Kebangkitan Saya Sekarang

Introduksi
Beberapa waktu yang lalu dalam KTB, kami sempat mendiskusikan transkrip khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong NREC 2004 dengan tema “What is a Revival?” di Pillar edisi April – Juni 2006.[1] Ketika mendiskusikan tentang Revival atau Kebangunan Rohani, kami sadar ada beberapa istilah penting yang mirip dengan kebangunan dan kadang digunakan secara bergantian sehingga kami bertanya-tanya di manakah letak perbedaannya. Misalnya istilah bahasa Indonesia berikut ini: Kebangunan, Kebangkitan, dan Kesadaran. Belum lagi selama proses penulisan ini saya menjadi teringat beberapa istilah lagi dalam bahasa Inggris seperti vivification (aktif dan penuh vitalitas), quickening (hidup dan kelahiran)[2], dan resurrection (kebangkitan).

Kebangkitan, Kebangunan, Kesadaran
Di dalam pembahasan mengenai berbagai istilah tersebut, kita dapat mengetahui bahwa antara mati dan tidur dipakai secara bergantian bahkan di dalam Yohanes 11 mengenai Lazarus yang dibangkitkan pun Yesus menggunakan istilah tidur sebagai ganti dari mati. Ketika Yesus mengatakan bahwa Lazarus sedang tidur, maka murid-murid-Nya langsung mengatakan bahwa kalau Lazarus tidur pasti dia akan bangun lagi dan tidak ada sesuatu yang aneh terjadi padanya. Tetapi Yesus kemudian menjelaskan bahwa sesungguhnya Lazarus sudah mati tetapi justru melalui kematiannya maka kemuliaan Tuhan akan dinyatakan. Lazarus yang sudah mati disebut tidur oleh Yesus karena Yesus ingin menunjukkan bahwa Lazarus mati hanya sementara dan diri-Nyalah kebangkitan dan hidup. Di antara 3 peristiwa kebangkitan yang dilakukan oleh Yesus yaitu anak perempuan Yairus dengan kata “Talita Kum”, anak tunggal janda di Nain dalam kitab Lukas, dan Lazarus di Betania, peristiwa yang terakhir inilah yang mempersiapkan kematian Yesus dan menunjukkan kepada publik bahwa diri-Nyalah kebangkitan dan hidup dan itu juga sekaligus berarti bahwa waktu-Nya semakin dekat dan akan segera tiba. Yesus yang di dalam kitab Yohanes bagian awal sering mengatakan bahwa waktu-Nya belum tiba seperti di pasal 7, dalam pasal 11 ini justru mendemonstrasikan kuasa-Nya terang-terangan yang menyebabkan orang-orang Farisi dan ahli Taurat semakin terdesak untuk segera membunuh-Nya. Kebangkitan menjadi salah satu kunci terpenting dari karya Allah Sang Pencipta dan karya Allah Sang Penebus di dalam Kristus serta menjadi titik tolak berdirinya Gereja. Karena itu, kita mau mengerti dan membandingkan istilah-istilah seputar kebangkitan dan kerabatnya.

Setelah mencoba memikirkan istilah-istilah tersebut sekali lagi, maka ditemukan bahwa memang istilah itu mirip, erat kaitannya satu sama lain dan sering kali digunakan secara bergantian (interchangeably)untuk konteks yang sama. Kebangkitan berbicara mengenai hidup dan mati, kebangunan membicarakan mengenai bangun dan tidur, serta kesadaran membicarakan mengenai sadar dan ngantuk. Ketika kita dicerahkan, diinspirasikan, dan disegarkan, kita menjadi tergugah dan mendapatkan kesadaran lebih lagi, kita menjadi sensitif, waspada, alert, berjaga-jaga. Kita diingatkan lagi bahwa kita harus selalu memiliki penghayatan eskatalogis seperti yang Tuhan kita Yesus Kristus nyatakan bahwa Dia datang di waktu yang tidak kita ketahui seperti pencuri di malam hari dan bahwa kita harus berjaga-jaga. Demikianlah halnya dengan kasus Yesus yang meminta murid-murid-Nya berjaga-jaga bersama-Nya untuk berdoa di taman Getsemani tetapi murid-murid-Nya akhirnya tertidur. Ketika kita sudah terlalu lelah dalam pelayanan, ketika kita sudah terlalu lelah berlari, ketika kita terlelap dalam belajar dan menjelajah, ketika kita sudah tak kuat lagi menghadapi tantangan dunia ini, sangat mungkin kita menjadi tertidur dan terlelap, hanyut dan tenggelam dalam kenyamanan yang tidak perlu, atau bahkan kita dilelahkan oleh hal-hal sepele seperti rutinitas yang membawa kita mengikuti arus. Saya yakin hampir semua atau bahkan memang semua dari kita, termasuk saya, pernah mengalami naik turun dalam kerohanian, pelayanan dan tanggung jawab panggilan kita di hadapan Tuhan. Apakah kita sudah dibangunkan kembali dari ketiduran kita dan ternyata waktu itu telah lewat? Dan kebangkitan itu sendiri yang berbicara mengenai hidup dan mati, berbicara mengenai penentu destinasi hidup manusia, berbicara mengenai nilai, garis hidup dan arah pengharapan hidup manusia yang paling ultimat. Mengutip Pdt. Dr. Stephen Tong, beliau mengatakan bahwa sains berbicara mengenai benar dan salah, agama berbicara mengenai baik dan jahat, filsafat berbicara mengenai bijaksana dan bodoh, tetapi Kekristenan berbicara mengenai hidup dan mati. Mengapa hidup dan mati? Karena ada pengorbanan, ada darah yang dicurahkan, ada Kristus yang mati bagi kita. Kristus yang mati bagi kita, juga bangkit menyatakan kuasa-Nya serta memberikan pengharapan bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Puji Tuhan! Syukur kepada Tuhan!

