Judul ini saya angkat sebagai suatu refleksi akan karya TUHAN yang begitu nyata bagi kaum awam yang menangkap kesempatan dan dengan ketekunan mau belajar dan melatih diri untuk memberitakan Injil, khususnya melalui KKR Siswa Regional yang dilaksanakan di berbagai belahan kota, provinsi, kabupaten, kotamadya, kecamatan, hingga desa atau dusun-dusun terpencil.
Saya teringat akan kesaksian seorang saudara yang ikut KKR Siswa di kota Palangkaraya beberapa waktu lalu. Kalimat sederhana yang menunjukkan kerendahan hatinya, “Jikalau TUHAN mau, TUHAN bisa memakai orang lain yang lebih fasih lidah untuk memberitakan Injil, yang pandai memimpin pujian. Tetapi puji syukur, ternyata TUHAN juga mau memakai saya yang penuh dengan berbagai keterbatasan dalam trip penginjilan ini.” Kalimat sahabat ini benar dan jujur serta mewakili hampir sebagian besar tim awam khususnya GRII Singapura dan mungkin GRII/MRII/PRII lainnya juga yang terlibat dalam KKR Siswa Regional ini.
Persoalan ketidakmampuan ini tidak hanya dialami kaum awam di zaman ini. Di dalam Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, kita bisa menyaksikan tokoh-tokoh awam juga mempunyai keterbatasan yang mirip walaupun mereka secara langsung dipilih oleh TUHAN, dipersiapkan oleh TUHAN, serta diperintah langsung oleh TUHAN untuk memberitakan teguran, kabar baik, penghakiman, atau firman TUHAN kepada bangsa Israel, para pejabat, bahkan sampai kepada raja dan kaisar. Mari kita melihat tiga tokoh yang terdapat di dalam Perjanjian Lama yang dipilih dan diutus oleh TUHAN untuk memberitakan firman-Nya.
MUSA
Dalam kitab Keluaran 3 dan 4 tertera dialog antara TUHAN dan Musa. Musa dipanggil untuk menghadap Firaun untuk membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Tetapi sebelum melaksanakannya, Musa sudah mengutarakan empat dalih yang menunjukkan alasan ketidakmampuannya, keterbatasannya, dan ketidakberaniannya. Keempat alasan ini bisa saja berakar dari unsur tidak patuh pada perintah TUHAN sehingga membuat alasan yang kelihatannya mengada-ada, atau benar-benar menunjukkan kejujuran dan kesadaran limitasi Musa dan bahkan mungkin akibat kekurangan iman di dalam diri seorang Musa.
Pertama-tama, Musa memberikan dalih bahwa dia tidak layak bertemu dengan Firaun (Kel. 3:11). Dalih kedua Musa adalah dia tidak terlalu mengenal TUHAN dengan baik sehingga dia kurang mengerti bagaimana memproklamirkan TUHAN kepada bangsa Israel (Kel. 3:13-16). Dalih ketiga yang dipakai Musa adalah dia tidak tahu bagaimana menjadi representasi TUHAN yang mengutusnya kepada bangsa Israel. Musa tidak tahu bagaimana caranya meyakinkan bangsa itu bahwa TUHAN memilih dia sebagai seorang pemimpin untuk membawa bangsa itu keluar dari tanah Mesir. Dengan kata lain, Musa tidak mempunyai kuasa untuk meyakinkan bahwa dirinya diutus oleh TUHAN (Kel. 4:1). Dalih terakhir yang dipakai Musa adalah hal tentang keterbatasan diri, dia mengatakan dia tidak fasih lidah (Kel. 4:10).
TUHAN tidak membiarkan Musa terus berdalih untuk tidak mengikuti apa yang Dia perintahkan. Sebaliknya TUHAN menjawab setiap dalih yang memberatkan Musa hingga akhirnya Musa melakukan perintah TUHAN untuk menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari tanah Mesir.
