Secara keilmuan, Teknik Sipil muncul karena mengadopsi ilmu pembangunan infrastruktur yang dipakai di dalam militer. Ilmu/Teknik Sipil ini kemudian secara umum dipakai untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarakat seperti tempat tinggal, sarana transportasi, irigasi, dan pengairan. Hal yang sangat mengagumkan dari ilmu ini adalah ilmu ini sudah ada sejak manusia ada. Manusia yang hidup di zaman dahulu sudah dapat membangun tempat tinggal bahkan jembatan atau sistem pengairan. Dalam Alkitab pun kita dapat membaca bahwa Kain mendirikan kota, dan keturunannya pun ahli mendirikan kemah (Kej. 4:17). Pada zaman Simson dicatat bahwa ia meruntuhkan pilar penyangga bangunan, berarti sudah ada elemen struktur penopang yaitu kolom dan prinsip penyaluran beban yang terpusat pada titik tersebut. Sangatlah unik dan mengagumkan bagaimana manusia membuat tempat berlindung yang beraneka ragam. Manusia juga dapat membuat perlindungan pada kondisi-kondisi alam yang sulit, secara kreatif manusia membentuknya serta memunculkan keindahan di dalamnya. Ada yang membangun gubuk dari jerami atau kayu, ada pula yang membentuk dari tanah atau es, manusia juga dapat membentuk rumah di atas pohon, atau bahkan menggali di bawah tanah.
Bila dipelajari dalam ilmu teknik sipil, terkait bentuk struktur yang dapat menimbulkan kekuatan optimal tidaklah sederhana, perlu ada pengetahuan tentang massa dan gaya yang bekerja, namun sangatlah menakjubkan, bahkan manusia yang tidak pernah mempelajari perhitungan dan prosedur keilmuan ini, secara natural dapat mengetahui prinsip kekuatan, penopang, dan gaya yang bekerja meskipun mereka tidak mengenal dalam istilah-istilah ini. Terlebih lagi pada orang yang tinggal di bawah tanah, mekanika dan perilaku tanah sangatlah rumit dan sulit diprediksi bahkan oleh alat-alat canggih sekalipun, namun manusia dapat mengetahui mana tanah yang liat dan tidak, serta melapisi bagian atapnya dengan tanah liat sehingga tidak longsor. Juga mereka mengetahui batasan ruang yang dapat dibentuk di dalam tanah karena jika tidak, maka atap bangunan dapat rubuh.
Pada proses pembelajaran, naluri akan bentuk deformasi struktur muncul pada murid-murid. Murid dapat mengetahui secara kasar bentuk lendutan yang terjadi ketika suatu struktur diberi gaya, hal ini membuat kita mengagumi kebijaksanaan Tuhan. Tuhan bukan hanya menyediakan materi untuk manusia di dunia, tetapi juga ilmu primitif untuk mengolah materi tersebut. Dengan sendirinya manusia dapat menciptakan infrastruktur.
Manusia tidak hanya dikaruniakan prinsip hukum alam pada dirinya, tetapi kekayaan alam semesta akan makhluk hidup lainnya juga diberikan Tuhan untuk dipelajari. Manusia melihat bagaimana burung-burung membuat sarang, kita mengikutinya; manusia melihat berang-berang mendirikan bendungan, kita mempelajarinya; manusia melihat bentuk struktur telur yang sangat indah dan kuat, bahkan dari materi yang sangat rapuh namun memiliki kekuatan yang luar biasa, kita meniru hal tersebut; manusia melihat bagaimana bijaksananya binatang menjaga suhu di tempat ekstrem seperti padang gurun ataupun kutub, manusia dapat mempelajarinya.
Jika melihat dari bangunan-bangunan kuno, banyak kebijaksanaan yang Tuhan anugerahkan kepada manusia. Sangat mengherankan mengapa batu dari bangunan kuno pada bagian atas pintunya itu tidak jatuh, atau meskipun diketahui secara teori, sangat tidak masuk akal membangun sebuah infrastruktur dari batu yang berat dan besar tersebut. Ada rumor yang menyatakan bahwa proses pengangkutan batu piramida dilakukan dengan memanfaatkan tenaga angin menggunakan sejenis membran yang besar. Bangunan-bangunan ini meskipun manusia membuatnya dengan tujuan untuk penyembahan ilah-ilah, tetapi Tuhan izinkan dan talenta membuat sebuah infrastruktur tetap Tuhan berikan. Bahkan ketika manusia memberontak kepada Tuhan dengan membangun menara Babel, Tuhan tidak mencabut kemampuan mendirikan bangunan pada manusia.
