Mungkin beberapa dari kita pernah bingung tentang apa pentingnya kata “sejuk” dalam Kejadian 3:8, yang berbunyi demikian:
“Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk [penekanan ditambahkan], bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.”
Dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita mengerti bahwa “pada waktu hari sejuk” merupakan sebuah keterangan. Tetapi keterangan kadang boleh ada dan boleh tidak ada. Tidak semua detail harus selalu dinyatakan. Misalnya, kita sangat akrab dengan lagu anak-anak, “Bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi.” Kalau kita tambahkan detail yang tidak diperlukan, mungkin isi lagunya tidak sampai kepada kita. “Bangun pada pukul 5.37 pagi ketika matahari baru saja terbit di sebelah Timur dan memiliki azimut 20 derajat, ku terus mandi di kamar mandi lantai dua karena Ibu sedang mandi di kamar mandi lantai satu” dan seterusnya. Pasti anak-anak tidak ada yang hafal!
Tetapi jika Alkitab menuliskan keterangan ini, pasti ada maksudnya. Namun apa ya maksudnya?
Ada seorang teman yang pernah memakai ayat ini untuk membenarkan dia pergi jalan-jalan. “Tuh, lihat, Tuhan saja berjalan-jalan di taman pada waktu hari sejuk. Kita yang mengikut Tuhan harus juga ikutan jalan-jalan dong!” Walaupun hal ini dapat menjadi lelucon yang lumayan pandai dan “biblikal”, penulis ingin sekali mengupas keterangan yang “sepertinya tidak perlu” ini lebih dalam.
Adakah Terjemahan Lain?
Pertanyaan ini adalah suatu kebiasaan yang baik. Jika kita tidak begitu mengerti sebuah kata atau frasa dalam Alkitab, sangat dianjurkan untuk boleh merujuk kepada beberapa terjemahan yang lain. Pastinya paling baik adalah ketika kita bisa melihat bahasa aslinya secara langsung, tetapi tidak semua dari kita dapat menganalisis kata-kata dalam bahasa Ibrani ataupun Yunani.
Kebanyakan terjemahan bahasa Inggris juga memakai kata seperti “cool of the day” (NIV, ESV, NASB, KJV, NKJV). Beberapa memberikan catatan bahwa kata aslinya mengandung konotasi mengenai “angin.”
Tetapi beberapa terjemahan lainnya mungkin dapat membantu kita:
- “When the cool evening breezes were blowing[penekanan ditambahkan], the man and his wife heard the LORD God walking about in the garden” (NLT),
- “They heard the sound of the Lord God walking in the garden at the time of the evening breeze[penekanan ditambahkan]” (ERV), dan
- “Then the man and his wife heard the sound of the LORD God walking in the garden at the time of the evening breeze [penekanan ditambahkan]” (CSB).
Ada suatu konotasi bahwa Tuhan sedang berjalan pada waktu petang, di mana ada angin yang bertiup. Sekarang kita melihat bahwa hari yang sejuk itu bukan bicara tentang cuaca, tetapi mengindikasikan waktu dalam suatu hari, yakni pada waktu petang. Akan tetapi, ini masih belum menjelaskan mengapa Musa harus menaruh detail atau keterangan seperti ini. Jadi bagaimana?
Setelah Keterangan, Sekarang Predikat
Mungkin ada baiknya kita melihat apa yang sebenarnya diterangkan dari keterangan yang ditulis. Sebenarnya ada dua aksi yang ada dalam ayat ini, yakni sebelum dan sesudah keterangan ini.
Pertama, pada petang tersebut, Tuhan sedang berjalan di taman. Kata “berjalan” itu mengandung banyak sekali nuansa dalam Perjanjian Lama. Dalam beberapa pasal berikutnya, kita akan melihat bahwa ada beberapa orang beriman yang “berjalan dengan Allah,” termasuk Henokh, Nuh, dan Abraham. Tema ini terus berkembang sepanjang sejarah orang Israel. Berjalan dengan Allah identik dengan adanya kehadiran dan perkenanan Tuhan di antara umat-Nya. Tuhan sendiri berkata, “Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku” (Im. 26:12), atau dalam terjemahan ESV, “And I will walk among you and will be your God, and you shall be My people.” Hal ini mengandung arti yang begitu positif dan baik, tetapi apa yang dilakukan Adam dan Hawa?
