Silsilah merupakan hal yang penting bagi bangsa-bangsa di dunia ini. Perjalanan sejarah dari zaman ke zaman dapat ditelusuri melalui catatan silsilah. Silsilah menyatakan siapa nenek moyang kita dan menentukan siapa ahli waris atau penerus selanjutnya. Khususnya dalam sebuah sistem monarki, catatan silsilah merupakan hal yang sangat penting karena menyatakan apakah seseorang berhak menduduki tahta tersebut atau tidak.
Tuhan Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, kemudian memilih dan menetapkan institusi keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang berkembang menjadi sekelompok orang, menjadi sebuah suku, suatu bangsa, satu ras, dan kemudian menjadi satu dunia. Manusia berkembang dengan cara yang sedemikian mengagumkan. Satu dunia bangkit dari sepasang manusia, laki-laki dan perempuan. Sadar atau tidak, kita mungkin juga adalah nenek moyang suatu bangsa kelak, sehingga pasti kita bertanggung jawab dalam menoreh sejarah bagi generasi berikutnya.
Pada waktu Abraham dipanggil Allah keluar dari Ur-Kasdim, keluar dari bangsanya, keluar dari sanak-saudaranya dan dari rumah ayahnya, kemudian pergi menuju tanah yang akan ditunjukkan Allah—Tanah Perjanjian—Abram belum mempunyai keturunan. Kemudian Allah menjanjikan keturunan yang berkembang menjadi suatu bangsa yang besar, sebuah garis keturunan yang telah Allah janjikan untuk menjadi berkat bagi banyak bangsa. Melalui garis keturunan inilah Allah mengirim Juruselamat datang ke dalam dunia untuk menggenapkan janji-Nya sejak manusia jatuh dalam dosa.
Silsilah: Matius 1
Injil Matius ditulis oleh Rasul Matius (sebuah nama Yunani) yang juga dikenal dengan Lewi (nama Ibrani yang artinya a gift of Jehovah), si pemungut cukai yang bertobat ketika Tuhan Yesus memanggilnya untuk mengikut Dia (Mat. 9:9-10). Injil Matius dimulai dengan catatan panjang nama-nama orang sejak Abraham sampai lahirnya Yesus Kristus, yang disebut silsilah Yesus Kristus. Sebagai seorang Yahudi yang terpanggil untuk menuliskan Injil ini kepada kaumnya bangsa Yahudi, Matius memulai Injilnya dengan silsilah ini karena peranan silsilah dalam tradisi Yahudi sangat penting. Melalui silsilah inilah orang Yahudi dapat membuktikan bahwa mereka adalah umat pilihan, keturunan Abraham, yang kepadanya Allah membuat perjanjian. Demikian juga, melalui silsilah inilah bangsa Yahudi menunggu “keturunan Daud” yang takhtanya tidak berkesudahan, Sang Raja, Sang Mesias (Yang Diurapi). Karena itu, melalui silsilah Yesus Kristus, Matius membongkar konsep-konsep Yahudi yang salah tentang Mesias dan Kerajaan Allah. Kitab Matius sungguh ingin menekankan kepada bangsa Yahudi bahwa Yesus Kristus yang lahir merupakan jalur tunggal sejarah keselamatan yang telah begitu lama dinanti bangsa Israel dan yang memberikan identitas sejati bagi bangsa Yahudi sebagai umat pilihan.