Tuhan memakai kemampuan yang diberikan-Nya ini untuk pekerjaan-Nya. Tuhan merencanakan adanya Bait Allah yang menjadi pusat orang Israel beribadah sekaligus rumah bagi Allah. Alkitab juga menceritakan bagaimana hikmat Raja Salomo yang membangun Bait Allah, dicatat bahwa seluruh barang telah dibuat terlebih dahulu sehingga sewaktu proses konstruksinya tidak terdengar bunyi perkakas besi apa pun karena hanya menaruh dan memasang. Mungkin pada zaman sekarang kita mengenal seperti pre-cast concrete atau baja fabrikasi, namun dalam membuat joint tersebut tetap harus diproses menggunakan bor dan sebagainya. Dicatat juga dalam Alkitab bahwa Allah tidak berhenti pada penciptaan awal namun ada pengolahan dari sumber yang diberikan seperti proses dari taman Eden menjadi kota pada akhirnya.
Dari semua hal ini kita dapat melihat bagaimana Tuhan menciptakan manusia dengan potensi yang begitu besar yang salah satu hasilnya dapat kita lihat dalam bangunan-bangunan yang pernah ada di sepanjang sejarah. Terkadang manusia sendiri terkagum-kagum akan kemampuan yang Tuhan berikan. Banyak hal yang kita pikir tidak mungkin untuk dilakukan oleh manusia ternyata mungkin untuk dilakukan; lihatlah bangunan-bangunan yang pernah masuk ke dalam Tujuh Keajaiban Dunia, itulah bukti betapa besarnya potensi yang Tuhan berikan kepada manusia. Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan potensi yang begitu besar tetapi juga pada saat yang bersamaan potensi ini bisa menjadi bahaya yang besar jikalau manusia tidak menggunakannya untuk kemuliaan Tuhan. Menara Babel adalah salah satu icon dalam infrastruktur dengan tujuan memberontak kepada Allah. Kemampuan yang begitu luar biasa Tuhan berikan, disalahgunakan oleh manusia untuk memberontak dan melawan Allah. Lalu bagaimanakah seharusnya kekristenan memandang ilmu teknik sipil tersebut?
Mungkin kita sering mendengar suatu pembahasan mengenai bentuk bangunan pada suatu zaman yang memiliki suatu makna theologis atau suatu desain tertentu yang memiliki makna ataupun arti yang dapat dikaitkan dengan firman Tuhan secara langsung. Hal seperti ini mungkin lebih jarang ditemukan dalam teknik sipil. Keterkaitan secara langsung antara suatu teori pada ilmu sipil dan makna pada firman Tuhan sulit dijelaskan. Hal ini dikarenakan ilmu teknik sipil merupakan ilmu yang menopang atau menolong ilmu lain seperti arsitektural, seni, dan kebutuhan dasar manusia. Dengan kata lain, yang mengendalikan arah yang kelihatan dari teknik sipil adalah arsitektur atau seni yang menjadi dasar dari ilmu ini. Sehingga keterkaitan kebenaran firman Tuhan dengan ilmu teknik sipil lebih banyak merupakan keterkaitan secara tidak langsung. Tetapi ilmu ini tetap merupakan ilmu yang lahir sebagai respons manusia terhadap wahyu umum Allah.
Di dalam konteks ini kita dapat melihat bahwa teknik sipil berada untuk merealisasikan karya arsitektur. Tetapi pada realitasnya sering kali terjadi benturan antara seorang arsitektur atau seniman dan seorang rekayasawan teknik sipil. Terkadang rekayasawan terkurung dalam pola pikir yang sempit dikarenakan sebuah prosedur analisis struktur yang sudah dibentuk, akibatnya menjadi kaku dalam menerima ide dan hanya menerapkan sebuah rule of thumb yang ada. Padahal bila ditarik dalam kehidupan sebagai umat Tuhan atau anggota tubuh Kristus, mungkin teknik sipil dapat dikatakan sebagai skelet yang menjadi penopang yang lain. Di dalam konteks ini kita harus dapat melihat di mana peranan teknik sipil, bukan menjadi pengendali konsep dari sebuah proses membuat sebuah bangunan, tetapi menjadi ilmu yang merealisasikannya. Bukan lagi memaklumi dan kaku terhadap keterbatasan dan aturan yang ada, namun berani berpikir bagaimana caranya merealisasikan sebuah desain bangunan yang dirancang sang arsitektur, tanpa mengompromikan sisi baik keamanan, efektivitas, efisiensi maupun estetika dalam pembangunan tersebut. Sarjana teknik sipil Kristen memikirkan bagaimana merencanakan atau membangun bangunan dengan fokus bukan kepada kemudahan dan keuntungan diri, namun berfokus mempermuliakan Tuhan. Bila perlu adanya kesulitan struktural demi kepentingan perkembangan budaya, Injil, dan masyarakat, hal-hal demikian perlu diperjuangkan. Inilah poin pergumulan seorang teknik sipil Kristen, bagaimana dengan tekun menggunakan kreativitas dan kebenaran yang Tuhan berikan untuk merealisasikan suatu bangunan.