Kedua, pada petang tersebut, Adam dan Hawa menyembunyikan diri mereka dari hadapan Tuhan. Bukankah kehadiran Tuhan seharusnya menjadi sukacita mereka? Apa yang telah terjadi? Ya, kehadiran Tuhan yang seharusnya menyegarkan menjadi sebuah ancaman, karena mereka tahu bahwa mereka sudah berbuat kesalahan di hadapan-Nya. Mereka tidak senang tetapi takut; tidak datang menghampiri Tuhan tetapi malah menjauh; penuh perasaan malu dan bersalah. Pada petang tersebut, menjadi jelaslah bahwa relasi manusia dengan Tuhan sudah rusak.
Tetapi lebih dari sekadar petang pada satu hari, petang tersebut juga menjadi awal mula kegelapan dan malam yang panjang dan ganas. Buah dosa begitu berkuasa menjajah seluruh umat manusia keturunan Adam dan Hawa dengan tiada henti. Bahkan di antara umat pilihan Tuhan, juga terjadi sangat banyak kejahatan, yang mungkin tidak berbeda dari bangsa-bangsa yang lain. Sekelompok orang Israel pernah melakukan pemerkosaan bersama-sama yang pada akhirnya menimbulkan perang saudara antara suku-suku Israel. Bahkan, raja Israel yang terbaik pun pernah melakukan perzinahan, pembunuhan, pembohongan massal, dan dosa-dosa lainnya yang sebenarnya dilakukan untuk menutup dosa sebelumnya. Begitu pekat kegelapan yang ada setelah petang di mana manusia sadar akan dosa mereka.
Apakah Petang akan Sejuk Kembali?
Tetapi Tuhan memiliki suatu rencana yang terindah. Walaupun umat-Nya selalu melawan dan tidak berjalan di hadapan-Nya, Tuhan sudah mempersiapkan satu hari yang paling agung dalam sejarah manusia: akan ada sebuah petang yang memberikan secercah harapan dalam kegelapan yang meliputi seluruh hidup kita.
Jikalau petang dalam Kejadian 3:8 adalah petang yang membuktikan ketidaksetiaan manusia dalam mereka berjalan dengan Allah, petang ini menunjukkan kesetiaan seorang Manusia yang tiada tara. Kalau petang yang pertama menunjukkan manusia yang ingin menjadi Tuhan, petang kedua menyajikan Tuhan yang sangat senang disebut “Anak Manusia.” Dan kalau petang yang pertama telah menjadi sebuah momen penghakiman bahwa manusia sudah jatuh dalam dosa, petang yang kedua ini akan menjadi momen selesainya pekerjaan keselamatan yang memberikan jalan keluar bagi kita semua.
Tuhan memiliki suatu rencana yang terindah. Walaupun umat-Nya selalu melawan dan tidak berjalan di hadapan-Nya, Tuhan sudah mempersiapkan satu hari yang paling agung dalam sejarah manusia: akan ada sebuah petang yang memberikan secercah harapan dalam kegelapan yang meliputi seluruh hidup kita.
Petang kedua ini adalah ketika Yesus menghembuskan napas terakhir-Nya di atas kayu salib. Yesus telah meminum habis cawan yang diberikan kepada-Nya. Pengorbanan sampai kepada kematian-Nya ini menjadi jaminan bahwa segala dosa kita ditebus dan kita beroleh hidup yang kekal.
Biarlah hari Jumat Agung yang kita lalui pada tahun ini menjadi “hari sejuk” di mana kita diingatkan bahwa Tuhan sudah datang untuk menuntaskan pekerjaan keselamatan supaya kita boleh hidup. Pada petang pertama, Adam dan Hawa begitu ketakutan karena hubungan yang sudah rusak dengan Tuhan. Melalui petang kedua ini, biarlah kita boleh datang ke hadirat Tuhan dengan hati yang siap.
Kiranya kalimat dari Johann Sebastian Bach dalam St Matthew Passion boleh berkata-kata bagi kita pada petang ini.
Mache dich, mein Herze, rein, Ich will Jesum selbst begraben. Denn er soll nunmehr in mir Für und für Seine süße Ruhe haben. Welt, geh aus, laß Jesum ein! | Bersihkan dirimu, hatiku. Saya ingin menguburkan Yesus sendiri. Karena Dia sekarang harus ada di dalam diriku selamanya dan selamanya. Miliki ketenangan-Nya yang manis. Dunia, keluarlah, biarkan Yesus masuk! |
Ezra Yoanes Setiasabda Tjung
Jemaat PR San Francisco