Dalam penulisan silsilah ini, Matius membaginya menjadi tiga bagian besar: silsilah Abraham – Daud, silsilah setelah Daud (Salomo) – pembuangan di Babel (Yekhonya), silsilah setelah pembuangan (Yekhonya) – Yesus, Sang Mesias (Kristus). Tiap bagian terdiri atas 14 generasi. Angka 14 ini dapat ditafsirkan sebagai 14 = (2x) 7 (double seven)[1], di mana angka 7 melambangkan kesempurnaan (hari ketujuh dikuduskan Allah menjadi hari Sabat, ketetapan perjanjian turun-temurun), sedangkan (2x) dalam tradisi bangsa Israel langsung menunjuk pada porsi Hak Kesulungan/anak sulung (tiap anak sulung mendapat hak warisan double portions). Di sini Matius ingin membawa pembaca masuk pada nuansa “Kesulungan.” Yesus adalah yang sulung, Dialah Mesias, Juruselamat yang akan membawa dan memimpin umat-Nya keluar dari perbudakan/penjajahan dosa. Dengan demikian kesulungan Israel sebagai umat pilihan Allah dikaitkan oleh Matius dengan Yesus yang adalah yang sulung (bdk. Kol. 1:15). Ini merupakan suatu pengoreksian atas konsep kesulungan bangsa Yahudi zaman itu yang melihatnya dari sisi jasmani. Jadi, hak kesulungan umat Allah harus dilihat dari kacamata keturunan Abraham (the Seed of Abraham) yaitu Yesus, Sang Mesias, dan bukan dari keturunan secara jasmani (the seeds of Abraham) (bdk. Gal. 3:16). Sedangkan angka 3 merupakan angka sorga, ilahi, atau angka Allah dan dalam Perjanjian Lama selalu menjadi bayang-bayang dasar bagi Allah Tritunggal. Sejarah keselamatan berdiri di atas dasar Allah Tritunggal. Matius melalui penulisan silsilah ini mengajak para pembaca waktu itu, bangsa Yahudi, melihat kembali status mereka sebagai umat pilihan Allah yang dipilih melalui janji kepada Abraham dan digenapi di dalam Diri Yesus, Sang Mesias, Oknum kedua Allah Tritunggal. Tanpa Kristus, “keturunan Abraham” tidak menjadikan bangsa Yahudi beda dengan bangsa-bangsa lainnya, bangsa kafir; mereka tetap manusia berdosa, hidup di bawah perbudakan dosa, hamba iblis (bdk. Yoh. 8).
Silsilah 14 Pertama: by covenant and by faith
Silsilah 14 pertama, Abraham – Daud, merupakan awal jalur penggenapan keselamatan umat pilihan-Nya menurut kacamata Yahudi (keturunan Abraham). Melalui bagian ini, Matius ingin menyatakan bahwa Yesus Sang Mesias adalah keturunan (the Seed) yang dijanjikan Allah, di mana melalui-Nya semua bangsa akan mendapat berkat. Suatu keturunan (the seeds) yang dipisahkan Allah untuk Allah keluar dari penyembahan illah-illah palsu melalui Yesus Keturunan Abraham yang dijanjikan (the Seed). Dari Ur-Kasdim, Mesopotamia, suatu kota penyembahan Dewa Bulan, Abram dipanggil keluar menuju ke tanah perjanjian. Abram dipanggil keluar dari sanak saudara, budaya, dan penyembahan ilahnya, berjalan menuju tanah perjanjian semata-mata hanya karena beriman kepada Allah dan apa yang dijanjikan Allah. Inilah awal jalur umat pilihan sejati, jalur yang ditandai dengan iman sejati kepada janji Allah (by covenant and by faith) yang kontras dengan konsep keselamatan pada masa itu [masa penulisan Injil Matius, red.]. Dalam hal ini nama Abraham sangat penting karena Abraham adalah bapa orang beriman, bapa umat pilihan, bapa Yahudi sejati; kepadanya Allah menjanjikan bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, yang akan mengikuti jejak Abraham untuk keluar dari keberdosaannya menjadi satu umat Allah menuju tanah perjanjian. Jalur keselamatan ini berbeda dengan konsep Yahudi; satu umat tidak ekslusif untuk bangsa Israel secara jasmani saja, namun untuk umat pilihan sepanjang zaman dan segala tempat.