Di sisi lain, seorang rekayasawan teknik sipil tidak seharusnya menjadi bangga atas pencapaiannya tanpa mengakui Tuhan, atau bahkan menghina dan menantang Tuhan. Karena dalam ilmu teknik sipil sendiri begitu banyak hal yang diasumsikan atau diberikan faktor keamanan karena ketidakpastian. Rekayasawan tidak dapat mendesain suatu struktur dengan presisi yang sempurna dalam hal risiko dan perhitungan kekuatan. Ada probabilitas dalam kekuatan beton, dikarenakan pembuatan beton pada kenyataannya jarang ada yang sempurna sesuai perhitungan, ada faktor koreksi dan faktor pembesaran yang ditambahkan karena kondisi yang sulit diprediksi. Maka seseorang yang mempelajari hal ini tidak mungkin bangga pada dirinya sendiri atas hasil karyanya dan mengabaikan Tuhan. Pada poin ini, seorang rekayasawan hanya bisa bergantung dan berharap kepada Tuhan atas topangan tangan-Nya dan atas pemeliharaan-Nya.
Di dalam ilmu teknik sipil sendiri terdapat keindahan sebagai respons terhadap wahyu umum yang diberikan Tuhan. Dari hal yang sangat sederhana seperti bentuk terkuat yang sering digunakan dalam rangka adalah bentuk segitiga. Hal ini sering kali dikaitkan dengan “jejak” dari Tritunggal: Bagaimana simbol kesatuan dan keterikatan dalam tiga elemen ini dapat membentuk sistem struktur yang paling kuat dan stabil. Selain itu, dalam prinsip kekakuan kita juga dapat melihat prinsip keadilan Allah. Dalam sistem struktur misalnya bangunan gedung, elemen kolom yang memiliki kekakuan yang lebih tinggi, akan menerima gaya yang lebih besar. Dengan kata lain, gaya akan didistribusikan tidak sama rata secara nilai kepada seluruh elemen penopang, namun secara adil bergantung kekuatan elemen tersebut. Suatu prinsip keadilan yang bukan sama rata tetapi tanggung jawab berdasarkan apa yang diberikan, yang diberi banyak dituntut banyak. Prinsip keadilan ini sebenarnya sederhana untuk dimengerti, dan banyak manusia sebetulnya telah mengetahui hal ini. Di dalam masyarakat, banyak permasalahan dan ketimpangan dapat diatasi melalui prinsip ini. Orang yang memiliki kelebihan yang banyak memiliki tugas lebih banyak untuk mengakomodasi sesama manusia yang kurang. Alkitab menyatakan siapa diberi banyak, juga dituntut banyak. Ironisnya, prinsip yang tertanam juga dalam teknik sipil ini sering kali dilupakan atau bahkan tidak disadari oleh manusia. Realitasnya, sekarang banyak orang cerdas dan berbakat memegang cara pandang di mana sebisa mungkin bekerja sesedikit mungkin, jikalau bisa tidak bekerja sama sekali, namun menghasilkan uang, dan kebaikan-kebaikan lainnya untuk dirinya sendiri sebanyak mungkin. Bakat dan kecerdasan yang dimiliki digunakan untuk kemakmuran, kemuliaan, nama baik pribadi sendiri, dan untuk mendapat pengakuan dari orang lain. Padahal dari pandangan kekristenan, Tuhan memberikan bakat apa pun kepada manusia untuk Tuhan dan sesama manusia lainnya.
Masih banyak lagi hal-hal yang bisa kita gali dalam teknik sipil ini yang mencerminkan prinsip kebenaran Allah yang juga terdapat pada bidang studi yang lain. Terdapat koherensi atau kesinambungan prinsip kebenaran dari satu bidang studi dengan bidang studi lainnya dikarenakan kebenaran-kebenaran ini berkorespondensi atau bersumber dari sumber yang sama yaitu Allah Tritunggal. Hal ini seharusnya menjadi dorongan bagi kita semua untuk terus menggali dan mempelajari bidang studi kita. Di dalam konteks teknik sipil, kita terus menggali teknik-teknik ataupun metode-metode yang berkembang dan terus berusaha dengan kreativitas yang Tuhan berikan kepada kita untuk melakukan pengembangan-pengembangan dalam teknik membangun, bukan untuk membangun supremasi kebesaran manusia alias Menara Babel berikutnya, tetapi kita mengembangkan budaya, membangun Kerajaan Allah, membangun infrastruktur yang setia dan memuliakan Tuhan serta menjadi berkat untuk sesama bukan untuk melawan Tuhan.
Yosua Djapara
Pemuda GRII Bandung