Harry Potter, Naruto, One Piece. Inilah segelintir dari kisah-kisah yang begitu digemari anak muda beberapa tahun belakangan ini. Sadar atau tidak, hidup kita begitu dekat dan melekat dengan kisah-kisah ataupun cerita-cerita. Tidak berlebihan kalau kisah-kisah tersebut akhirnya akan sangat mempengaruhi karakter kita, khususnya yang kerap kali kita dengar sejak masa kanak-kanak. Dari kecil, kita mungkin sudah begitu akrab dengan cerita mengenai si Kancil, Cinderella, Tiga Babi Kecil, ataupun Kelinci dan Kura-Kura. Beranjak ke SD dan SMP, kita mulai menikmati cerita-cerita komik. Tidak heran jika judul-judul seperti Naruto, One Piece, dan Bleach menjadi judul komik yang wajib dibaca. Saya bahkan memiliki teman yang membaca habis semua komik online dalam salah satu website di internet (lebih dari seratus judul) dalam waktu kurang dari dua minggu karena setelah itu website tersebut akan berhenti menampilkan komik-komik secara online. Sejak masa SMA, universitas, dan selanjutnya, kisah-kisah yang panjang dan tebal seperti Harry Potter, Romance of the Three Kingdoms, the Lord of the Rings mulai dilahap. Tak disangkal, beberapa kisah memang memiliki makna mendalam dan diteruskan dari generasi ke generasi. Namun ketika aku memikirkan hal ini, sampai suatu titik aku terhenyak. Aku kaget ketika sadar bahwa kadang aku lebih senang membaca kisah-kisah tersebut dibandingkan dengan Alkitab. Seberapa sering kita membaca komik, novel, atau buku-buku lain yang kita gemari secara berulang-ulang? Bahkan terus memikirkannya dan membayangkan bahwa kita menjadi salah satu tokoh dalam cerita tersebut. Namun seberapa banyak dari kita yang sudah membaca habis Alkitab dari awal sampai akhir? Bukankah kita seharusnya memegang prinsip Sola Scriptura, hanya Alkitab, wahyu Allah yang melampaui segalanya? Memang aneh, pikiran manusia yang sudah dicemari oleh dosa menjadi begitu terfragmentasi, illogical, dan tidak konsisten. Semakin aku merenungkan kebenaran firman, aku justru semakin kagum dan menikmati akan keindahan detail dan kisah yang begitu mengagumkan yang dipaparkan Alkitab. Ternyata cerita-cerita yang kugemari sebelumnya tidaklah lebih menarik jika dibandingkan dengan kisah yang kutemui dalam Alkitab.
Strategi
Bagi mereka yang gemar membaca kisah yang menyangkut taktik atau strategi perang, tentu sudah tidak lagi asing dengan judul seperti Romance of the Three Kingdoms, Trojan War, maupun Sun Zi Bing Fa. Romance of the Three Kingdoms adalah novel historis yang mengambil setting pada akhir zaman Dinasti Han dan Masa Tiga Kerajaan, yakni sekitar tahun 169 – 280. Salah satu kisah yang menjadi favorit adalah kisah mengenai Zhuge Liang yang sedang berada dalam kondisi genting di kota Xi Cheng. Saat itu jumlah pasukannya di kota Xi Cheng begitu sedikit, sedangkan pasukan musuh yang dipimpin Sima Yi sudah menyerbu. Zhuge Liang memiliki reputasi sebagai ahli militer yang sangat berhati-hati dan cenderung tidak mengambil risiko, namun justru saat itu ia mengambil tindakan yang sepintas terlihat begitu gegabah. Pintu kota disuruhnya dibuka lebar-lebar dan rakyat biasa disuruhnya menyapu jalan seperti seolah tidak ada apa-apa. Sedangkan ia sendiri malah duduk di atas gerbang dengan tenangnya. Sima Yi yang sudah begitu dekat dengan kota Xi Cheng menjadi ragu-ragu dan bertanya-tanya. Spekulasi dan pertimbangan mulai berkecamuk di benaknya. Akhirnya Sima Yi mundur karena ia berpikir mungkin saja Zhuge Liang sudah mempersiapkan jebakan untuknya.
