Oleh Dr. Samuel Ling
Profil:
Dr. Samuel Ling adalah seorang sejarahwan, theolog, dan misiolog yang secara khusus mendalami isu-isu signifikan yang mempengaruhi gereja Tionghoa dan pelayanan di Tiongkok. Penulis lebih dari 500 artikel dan beberapa buku, Dr. Samuel Ling mengajar misi di Covenant, Westminster, dan seminari lainnya, juga adalah direktur China Horizon dan presiden Horizon Ministries Canada. Sejak 1997, ia dan istrinya tinggal di Los Angeles.
Saya membatasi pembicaraan ini dalam spiritualitas Reformed khususnya dalam konteks Puritan. Saya akan menjelaskan siapa mereka dan poin-poin utama dari theologi Puritanisme. Dan saya akan menjelaskan beberapa poin tentang spiritualitas mereka.
Latar Belakang Kaum Puritan
Saya rasa Anda semua tahu pujian ini:
Great is Thy faithfulness, O God my Father;
There is no shadow of turning with Thee;
Thou changest not, Thy compassions, they fail not;
As Thou hast been, Thou forever will be.
Great is Thy faithfulness!
Great is Thy faithfulness!
Morning by morning new mercies I see.
All I have needed Thy hand hath provided;
Great is Thy faithfulness, Lord, unto me!
Himne ini tidak ditulis oleh seorang Puritan tetapi sangat menyatakan inti dari spiritualitas Puritan. Siapakah Puritan? Bukan semua orang yang memakai topi hitam dan baju hitam adalah Puritan. Ada orang-orang Amerika yang memakai topi dan baju hitam, mereka disebut orang-orang Amish. Mereka tidak menggunakan listrik, mereka tidak memakai kancing, hanya kaitan saja. Mereka tidak mengendarai mobil tetapi kuda. Mereka bukanlah orang Puritan. Mereka datang dari Reformasi yang radikal di Jerman yaitu Mennonite atau Amish. Dalam abad ke-16 ada empat gerakan dalam Reformasi: Martin Luther dan gereja Lutheran, John Calvin dan gereja Reformed di Prancis dan tempat lainnya, gereja Inggris, dan yang terakhir adalah Anabaptis—mereka adalah kelompok reformasi yang radikal. Orang-orang Amish ini adalah bagian dari Anabaptis. Mereka bukan orang Puritan.
Siapakah Puritan? Pertama, sebagian dari mereka adalah murid John Calvin. Mereka ini berakar dari Reformasi John Calvin, tetapi mereka juga adalah orang Inggris, dan sebagian dari mereka orang Skotlandia. Kebanyakan dari mereka tinggal di Inggris dan Skotlandia, selama dan sesudah Henry VIII. Jadi mereka mempunyai akar dari gerakan Reformasi Calvin, tetapi mereka hidup dalam konteks gereja Inggris. Apa yang dilakukan oleh orang Puritan? Mereka merasa Henry VIII memulai Reformasi tetapi tidak menyelesaikannya. Dengan kata lain, Inggris belum sepenuhnya bertobat (converted). Dalam gereja-gereja tertentu mereka tidak pernah mendengar khotbah, kecuali perkataan singkat dari Paus atau wakil Paus. Banyak dari pendeta tidak tahu bagaimana berkhotbah. Tidak heran mereka tidak pernah mendengar Injil. Puritan ingin menyelesaikan atau menggenapi Reformasi di Inggris. Ini jika kita lihat dari sudut pandang mereka sendiri.
Kedua, kita lihat dari sudut pandang kita. Banyak dari kita menyebut diri Injili, berarti kita percaya kepada Alkitab, percaya kepada pentingnya penginjilan, dan kita percaya pentingnya relasi dengan Yesus Kristus atau dengan Allah. Sebagian orang sering menyebutnya dengan istilah pietist. Yang lain menyebutnya sebagai kaum Injili. Jika kita menelurusi akar dari pietisme ini, berarti menekankan relasi secara pribadi dengan Yesus Kristus. Kita kembali kepada abad ke-19, ada satu gerakan yang disebut sebagai gerakan suci. Kembali kepada abad ke-18, ada pietisme di Jerman. Tetapi dari mana pietisme di Jerman itu berasal? Itu datang dari Belanda. Dari mana pietisme Belanda berasal? Dari Puritanisme Inggris. Jadi Puritan Inggris adalah generasi pertama dari pietisme. Mereka mempengaruhi Belanda, lalu Belanda mempengaruhi Jerman, dan Jerman mempengaruhi John Wesley, dan banyak orang Kristen lainnya di abad ke-19.