Silsilah 14 Kedua: Kingdom of Heaven is above the kingdoms of the world
Silsilah 14 kedua dibuka dengan kisah kejatuhan Raja Daud dengan merebut istri Uria, orang Het itu. Ini menjadi tanda bahwa Daud, patron masa kejayaan Israel dan raja Israel paling masyhur, adalah orang berdosa yang juga membutuhkan keselamatan dari Allah. Silsilah ini dilanjutkan dengan kejayaan Israel zaman Salomo (artinya peaceful), raja Israel yang paling berhikmat, yang dinyatakan dalam Alkitab bahwa tidak ada orang sebelumnya dan sesudahnya yang memiliki hikmat lebih daripada Salomo. Bagian kedua silsilah ini ditutup dengan raja Yosia, raja yang membawa kembali Israel yang telah menyimpang dari jalan Allah kepada Allah yang sejati. Dalam 2 Raja-raja 22:1-2 dicatat bahwa Yosia melakukan apa yang benar di mata Tuhan dan hidup sama seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. Hal ini menjadi suatu kontras karena pada pasal-pasal sebelum dan sesudahnya raja-raja Yehuda dicatat hidup jahat di mata Tuhan dan sama seperti ayah-ayah mereka. Dalam pemerintahan raja Yosia juga ditemukan kembali Kitab Taurat, yang dilanjutkan dengan reformasi besar-besaran (2 Raj. 23). Penulisan silsilah sampai Yosia ini sangat signifikan karena pada zaman Yosialah dirayakan kembali Paskah (dalam Perjanjian Baru menjadi peristiwa penebusan Kristus). Paskah sudah tidak pernah dirayakan kembali sejak zaman Hakim-Hakim setelah zaman Yosua dan para tua-tua yang hidup sezaman dengan Yosua (2Raj. 23:21). Juga dicatat dalam Alkitab bahwa tidak ada raja sebelum dan setelah Yosia yang bangkit sama seperti dia, yang berbalik dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatannya sesuai dengan Taurat Musa (2Raj. 23:25).
Salomo dicatat karena kebesaran dan hikmat bijaksananya; tidak ada raja lain yang seperti dia sebelum dan sesusahnya. Yosia dicatat karena hatinya yang kembali kepada Allah, untuk Allah; tidak ada raja lain yang seperti dia sebelum dan sesudahnya. Demikian juga Yesus Kristus, pewaris sejati takhta Daud, merupakan satu-satunya Mesias; tidak ada Mesias lain yang bangkit sebelum dan sesudahnya.
Bagian silsilah ini juga merobohkan konsep Yahudi bahwa Mesias akan mengembalikan kejayaan Kerajaan Israel yang sudah luluh lantah, kembali seperti zaman Daud dan Salomo. Keinginan pengembalian kerajaan Israel yang mendarah daging di dalam bangsa Yahudi terlihat dari pertanyaan para murid sebelum Tuhan Yesus naik ke sorga: ”Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis. 1:7). Kerajaan Allah tidak berasal dari dunia ini, bahkan melampaui kerajaan mana pun. Sang Mesias datang bukan untuk mengembalikan kerajaan dunia, kerajaan Israel secara fisik, melainkan mengembalikan kerajaan Allah yang bertolak belakang dengan pembangunan kerajaan dunia. Hal ini terlihat dari janji Allah kepada dua nama raja terakhir sebelum akhirnya Allah membuang bangsa Israel ke tangan Kerajaan Babel. Yosia artinya whom Jehovah heals dan Yekhonya artinya whom Jehovah establishes, yang berarti bahwa Kerajaan Mesias didirikan oleh Allah sendiri. Janji pemulihan dan pendirian kembali Israel sesuai dengan waktu dan cara Allah, yaitu melewati pembuangan di Babel.
Silsilah 14 Ketiga: The Church is The True Israel
Pada tahap ketiga silsilah 14 generasi selanjutnya, Yekhonya – Yesus Kristus merupakan pengembalian jalur penggenapan janji Allah akan Mesias. Yekhonya, yang artinya whom Jehovah establishes, menyatakan Allah yang akan mendirikan Kerajaan-Nya melalui Mesias. Pembuangan ke Babel merupakan saat yang sangat penting bagi bangsa Israel. Hukuman Allah sangat nyata dengan ditaklukkannya Yerusalem, dirobohkannya Bait Suci Salomo, dan ditawannya bangsa Israel (Yehuda – Kerajaan Selatan) menuju Babel (597 SM). Periode ini merupakan kesulitan terbesar bangsa Israel, yang kemudian membawa mereka masuk dari satu penjajahan ke penjajahan selanjutnya, dari satu penindasan ke penindasan berikutnya. Melalui tahap ketiga 14 generasi ini, Matius kembali membawa bangsa Yahudi menyadari bahwa selama masa pengeluhan mereka di bawah penjajahan dan penindasan, satu-satunya harapan adalah bangkitnya Mesias yang akan menyelamatkan mereka. Matius membawa bangsa Israel kepada Yesus Sang Mesias itu, yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka, lepas dari penjajahan yang paling esensial, yaitu penjajahan dosa.
