“The Christian’s message is not a message of sympathy, but it is the message of salvation and hope“ – Prof. Gerald Bray
Berapa banyakkah di antara kita yang mengharapkan akan kebangkitan? Sering kali hal ini tidak menjadi pergumulan yang secara serius dipikirkan dalam hidup Kristen sehari-hari. Mungkin kita akan mulai memikirkan signifikansi kebangkitan, ketika berhadapan dengan kematian orang yang kita kasihi. Karena dalam situasi kematian yang seketika menghentikan hidup dan menghentikan relasi, di situ kita mulai berharap akan kebangkitan, ada harapan akan sebuah kelanjutan. Lalu bagaimana jika konteks hidup kita tidak demikian? Bisa jadi kita sedang menghidupi keselamatan tapi tanpa kebangkitan. Karena secara kronologis, seolah-olah kebangkitan hanya dialami Kristus saja. Dan setelah itu untuk kebangkitan kita kelak, masih sangat lama dan jauh sekali. Mati saja belum, apalagi bangkit? Maka sering kali kita seperti Martha, saudara Lazarus yang dibangkitkan itu. Martha percaya akan kebangkitan, tapi nanti waktu akhir zaman (Yoh. 11:24). Secara theologis Martha tahu persis akan kebangkitan. Tapi ada satu yang hilang, yaitu Martha tidak tahu bahwa kebangkitan memiliki kaitan dengan hidup di dalam dunia sekarang ini. Seolah urusan kebangkitan bukan urusan sekarang, tapi urusan nanti waktu kiamat, waktu Tuhan Yesus datang kembali.
Namun ternyata berita Injil bukan hanya melulu hal penebusan dan subsitusi hukuman dosa manusia oleh Yesus Kristus tapi adalah satu kesatuan paket yang tidak bisa dipisahkan. Jika penebusan Kristus berdampak pada hidup Kristen sekarang ini, bagaimana kebangkitan-Nya juga mempunyai dampak dalam hidup kita yang sekarang ini juga? Injil terdiri dari beberapa pilar penting yang tidak boleh hilang. Karena jika kehilangan satu pilar, maka bisa merobohkan seluruh bangunan. Dalam 1 Korintus 15:3-8, rasul Paulus kembali mengingatkan bahwa Injil adalah:
Pertama: Penebusan Kristus, IA sungguh-sungguh mati untuk dosa-dosa manusia dan buktinya adalah IA dikuburkan.
Kedua: Yesus Kristus sungguh-sungguh bangkit pada hari ketiga dan buktinya IA menampakkan diri kepada banyak orang, sehingga kesaksian Kristen adalah kesaksian personal dan kesaksian publik yang sangat bisa dipertanggungjawabkan.
Ketiga: Semua rangkaian peristiwa ini tertulis sesuai Alkitab, sesuai rencana Allah yang kekal, yang digenapkan dari zaman ke zaman.
His Resurrection and ours
Dalam 1 Korintus 15:15-16, kebangkitan Kristus bahkan memiliki signifikansi yang besar, karena bukan saja berdampak pada dasar iman kita tapi kebangkitan-Nya menyangkut kredibilitas para pemberita Injil dan Allah Bapa yang mengutus-Nya (1Kor. 15:13-15). Jika Kristus tidak bangkit maka seluruh rencana penebusan bisa dikatakan sia-sia. Mengapa demikian? Karena ternyata tidak tuntas. Tapi bukankah Yesus Kristus sendiri sudah mengatakan di atas kayu salib: “tetelesthai…”? Bukankah pada waktu itu seluruh rencana dan misi penebusan-Nya sudah selesai? Namun, ternyata Injil tidak bisa kita penggal-penggal menurut skenario kita sendiri. Injil adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Apakah hal tersebut berhenti setelah seluruh penebusan selesai di atas kayu salib, seluruh murka Allah sudah ditanggung dan seluruh hukuman dosa kita sudah disubtitusi/digantikan oleh Yesus Kristus? Jika sampai di sini saja, maka Alkitab mencatat, bahwa itu sia-sia. Karena ternyata kebangkitan memegang kunci penting sebagai suatu klimaks terbesar dalam sejarah keselamatan, yaitu Yesus Kristus bangkit dan mengalahkan kuasa maut – belenggu dosa. Kebangkitan-Nya menelan maut dan mematahkan sengatnya (1Kor. 15:54-55). Bagi orang-orang yang percaya kepada Injil Yesus Kristus, maut tidak akan berkuasa lagi. Kemenangan mutlak sungguh diproklamirkan! Dan inilah Injil, inilah berita sukacita sejati, inilah kemenangan mutlak, inilah dasar iman yang kokoh dan inilah jaminan harapan sejati!