YESAYA
Dalam kitab Yesaya 6:4-8 kita bisa melihat bagaimana kesadaran Yesaya akan dosanya dan keterbatasannya ketika dia menatap segala kemuliaan TUHAN di dalam penglihatan itu. Kemudian TUHAN mengutus Serafim untuk menahirkan kenajisan dan dosa Yesaya sehingga dia boleh layak melihat kemuliaan TUHAN. Ketika TUHAN menanyakan siapakah yang mau diutus untuk pemberitaan firman TUHAN, untuk menegur bangsa yang tegar tengkuk itu, Yesaya dengan segala keberaniannya menjawab, “Ini aku, utuslah aku.” Tanggapan Yesaya pada panggilan TUHAN ini baik sehingga dengan kuasa TUHAN dia boleh memberitakan segala teguran dan perintah TUHAN bagi bangsa Israel.
YEREMIA
Dikatakan pada kitab Yeremia 1:6 bahwa Yeremia meminta agar TUHAN tidak mengutus dia untuk memberitakan teguran TUHAN pada bangsa Israel. Yeremia merasa dirinya tidak mampu berbicara karena dia masih muda. Tetapi TUHAN tetap bersikeras mau memakai Yeremia sebagai seorang yang dipilih memberitakan teguran-teguran dan firman TUHAN bagi bangsa Israel. TUHAN memperlengkapi Yeremia dengan menaruh firman-Nya di dalam mulut Yeremia. TUHAN juga memberikan kuasa yang besar kepada Yeremia untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam.
Paling tidak di dalam Alkitab, ketiga tokoh ini (Musa, Yesaya, dan Yeremia) dipanggil TUHAN secara langsung untuk menjalankan misi-Nya untuk membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan, untuk meneriakkan pertobatan dari dosa mereka di hadapan TUHAN. Ketiga tokoh mempunyai kesamaan masalah yaitu mereka tidak fasih lidah, sehingga mereka berharap TUHAN tidak menggunakan mereka. Tetapi alasan tersebut tidak ditanggapi oleh TUHAN untuk mengurungkan niat-Nya mengutus ketiga tokoh ini.
Ada tiga hal yang bisa kita simpulkan dari panggilan TUHAN pada Musa, Yesaya, dan Yeremia.
Yang pertama, ketika TUHAN sudah memilih seseorang untuk menjalankan tugas dalam penginjilan, tidak ada alasan untuk manusia itu untuk berdalih dan menghindar. Sebab pasti TUHAN akan terus melanjutkan apa yang telah Dia rancangkan dalam diri orang itu. Sebagaimana kita lihat ketiga tokoh ini yang mempunyai alasan demi alasan untuk menghindar dari panggilan, TUHAN jawab satu per satu dalih mereka sehingga pada akhirnya mereka tidak mempunyai alasan lain dan mereka pergi mengikuti perintah TUHAN.
Yang kedua, seharusnya kita yang peka akan panggilan untuk memberitakan Injil menghargai bahwa ini adalah suatu kesempatan, suatu privilege yang diberikan TUHAN kepada kita untuk bekerja bersama TUHAN. Kita memang lemah, kita memang terbatas dalam kemampuan kita, kita tidak fasih lidah, kita tidak mempunyai kemampuan berbicara di depan banyak orang, kita tidak bisa menyanyi apalagi memimpin pujian sebagai MC. Namun kita harus tekun belajar, tekun berdoa, dan membaca firman, tekun memperlengkapi diri dengan berlatih dan yakin bahwa TUHAN yang mempunyai pekerjaan yang mempunyai ladang akan memperlengkapi kita dengan hikmat, dengan bijaksana pengertian firman TUHAN dan pasti dengan kuasa Roh Kudus yang memimpin jalannya pemberitaan firman TUHAN.