Ketiga, siapakah Puritan? Orang-orang Puritan ini adalah contoh yang baik dari orang-orang Kristen yang sudah dewasa. Banyak kaum injili sekarang ini seperti kurcaci jika dibandingkan dengan kaum Puritan. J. I. Packer suka mengumpamakan Puritan sebagai kayu merah di California. Ada pohon-pohon yang begitu besar dan begitu tua. Dan orang bisa membuat lubang di pohon itu, dan Anda bisa mengendarai mobil melalui lubang itu. Begitu besarnya pohon ini, karena demikian tuanya. Mereka tahu bagaimana prinsip hidup suci.
Prinsip Theologi Puritan
Mari kita melihat prinsip-prinsip berikut. Ada empat penekanan dalam theologi Puritan. Kita akan menyebut dengan singkat saja.
1. Pemilihan (Election)
Seluruh Puritan percaya Allah memilih dan mempredestinasikan orang-orang untuk diselamatkan. Nanti pada waktu berbicara tentang relasi pribadi dengan Yesus Kristus, saya ingin Anda mengingat bahwa mereka adalah orang-orang yang percaya akan predestinasi.
2. Perjanjian Anugerah (Covenant of Grace)
Mereka sangat menekankan tentang perjanjian anugerah (covenant of grace). Ada orang yang berbicara tentang perjanjian keselamatan yang terjadi dalam kekekalan. Bapa memiliki perjanjian dengan Anak, Anak setuju menjadi mediator. Kita bukan berbicara tentang itu. Kita berbicara tentang perjanjian anugerah. Memang dirancangkan oleh Tuhan di dalam kekekalan, tetapi setelah Adam dan Hawa berdosa, setelah manusia berdosa di dalam Adam, Allah tidak (baru) memulai menanamkan perjanjian anugerah, tetapi Allah justru menjalankan perjanjian anugerah itu yang sudah direncanakan di dalam kekekalan. Galatia 3:20 menyatakan bahwa mediator kita bukan hanya bagi satu sisi, mediator selalu untuk kedua belah pihak, tetapi Allah hanya satu. Perjanjian anugerah mempunyai dua pihak. Pihak yang pertama adalah Allah. Allah membuat perjanjian dengan siapa? Pihak kedua. Allah membuat perjanjian dengan Yesus Kristus dan setiap orang yang ada di dalam Kristus. Yesus Kristus mewakili pihak kedua, yaitu setiap orang yang dipilih dan yang dipersatukan di dalam Yesus Kristus. Tentu saja mediator mewakili orang-orang di hadapan Allah, sehingga dia bukan hanya ada di satu pihak. Dan mediator itu adalah Allah.
Ingat lagu yang baru kita nyanyikan? “Besar setia-Mu, Allah Bapa-Ku, Allah tidak berubah.” Allah tidak berubah, kita yang berubah. Perjanjian anugerah adalah perjanjian antara Allah yang tidak berubah dengan manusia yang berubah. Allah tidak berubah, dan kasih-Nya tidak pernah gagal. Jadi inti dari perjanjian adalah anugerah, belas kasihan. Cara Allah menyatakan ‘Aku mengasihi engkau,’ dalam Perjanjian Lama, yaitu ‘Aku akan menjadi Allahmu dan engkau akan menjadi umat-Ku.’ Tetapi dalam Perjanjian Baru, ‘Aku tidak akan meninggalkan engkau, sampai akhir dunia atau kesudahannya.’ Immanuel, Allah beserta kita. Kristus di dalammu, kemuliaan pengharapan. Jadi poin yang kedua adalah Allah yang membuat perjanjian dan Allah yang memegang perjanjian (made and keep the covenant). Allah selalu memegang atau memelihara janji-Nya.
Ketika saya melakukan perjamuan kudus, dan mengangkat cawan, ada ayat yang kadang-kadang sulit untuk dimengerti, “Cawan ini adalah perjanjian baru di dalam darah-Ku.” Cara saya ingin mengatakannya adalah: “Orang-orang yang dikasihi Allah, seluruh janji Allah yang baik di dalam Kristus, minumlah itu semua.” Yesus berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru.” Apakah perjanjian itu? Seluruh janji Allah. Saya mengajak Anda membaca Galatia 3. Setiap kali Anda melihat kata janji, katakan dalam pikiran Anda, ‘kepastian anugerah atau perjanjian anugerah.’ Anda akan mengerti Galatia 3 dengan lebih baik. Banyak anugerah dalam Perjanjian Lama, banyak hukum dalam Perjanjian Baru. Dengar itu! Banyak anugerah dalam Perjanjian Lama. Tentu saja ada hukum dalam Perjanjian Lama. Ada juga janji di dalam Perjanjian Lama. Janji apa? Berkat, anugerah. Allah berkata, “Engkau milik-Ku.”