Bagi kita yang terkagum-kagum dengan jitunya strategi dalam kisah Romance of the Three Kingdoms, apakah kita sudah menemukan bahwa dalam kitab Yosua, Allah telah membukakan strategi yang begitu menakjubkan kepada Yosua?[1] Saat itu Yosua sudah siap untuk menyerang balik kota Ai. Sebelumnya tentara Israel dipukul mundur oleh tentara kota Ai yang begitu kecil yang mengakibatkan tentara Israel menjadi tawar hati luar biasa. Ini disebabkan oleh dosa tersembunyi yang dilakukan oleh Akhan. Setelah masalah ini dibereskan dan Akhan dihukum, Tuhan menyuruh Yosua untuk mengerahkan seluruh pasukannya untuk menyerang kota Ai. Sebagian pasukan akan menyerang langsung, sementara sebagian lain bersembunyi di belakang kota Ai sambil menunggu waktu untuk menyerang. Pasukan Israel yang menyerang dari depan dengan sengaja mundur seolah-olah terpukul kalah. Orang Ai menyangka bahwa mereka akan menang untuk kedua kalinya, dengan serta merta mengejar tentara Israel dan meninggalkan kota mereka sampai tidak ada seorang pun tentara yang tersisa. Saat itulah sebagian pasukan Israel yang bersembunyi di belakang kota Ai langsung maju dan membumihanguskan kota tersebut. Tentara Ai yang dijepit oleh dua gelombang pasukan dari depan dan belakang tidak bisa lari dan akhirnya mati tertumpas.
Petualangan dan Tantangan Sulit
Salah satu genre cerita yang juga begitu digemari adalah kisah mengenai petualangan dan tantangan yang sulit. Di sini, keberagaman dan kekayaan dari kesulitan-kesulitan, tantangan dan konflik menjadi daya tarik yang utama. Beberapa judul yang terkenal adalah sastra klasik karangan Homer yang berjudul Odyssey, ataupun cerita mitologi Yunani mengenai Hercules. Odyssey adalah kisah seorang raja bernama Ulysses (Odysseus) yang menempuh perjalanan jauh untuk pulang ke negerinya setelah selesai berperang. Sebuah kisah yang menekankan keberanian dan kebijaksanaan, khususnya dalam menghadapi setiap tantangan dan kesulitan yang ditemui dalam pelayaran pulang ke negerinya. Mulai dari teman-temannya yang ditangkap dan akan dibunuh, angin badai yang semakin menjauhkannya dari kampung halamannya, sampai kepada kapal karam yang membuatnya harus terapung-apung di laut. Sedangkan kisah mitologi Hercules menceritakan tentang bagaimana ia mampu menuntaskan 12 tugas berat yang dimandatkan oleh Raja Eurystheus. Beberapa contoh dari tugas tersebut adalah ia harus membersihkan kandang yang tidak pernah dibersihkan selama 30 tahun dalam satu hari, sedangkan kandang tersebut menampung ribuan sapi; ia juga harus menangkap hewan-hewan buas tanpa menggunakan senjata apapun.
Tahukah pembaca Pillar bahwa Daud pun pernah menuntaskan tantangan yang hampir tidak masuk akal yang diajukan oleh Raja Saul?[2] Raja Saul meminta Daud untuk mempersembahkan 100 kulit khatan orang Filistin sebagai mas kawin untuk menikahi anak perempuannya yang tertua. Tentu saja motivasi Saul adalah untuk menjatuhkan Daud dengan perantaraan orang Filistin. Namun Daud mampu menunaikan tugas tersebut dengan sempurna. Lalu mengertilah Saul dan tahulah ia bahwa TUHAN menyertai Daud dan seluruh orang Israel mengasihi Daud. Jika dibandingkan dengan kisah Raja Ulysses, Rasul Paulus juga menempuh kesulitan yang tidak kalah dahsyatnya. Ketika di Listra, Paulus dirajam batu sedemikian parahnya sampai dikira ia sudah mati[3]. Di Filipi, Paulus dipenjara dalam penjara paling tengah, dibelenggu dengan pasungan yang kuat[4]. Dalam pelayarannya ke Roma, ia mengalami kapal karam dan terapung-apung tanpa makanan. Bahkan ketika berhasil selamat dari kapal karam, ia kemudian digigit oleh ular yang berbisa[5]. Paulus kerap kali berjerih lelah dan bekerja berat. Sering kali ia tidak tidur; merasakan lapar dan dahaga; kerap kali berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan masih banyak hal lagi[6]. Untuk apa ia melalui ini semua? Untuk melayani Tuhan yang sudah memanggilnya dan untuk memelihara semua jemaat yang begitu diperhatikannya.