Hal yang ketiga yang bisa kita pelajari, bahwa TUHAN memberi kita kesempatan berbagian dalam pekerjaan Dia yang mulia dan menuntut tanggung jawab besar. TUHAN memanggil nabi, TUHAN memanggil rasul, TUHAN memanggil murid-murid-Nya yaitu kaum awam untuk memberitakan Injil. Semua orang Kristen harus mengerjakan tugas penginjilan dengan kesetiaan dan tanggung jawab, seperti seorang Musa, Yesaya, dan Yeremia serta bebagai tokoh kaum awam dan para rasul di Perjanjian Baru, tokoh-tokoh gereja abad mula-mula, abad pertengahan hingga di zaman ini, mereka memberitakan Injil TUHAN dengan setia hingga mati, bahkan banyak yang mati serbagai martir.
Saya yakin bahwa jemaat GRII/MRII/PRII pasti pernah mendengar berbagai ajakan untuk memberitakan Injil, karena paling tidak dalam setiap tahun minimal terdapat dua acara KKR penginjilan yang dilakukan di setiap cabang GRII, yaitu pada hari Paskah dan Natal. Setiap ajakan untuk mempublikasikan tempat dan waktu acara KKR, ajakan untuk mendoakan orang-orang yang belum mengenal TUHAN, ajakan untuk membawa jiwa pada hari KKR sering dikumandangkan mulai pada masa-masa persiapan hingga pada pelaksanaannya.
Memang hal ini tidak selalu membuahkan hasil yang besar. Seringkali saya melihat mereka yang berbagian secara aktif dalam mengundang, mengajak, dan mendoakan jiwa-jiwa untuk dibawa ke dalam KKR pada hari pelaksanaan bisa dikatakan orang-orangnya itu-itu saja. Jika terdapat wajah baru yang berbagian, jumlah penambahannya tidak terlalu signifikan, mungkin ada tambahan satu atau dua orang baru saja.
Dari tulisan ini saya sangat mengharapkan jika masih banyak pembaca buletin ini yang belum terlibat dalam tanggung jawab penginjilan, maka berdoalah agar TUHAN memberikan kepekaan hati bagi Saudara/i untuk mau belajar bertanggung jawab dalam menginjili.
Saya pernah melakukan observasi melalui percakapan dengan jemaat di GRII Singapura: mengapa ada orang Kristen (orang Reformed) yang tidak mau menginjili. Alasan pertama adalah seperti di atas, di mana mereka merasa terbatas, mereka tidak mampu, mereka kurang fasih lidah, atau berbagai alasan lainnya. Solusi permasalahan adalah membaca kembali tulisan ini dan referensi tokoh-tokoh Alkitab yang juga mempunyai alasan manusiawi yang mirip dengan alasan kita. Selain itu kita bisa bersama-sama mengikuti suatu program pelatihan penginjilan kaum awam, seperti yang dilakukan di GRII Pusat, GRII Singapura, atau cabang GRII dan MRII lainnya.
Alasan kedua yang saya temukan adalah karena banyak orang Kristen salah mengerti tentang pengertian kedaulatan Allah dan relasinya dengan penginjilan, seperti yang ditulis oleh J.I. Packer dalam bukunya Evangelism and the Sovereignty of GOD. Kadang kita mengenal bahwa Allah kita berdaulat, Allah kita telah menetapkan orang-orang pilihan-Nya, oleh karena itu tidak perlu lagi tanggung jawab orang Kristen untuk menginjili. Pandangan tersebut salah total, J.I. Packer mengatakan seharusnya orang yang mengerti tentang kedaulatan Allah yang benar akan memberikan dorongan dalam dirinya untuk memberitakan Injil, bukan sebaliknya menghalangi niat memberitakan Injil. Allah berdaulat menetapkan umat pilihan-Nya dan pada saat yang sama Allah memerintahkan agar orang Kristen yang telah menerima anugerah ALLAH melalui karya keselamatan TUHAN YESUS harus memberitakan Injil.
Mari kita sadar, bahwa ketika kita tidak mau menginjili, kita sedang berada dalam kesalahan karena kita sedang aktif tidak melakukan perintah TUHAN Yesus untuk memberitakan Injil (Mat. 28:19-20). Kiranya tulisan ini menjadi perenungan bagi pembaca buletin Pillar. SOLI DEO GLORIA.
Soleiman Pello
Jemaat GRII Singapura