dua kali setahun ke Korea, pernikahan besar-besaran dan megah, tinggal di kota besar yang enak dan nyaman, serta semua kenyamanan ini tidak boleh terganggu oleh aktivitas apa pun, termasuk pelayanan. Apakah ini tujuan hidup dari Yeremia?
Ketika kita mengontraskan pemuda masa kini dengan teladan Yeremia dari Alkitab, terlihat perbedaan yang mencolok. Apa yang menjadi motivasi dan semangat kita, pemuda pada zaman ini? Pemuda sekarang banyak yang sebenarnya bermotivasi untuk dirinya sendiri, kerajaannya sendiri, dan Tuhan hanya dipakai sebagai kedok atau alat untuk mencapai tujuan itu. Itukah semangat seorang pemuda Kristen yang seharusnya seperti yang dikehendaki Tuhan?
Yeremia saat melakukan pelayanannya memang dipenuhi kelemahan, keraguan, kekesalan, dan kekecewaan. Tetapi di saat yang bersamaan, dia tetap melihat kepada Allah, tujuan akhirnya adalah Allah. Di saat dia mengalami kesusahan, Yeremia tetap beriman bukan karena dia yakin dia akan dibebaskan dari penderitaan tersebut, tetapi yakin bahwa Allah beserta dia. Sampai pada akhirnya dia tetap memilih Allah. Kemuliaan Allah adalah yang terutama untuk dirinya. Inilah semangat yang sejati. Semangat yang membakar diri, semangat yang terus-menerus setia dan taat, semangat yang termotivasi oleh kemuliaan Allah. Semangat inikah yang ada pada pemuda zaman sekarang?
Jawabannya adalah tidak! Silakan lihat lingkungan pemuda sekitar kita, dan lihat apa yang terjadi ketika keadaan tidak sesuai dengan keinginan mereka. Mereka akan malas pelayanan, pindah gereja, atau bahkan keluar dari gereja. Itulah semangat yang memudar pada pemuda masa kini. Keadaan di mana semangat sejati untuk melayani Tuhan sudah hampir hilang dan semangat palsu bertebaran di mana-mana. Melihat hal ini, akankah masih ada harapan? Masih adakah pemuda yang mau melayani Tuhan secara sungguh-sungguh dan dengan semangat sejati? Jawabannya adalah ada. Di sepanjang sejarah, Tuhan juga terus-menerus membangkitkan pemuda-pemudi yang mengerjakan pekerjaan-Nya. Di setiap zaman yang sudah menyimpang dari kebenaran, Tuhan selalu menyisakan pemuda yang memiliki semangat sejati untuk mendobrak sistem yang sudah salah dan membangun kembali yang benar. Kelompok ini dikenal sebagai Kaum Yang Tersisa.
Apakah ciri dari Kaum Tersisa ini, yang akan dipakai Tuhan untuk mendobrak dan membangkitkan zamannya? Belajar dari kehidupan Yeremia, yang pertama (1) punya hubungan yang dekat dengan Allah dan mengenal-Nya. Yeremia di awal pelayanannya takut dan ragu. Tetapi seiring berjalannya waktu, dan pengenalannya akan Allah yang bertambah, dia makin mengasihi Allah dan makin setia menjalankan panggilannya. Semangat yang sejati timbul karena kita kenal siapa Allah yang kita sembah, yang kepada-Nya kita mengabdikan seluruh hidup kita karena Ia terlebih dahulu menganugerahkan keselamatan kepada kita. Domba-Nya mengenal suara-Nya.
Yang kedua (2) adalah taat akan perintah Allah. Beberapa kali Yeremia seakan ingin membangkang atau tidak mengindahkan perintah Allah, tapi dorongan Allah begitu kuat sehingga dia tetap lakukan semua itu. Ada faktor ketaatan akan Allah yang membuat dia tetap melakukan hal itu. Ketaatan kepada Allah di dalam situasi yang menyenangkan sangatlah mudah, tetapi kalau situasi yang diberikan tidak menyenangkan, di situlah baru teruji ketaatan kita yang sesungguhnya. Lalu apakah yang membuat Yeremia tetap memilih untuk taat kepada Allah? Selain karena Tuhan sendiri yang menganugerahkan ketaatan kepada Yeremia, hal ini sekali lagi tidak terlepas dari pengenalan Yeremia akan siapa Allah yang kepada-Nya Yeremia sedang mengabdi. Karena itu ketaatan tidak pernah bisa terlepas dari pengenalan akan Allah.
Yang ketiga (3) adalah mengerti bahwa Allah yang menentukan segala sesuatu, dan bekerja membuat hal itu terjadi. Yeremia dipilih oleh Allah sebelum dia lahir, Yeremia dibimbing oleh Allah sepanjang perjalanannya, Yeremia diberikan dorongan dan ketaatan untuk melakukan pemberitaan yang harus dia lakukan. Di dalam semuanya ini, Allah menjadi Aktor terpenting dan kekuatan utama bagi Yeremia. Yeremia pun dengan hati yang limpah memuliakan Tuhan di tengah kesulitan yang dia alami. Bersandar kepada kedaulatan Allah, menjadi salah satu kunci penting dalam kita memiliki semangat yang sejati. Kita beriman dan percaya bahwa Allah yang sudah memimpin, membentuk, dan menyertai kita adalah Allah yang berdaulat atas segala situasi sulit yang kita hadapi.
Mari kita renungkan sekali lagi, sebagai pemuda Reformed Injili, (1) Apakah kita mempunyai semangat sejati, ataukah hanya semangat yang berpusatkan pada diri? (2) Apakah kita rela berikan semua yang kita punya untuk kemuliaan Allah? (3) Di tengah semua kesulitan, maukah kita setia berjuang, maju, dan tetap berani seperti yang Yeremia lakukan? Kiranya Tuhan membangkitkan Kaum Tersisa-Nya di dalam zaman ini untuk menggenapkan rencana-Nya bagi kemuliaan nama-Nya.
Allah panggil kaum muda yang tak sayang diri, rela s’rahkan hidupnya pada yang telah memberi supaya dibangunkan Kerajaan Allah. Allah panggil kaum muda yang digerakkan-Nya.
Pdt. Dr. Stephen Tong
Arif Jonatan
Pemuda GRII Bandung