Kebangkitan dan Kekekalan
Dalam berbagai kebudayaan di dunia, banyak kisah yang menyoroti tema kekekalan dan kebangkitan setelah kematian. Dalam kesempatan ini kita akan sama-sama membahas kebudayaan Mesir dan Tiongkok. Dua kebudayaan ini adalah salah satu contoh kebudayaan yang paling dekat dalam meraba-raba konsep kebangkitan, yang salah satu bentuk manifestasinya adalah teknik pengawetan mayat dalam bentuk mumi. Tentu kita mengerti hal ini dari perspektif bahwa orang Mesir dan Cina hanyalah merespons wahyu umum di dalam keberdosaannya. Sehingga tentu tidak dapat dibandingkan dengan kebenaran Alkitab yang adalah wahyu khusus. Hal ini tercermin dalam kisah mengenai Isis dan Osiris. Osiris yang berkedudukan sebagai raja dibunuh oleh Set, saudaranya yang iri kepadanya. Set memotong-motong tubuh Osiris menjadi 14 bagian. Sang istri, Isis, dengan setia mengumpulkan kembali potongan-potongan tubuh tersebut dan mengikatnya dalam kain lenan. Singkat cerita, akhirnya Osiris pun bangkit kembali dan menjadi penguasa alam maut, pemberi kehidupan dan kebangkitan. Sedangkan dalam budaya Tiongkok, kita dapat melihat keinginan yang begitu besar dari kaisar Qin Shi Huang untuk mencapai kekekalan. Sebenarnya hal ini disebabkan oleh ketakutannya dalam menghadapi kematian. Maka ia memerintahkan beberapa kelompok orang untuk mencari obat yang mampu menghindarkan dirinya dari kematian. Namun sungguh ironis, pada akhirnya ia sendiri harus mati karena terlalu banyak mengonsumsi merkuri yang awalnya dianggap dapat menghindarkan dirinya dari kematian.
Belajar dari akhir hidup Kaisar Qin Shi Huang, kita semakin menyadari bahwa sama sekali tidak ada harapan bagi manusia yang sudah jatuh dalam dosa untuk mencapai hidup yang kekal. Pencarian manusia seumur hidup pun tidak akan mampu membuahkan hasil. Untuk kasus Osiris, hal ini sudah pernah dibahas dengan panjang lebar dalam artikel Pillar berjudul “Yesus = Copycat Osiris?” pada bulan Maret 2008. Betapa kita bersyukur bahwa Kristus bukanlah sekadar cerita hasil pemikiran manusia ataupun ilah buatan tangan manusia. Kristus adalah Sang Kebenaran, Sang Sumber Kehidupan, Alfa dan Omega, yang layak menerima sembah dan sujud sampai selama-lamanya. Inilah yang membuat kebangkitan Kristus menjadi suatu hal yang begitu istimewa, yang memberikan pengharapan yang luar biasa kepada setiap orang percaya[7]. Inilah jawaban sempurna atas pergumulan manusia akan kehidupan setelah kematian. Inilah suatu jaminan atas segala jerih payah, tangisan, cucuran keringat, dan usaha keras kita bahwa dalam menggenapi kehendak Tuhan, segala jerih payah kita tidak akan pernah sia-sia. Inilah alasan mengapa banyak kaum martir rela mati untuk mempertahankan imannya kepada Kristus.
Konklusi
Setelah membaca begitu banyak kisah dan akhirnya membandingkannya dengan kebenaran firman, aku semakin menyadari betapa indah dan luar biasanya firman Tuhan. Sangat tepat jika Pemazmur mengatakan bahwa hukum-hukum Tuhan lebih indah daripada emas, bahkan daripada banyak emas tua; dan lebih manis daripada madu, bahkan daripada madu tetesan dari sarang lebah[8]. Hanya Alkitab yang adalah tulisan yang begitu berkuasa dan tidak pernah usang, sebab Alkitab adalah Firman Allah itu sendiri. Langit dan bumi akan lenyap, tetapi firman Allah tetap kekal dan tidak berubah. Namun aku sadar, kadang pengertianku akan Alkitab masih begitu sempit. Betapa sering aku seolah-olah merasa mengerti dan memandang ayat-ayat tertentu dengan mentalitas take if for granted. Sebut saja ayat mengenai Kristus sebagai jalan dan kebenaran dan hidup. Padahal sangat mungkin bahwa aku belum pernah benar-benar menjelajahi dan mengerti kesulitan orang di luar Kristus yang berusaha mencari kebenaran. Sehingga akhirnya, ayat tersebut keluar tanpa disertai kedalaman pengertian, compassion kepada orang yang berusaha setengah mati mencari kebenaran namun belum mendapatkan, dan kuasa menerobos yang mencerahkan pikiran yang ditudungi awan gelap. Kiranya setiap kita boleh dengan rendah hati terus tunduk di bawah kebenaran firman, dan diberikan kekuatan untuk berjuang menghidupi kebenaran firman yang menjadi dasar seluruh aspek hidup kita.
Juan Intan Kanggrawan
Redaksi Bahasa PILLAR
Endnotes
1. Yosua 8
2. 1 Samuel 18
3. Kisah Para Rasul 14:19
4. Kisah Para Rasul 16:24
5. Kisah Para Rasul 28:3
6. 2 Korintus 11:22-28
7. 1 Korintus 15
8. Mazmur 19:10
Referensi
1. Ambarsari, T. (2002). Bibliologi (Doktrin Alkitab). Surabaya: Penerbit Momentum.
2. Bavinck, H. (2009). Reformed Dogmatics, Volume 3: Sin and Salvation in Christ. Grand Rapids: Baker Academic.