1 Korintus 15:23 menyatakan bahwa kebangkitan Kristus adalah buah sulung yang menjadi bukti dan jaminan akan adanya buah-buah berikutnya yang akan dipanen pada waktunya nanti. Kebangkitan Kristus adalah jaminan dan prototipe kebangkitan kita kelak, yang ada di dalam DIA.
True Hope and True Responsibility included
Jika kita akan dibangkitkan di dalam Kristus, seperti apa kebangkitan kita nanti? Bagaimanakah wujudnya tubuh kebangkitan kelak? Apakah mirip dengan tubuh kita sekarang? Kebangkitan Kristen adalah kebangkitan bertubuh (bodily resurrection). Kebangkitan Kristen bukan kebangkitan yang tanpa tubuh, seperti roh yang melayang-layang. Dari mana kita bisa mengetahuinya? Alkitab membuka sedikit kepada kita melalui catatan tubuh kebangkitan Yesus Kristus. Dalam Lukas 24:39-43, digambarkan tubuh kebangkitan Yesus Kristus bisa dilihat dan bisa berfungsi seperti tubuh kita sekarang. Karena seluruh kisah keselamatan ini untuk menebus kembali (reclaim) kemuliaan dan fungsi ciptaan yang sudah dirusakkan dan mati dalam kuasa dosa. Nah, tubuh kebangkitan itu bagaimana? Yang pasti ada perbedaan dengan tubuh kita sekarang, karena tubuh kita yang sekarang ini masih berada di bawah hukuman dan tengah menantikan saat kedatangan-Nya kembali.
Di satu sisi pasti ada continuation dan juga pasti ada discontinuation. Karena dalam 1 Korintus 15:50-54, dinyatakan bahwa yang binasa ini akan mengenakan yang tidak akan binasa, yang mati akan mengenakan yang tidak mati. Maut telah ditelan. Kemenangan Kristus sudah diberikan kepada kita.
Rasul Paulus menutup seluruh pasal akan kebangkitan dengan ayat 58 yang mengaitkan kebangkitan Kristus dengan kebangkitan kita dan bagaimana kebangkitan itu memberi dampak pada hidup sekarang dan akan datang. Dan bagaimana kebangkitan menjadi satu jaminan dan penghiburan yang besar dalam hidup sekarang ini, dan bukan hanya nanti. Ayat 58 berbunyi demikian: “Berdirilah teguh, jangan goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”
Kebangkitan Kristus menjamin jerih payah kita yang belum terlihat hasilnya sekarang karena tidak akan ada yang sia-sia di dalam Tuhan. Ini menjadi suatu pangkalan harapan yang amat kokoh di dalam kebangkitan. Karena itu, orang Kristen rela dan bersedia mengerjakan banyak hal yang mungkin tidak ada orang yang mau mengerjakannya, karena hasilnya tidak kunjung bisa dilihat. Di dalam hidup sehari-hari, bukankah kita sering dihadapkan pada hal pekerjaan rutin yang kadang hasilnya hampir sulit dilihat. Hal-hal yang sepertinya tidak membuahkan hasil. Atau hal-hal yang memiliki durasi panen sangat jauh sehingga mungkin ketika kita mati, barulah hasilnya bisa dirasakan. Hal-hal yang sangat sederhana, yang sepertinya tidak juga bisa mengubah keadaan yang sudah terlanjur bobrok. Nah, bagaimanakah orang Kristen bertahan dalam panggilan seperti ini?