3. Persatuan dengan Kristus (Union with Christ)
Kita masuk ke dalam penekanan ketiga dalam theologi Puritan, yaitu relasi kita dengan Yesus Kristus, atau dapat disebut persatuan dengan Kristus. Mati bersama Kristus dan bangkit bersama Kristus.
4. Penyucian (Sanctification)
Jika Anda bertanya kepada orang Kristen Puritan, apakah concern utama Anda? Kita bisa mengatakan, “Allah mempredestinasikan kita untuk kemuliaan-Nya.” Westminster ShorterCatechism menulis dalam pertanyaan pertama, “Apakah tujuan akhir hidup manusia? Tujuan akhir hidup manusia adalah memuliakan Dia dan menikmati Dia selamanya.” Kalau kita bertanya kepada orang Puritan, “Bagaimana engkau memuliakan Allah?” Dengan mengasihi Dia dan melakukan dan mentaati apa yang menjadi perintah-Nya. Dengan kata lain, dengan penyucian (sanctification). Saya merekomendasikan dua buku dari J. I. Packer, yang pertama berjudul “Keep in Step with the Spirit”. Buku ini membandingkan pandangan-pandangan yang berbeda tentang penyucian. Yang pertama disebut pandangan Agustinus. Ada pandangan Wesley, juga Keswick. Jangan lewati pandangan Keswick, baca dengan hati-hati, dan Anda akan menemukan banyak pandangan tradisional mirip seperti itu. Dan ia menulis dua bab tentang gerakan kharismatik. Satu buku lagi adalah “A Quest for Holiness”. Di Inggris berjudul “Among God’s Giant”. Seharusnya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Apa yang dikerjakan oleh Roh Kudus? Apa yang menjadi karya-Nya? Memberikan kita anugerah untuk hidup kudus. Orang Puritan sangat ingin untuk hidup dengan baik, mati juga dengan baik. Apa artinya mati dengan baik? Artinya jika engkau sudah menjadi tua dan sakit, engkau menyanyikan mazmur, seperti yang istri Cornelius van Til lakukan. Engkau memberikan pujian kepada Allah. Engkau memanggil anak-anakmu ke samping tempat tidurmu, juga suami/istrimu, murid-muridmu, dan orang-orang yang lebih muda. Ajar mereka untuk percaya kepada Allah. Katakan mereka supaya setia kepada Allah. Katakan pada orang-orang muda, “Cari orang-orang yang suci, jauhkan orang-orang yang rusak dan tempat-tempat yang rusak.” Dan bagi orang-orang yang jauh darimu, kau tuliskan surat terakhir kepada mereka. Katakan pada mereka, “Tetaplah berpegang kepada janji Allah. Tetap berpegang kepada Yesus Kristus.” Itulah bagaimana Puritan belajar untuk mati.
Dikatakan bahwa penginjil Billy Graham juga sedang sangat sakit. Suatu kali dikatakan bahwa istri Billy Graham memanggil Billy Graham, dan mengatakan, “Kamu harus mati seperti orang Kristen.” Dia mempunyai konsep Puritan dalam pikirannya. Bukannya mengeluh dan marah-marah mengenai penyakitnya, orang Puritan tahu bahwa dunia ini bukanlah rumahnya. Perkataan ini penting. Pekerjaan penting, gereja penting, hari Tuhan penting. Tetapi seluruhnya adalah persiapan bagi rumah kita di sorga. Mereka belajar untuk hidup dengan baik dan mati dengan baik (to live well and to die well). Mereka orang-orang yang serius, tapi mereka juga mempunyai suka cita. Sukacita mereka di dalam Allah, mereka bekerja keras, dan mereka selalu beristirahat pada hari Sabat.
Jadi keempat penekanan itu adalah: pemilihan (election), perjanjian (covenant), persatuan dengan Kristus (union with Christ), dan penyucian (sanctification). Ada banyak hal yang lain lagi, tapi dengan demikian saya akan berbicara semuanya mengenai theologi Reformed, tidak lagi merupakan presentasi tentang spiritualitas Puritan. Puritan adalah orang-orang Reformed yang tinggal di Inggris yang menginginkan Inggris berubah dan bertobat. (bersambung)