Menanti Kebangkitan = Hidup bagi Tuhan
Kebangkitan erat kaitannya dengan gerakan. Karena ada gerakan di dalam hati orang yang visioner, maka pengaruhnya menimbulkan kebangkitan dan gerakan lain yang lebih besar. Karena kebangkitan yang timbul itu mulai menjalar kepada banyak orang lain lagi menjadi suatu gerakan yang lebih besar. Di dalam sejarah Alkitab, sesudah Kain membunuh Habel, maka Set menjadi garis keturunan yang baru, yang sesuai dengan gambar Adam, yang adalah gambar dan rupa Allah (Kej. 5:3). Nuh mendapatkan janji dari Tuhan dan dengan setia mengerjakan bahteranya yang besar sebagai lambang cinta kasih dan pemeliharaan Tuhan atas manusia sekaligus murka penghakiman-Nya yang ditumpahkan di atas muka bumi (Kej. 6). Abram mendapatkan panggilan dan visi dari Tuhan untuk keluar menuju tanah yang dijanjikan Tuhan dari tempat sanak saudaranya di Haran.[3] Dan sesudah bangsa Israel diperbudak oleh Mesir, mereka akan kembali ke tanah Kanaan dipimpin oleh Musa yang mendapatkan visi Tuhan dari semak belukar terbakar yang terkenal itu (Kel. 3), karena kedurjanaan orang Amori sudah genap (Kej. 15:16). Begitu pula dengan Daud, Elia, Yesaya, Yeremia, dan para nabi yang lain mendapatkan gerakan dari Tuhan untuk kembali kepada apa yang Tuhan mau (baca artikel Pillar edisi 90 Januari 2011 dengan judul: Kembali!)[4]. Raja Yosia begitu kaget ketika menemukan kitab Taurat Tuhan yang telah diabaikan selama beberapa generasi dan dengan segera mengenakan kain kabung dan melakukan reformasi. Apakah kita sadar bahwa hidup kita di dunia ini setiap hari diisi oleh pelajaran di sekolah dan pergumulan dunia kerja tanpa diimbangi pengertian yang benar dari firman Tuhan untuk menerangi hidup kita? Bagaimana kita bisa sungguh-sungguh menjadi garam dan terang dunia serta memberikan interpretasi yang tepat tanpa menggumulkan firman Tuhan yang telah Tuhan sharing-kan kepada kita? Apakah Tuhan mau memperkenan kita bahkan membocorkan isi hati-Nya kepada kita seperti kepada Abraham? Tuhan yang Maha Adil juga adalah Tuhan yang Maha Kasih, Dia tidak menghukum bangsa Israel yang telah mengabaikan Taurat-Nya beberapa generasi. Yesus pun mengatakan, “Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! … dan engkau Kapernaum… jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai saat ini.” Kapernaum tidak (belum) dihukum oleh Tuhan, sedangkan Sodom mendapatkan penghakiman instan walaupun dosa mereka yang begitu berat masih lebih ringan dari Kapernaum. Kapernaum terus berdosa sampai genap kedurjanaan mereka dan menumpuk murka Tuhan untuk dinyatakan secara penuh.

Sesungguhnya, apa yang kita lakukan bagi Tuhan hanyalah apa yang sepatutnya. Kiranya Tuhan menjaga lidah kita dan hidup kita semua sesuai dengan apa yang diajarkan-Nya kepada kita, “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.” Apakah kita sungguh-sungguh menanti kebangkitan kita? Apakah kita sungguh-sungguh hidup memperkenan, berusaha memperkenan, dan memohon serta berdoa untuk perkenanan dari Tuhan? Ataukah hidup kita menanti kegenapan kedurjanaan kita dan menumpuk murka Tuhan? Di manakah kebangkitan dalam hidup kita?

Lukas Yuan
Redaksi Bahasa PILLAR

  1. https://www.buletinpillar.org/transkrip
  2. Gerakan dari fetus (janin) di uterus (rahim) yang dapat dirasakan pertama kalinya oleh ibu hamil.
  3. Di akhir Kejadian 11, Terah yang berasal dari Ur-Kasdim membawa Abram dan Lot untuk pergi ke tanah Kanaan. Mereka akhirnya menetap di Haran dan Terah pun meninggal di Haran. Tetapi di Kejadian 12, Abram yang di Haran ini mendapat panggilan Tuhan untuk pergi lagi ke tanah Kanaan sampai dekat Sikhem dan janji Tuhan untuk memberikan negeri itu dinyatakan di sana.
  4. https://www.buletinpillar.org/artikel/kembali