Sepertinya inilah arti rumah yang sesungguhnya: tempat yang membawa kedamaian, sukacita, dan istirahat.
Di dalam salah satu sesi persekutuan keluarga kami, adik saya berbicara tentang bagaimana manusia tinggal di dalam dunia ini selama kita perlu menyelesaikan tugas kita. Ketika tugas kita akhirnya selesai, kita akan pulang. Hampir mirip dengan kegiatan kita sehari-hari ketika kita pergi keluar dari rumah untuk sekolah atau bekerja, dan saat semua aktivitas kita sudah selesai, kita pulang ke rumah untuk beristirahat. Sesederhana itu.
Misi terbesar Yesus adalah untuk mati bagi kita. Tetapi mengapa diperlukan 33,5 tahun sebelum akhirnya Yesus disalibkan, mati, dibangkitkan, dan naik ke sorga? Salah satu jawabannya adalah karena Yesus juga memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum kematian-Nya. Kematian-Nya bagi dosa manusia adalah misi-Nya yang terutama, tetapi Yesus juga memiliki tugas lain yang harus dikerjakan: mengajar, menyembuhkan, mempersiapkan diri-Nya, dan terutama mempersiapkan murid-murid-Nya untuk menghadapi kematian-Nya (Mat. 26:1-5).
Memikirkan tentang semua hal ini membuat saya memikirkan tentang kepergian kakek, nenek, serta beberapa om dan tante saya. Walaupun ada dari mereka yang meninggal karena sakit, tetapi cukup banyak yang pergi dalam tidurnya, semudah dan secepat itu. Walaupun kepergian mereka yang mendadak membuat semua keluarga terkejut, tetapi di sisi lain kepergian yang damai dan tenang adalah sebuah anugerah juga. Mereka pulang karena tugas mereka di dunia sudah selesai. Pekerjaan mereka sudah usai, maka sudah tiba saatnya mereka pulang. Saya masih ada di dunia karena pekerjaan saya belum selesai. Oleh karena itulah saya masih ada di sini. Akan datang waktunya di mana saya harus pulang, dan saya pun akan pulang.
Seperti pulang ke rumah setiap hari setelah bekerja dan menemukan keluarga saya di rumah, menemukan akhirnya saya bisa beristirahat karena saya akhirnya sudah di rumah—sudah pulang.
Sepertinya inilah arti rumah yang sesungguhnya: tempat yang membawa kedamaian, sukacita, dan istirahat.
Saya rasa inilah juga arti rumah yang Tuhan ingin kita bisa pikirkan dan miliki ketika memikirkan tentang rumah kita bersama dengan Bapa di surga. Dia menunggu kita di rumah supaya ketika pekerjaan kita sudah selesai, kita bisa pulang. Coba bayangkan! Akhirnya setelah lama bekerja dengan lelah, kita bisa pulang dan mendapati Yesus ada di ambang pintu, menyambut kita, membawa kita masuk ke rumah, dan memberikan kita istirahat. Betapa bahagianya!
Tidak hanya itu, kita juga akan bertemu dan berkumpul kembali dengan keluarga kita, dengan orang-orang yang kita kasihi dan rindukan, dan akhirnya bersama-sama kembali. Inilah pengharapan dan sukacita atas masa depan yang kita miliki di dalam Tuhan. Betapa indahnya!
Tetapi tentu saja sebelum kita pulang, kita harus menyelesaikan tugas kita terlebih dahulu. Ada bedanya antara kita pulang karena ingin “lari” dari realita dan meninggalkan tugas yang masih tersisa, dengan pulang karena tugas kita sudah selesai. Bayangkan saat kita bertemu Tuhan dan Dia menanyakan kelangsungan tugas kita ketika tugas itu belum selesai! Saya rasa saya akan sangat gugup dan takut, selayaknya seorang anak yang datang ke sekolah tanpa menyelesaikan PR-nya.
Tuhan memberikan kita waktu di dunia ini sesuai dengan waktu yang Dia tahu kita butuhkan untuk menyelesaikan semua tugas yang Dia berikan kepada kita. Dia akan memberikan kita anugerah, kekuatan, kemampuan, dan semua yang kita butuhkan untuk menyelesaikan semua tugas kita sampai selesai dengan setia. Ketika tugas itu selesai, kita akan pulang, bertemu dengan Tuhan yang sudah menunggu kita dan menyambut kita, serta berkumpul dengan keluarga kita yang sudah terlebih dahulu pulang dan menunggu kita di rumah.
Dan kita akan terus hidup bersama, selamanya.
Yohana Wijaya
Wakil Kepala KB/TK Sekolah Kristen Calvin