Pembuangan ke Babel dan segala kesulitan yang menyertainya merupakan aib besar bagi bangsa Israel. Bait Allah, Tabut Perjanjian, dan kerajaan Daud yang selama ini menjadi kebanggaan Israel telah lenyap bersamanya. Bukan suatu kebetulan jika Mesias dilahirkan dari keluarga Yusuf, seorang yang sangat sederhana dan bahkan di dalam Alkitab tidak pernah dicatat satu kalipun perkataan Yusuf. Arti nama Yusuf adalah “Allah telah mengapuskan aibku” (Kej. 30:23). Di sini ingin dikatakan bahwa kelahiran Mesias akan menghapus aib bangsa Israel (Israel bukan jasmaniah tapi umat pilihan: Gereja Tuhan) dengan menyelamatkan umat Allah dari dosa mereka. Tuhan Yesus menanggung aib yang terbesar dengan kematian-Nya di kayu salib.
Silsilah Gereja Sepanjang Zaman
Allah rela datang ke dalam dunia, inkarnasi menjadi manusia, melalui suatu proses yang sangat normal dan wajar. Pencatatan sisilah Yesus Kristus masuk ke dalam silsilah Abraham. Sekalipun demikian, ini bukan merupakan suatu kebanggaan atau penghormatan. Bagaimana mungkin bisa disetarakan? Yesus Kristus yang adalah Raja di atas segala Raja hanya disetarakan dengan keturunan raja dunia yang kerajaannya hanya sementara dan akan lenyap. Kerajaan dunia yang bangkit dan runtuh bagaikan rumput yang tumbuh pada pagi hari dan layu pada siang hari. Kerajaan Daud yang begitu jaya sudah tidak nampak lagi kemegahannya. Pencatatan silsilah ini sudah menyatakan spirit inkarnasi, betapa Yesus Kristus rela menyamakan Diri-Nya dengan manusia-manusia ciptaan-Nya yang berdosa.
Yang sangat menarik, Kitab Matius ditutup dengan menuliskan suatu silsilah baru yang waktu itu belum tertulis dalam Alkitab tetapi ditulis dalam iman setiap orang Kristen – yaitu silsilah umat pilihan Allah, Israel sejati/Gereja Tuhan/orang-orang percaya yang akan datang. Silsilah ini ditulis dalam bentuk perintah sekaligus janji dari Tuhan Yesus yang kita kenal sebagai Amanat Agung Tuhan Yesus. Oleh karena itu, bagaimanakah kita hari ini “melanjutkan” silsilah yang telah tercatat dalam buku kehidupan, yang tidak lagi terkurung dalam kelahiran jasmani namun melalui kelahiran baru dalam iman oleh Roh Kudus? Sebagai Gereja Tuhan, kita mempunyai hak kesulungan atas warisan Kerajaan Sorga, yaitu Injil Yesus Kristus, keselamatan dari Allah.
Bagian silsilah seringkali paling membosankan dan dibaca secepat mungkin oleh kebanyakan orang Kristen, bahkan mungkin dilewatkan. Namun melalui tulisan singkat ini kita mengerti bahwa firman Tuhan tidak pernah mencatat hal yang sia-sia. Nama-nama yang dicatat dalam Alkitab sungguh mempunyai signifikansi yang turut serta menyampaikan maksud Allah kepada kita, dalam hal ini tentang silsilah gereja Tuhan, silsilah kita. Bagaimanakah sejarah akan mencatat silsilah setelah kita, sebagai Gereja Tuhan selanjutnya?
Matius 28:19-20 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Selamat Natal…
Dewi Arianti Winarko
Pemudi GRII Pusat
[1] NIV Spirit of The Reformation Study Bible, The Zondervan Corporation, 2003, hal. 1554.