Jika sebuah lingkungan atau sebuah sistem sudah terlanjur terlalu korup, maka rasanya sebersih apapun orang yang di dalamnya, tidak akan memberi dampak apapun juga. Maka hanya ada dua pilihan, pertama: ikut korup, atau kedua: bertahan sampai kesudahannya dengan segala tantangan/kesulitannya. Orang Kristen ketika mau ikut korup, mungkin takut kepada Allah dan takut berbuat dosa. Tapi kalau ikut bertahan, merasa tidak berkembang dan tidak memberi pengaruh apa-apa. Jika tidak bisa memberi pengaruh apa-apa, mengapa tetap mengerjakan hal yang sama, bukankah itu sia-sia? Tidak. Karena di dalam Tuhan – Yesus Kristus yang bangkit, jerih payahmu tidak sia-sia. Alkitab tidak pernah menulis, di dalam Tuhan, jerih payahmu akan lancar dan berhasil.
Kata tidak akan sia-sia – not in vain. Sia-sia dalam bahasa aslinya (Yunani) adalah keno.j atau empty / without any effect / without reaching its goal. Di dalam Tuhan, di dalam kebangkitan, ternyata jerih payah kita tidak akan tidak ada efeknya. Allah sendiri menjamin akan ada dampak dan bahkan mencapai tujuannya di dalam DIA. Inilah penghiburan terbesar dan dorongan terbesar dalam persekutuan di dalam Allah.
Kebangkitan mendorong orang Kristen, mau bertahan berharap dan berjerih lelah untuk menjadi garam dan terang di dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Dunia di mana seolah-olah tidak ada harapan lagi untuk suatu perubahan yang lebih baik. Orang Kristen tidak dipanggil untuk berada dalam comfort zone dan menikmati anugerah keselamatan secara eksklusif. Tapi Tuhan Yesus mengutus domba-domba-Nya ke tengah serigala. Sepertinya tidak ada harapan menandingi serigala. Tapi justru inilah yang membuat kita memikirkan kembali akan kuasa kebangkitan Yesus Kristus. Pertama-tama, bukan hal menang – kalahnya, lalu juga bukan hal berhasil – tidaknya, karena hal kemenangan dan keberhasilan sudah ada di dalam tangan Yesus Kristus. Dan efek atau tujuannya akan tercapai di dalam DIA. Tapi adalah hal bagaimana tetap berdiri teguh dan senantiasa bergiat? Hidup dalam kuasa kebangkitan Kristus, bukan hidup yang terjepit dalam tuntutan-tuntutan hukum Taurat. Dan juga bukan tuntutan pencapaian dari pelaksanaan hukum Taurat. Tetapi hidup dalam kuasa kebangkitan Kristus adalah hidup yang berdiri teguh dalam prinsip kebenaran Injil Yesus Kristus, dengan mempunyai kebebasan dan kekuatan untuk bekerja dengan giat. Bekerja dengan giat sampai takaran seperti apa? Sering kali kita merasa sudah giat jika sudah memenuhi apa yang diminta. Tapi pengertian giat di sini bukan saja hanya seperti gelas yang kelihatan penuh airnya, tapi seperti gelas yang terus-menerus perisseu,ontej/overflows/meluap airnya keluar. Sudahkah giat kita sampai meluap keluar? Atau jangan-jangan kita sudah menganggap diri kita giat bagi Tuhan, ketika cuma mengisi ½ gelas atau ¾ gelas, kelihatan sudah penuh dan kita sudah berpuas diri. Jaminan kebangkitan Kristus ini justru mendorong orang Kristen terus-menerus bergiat dan berjerih lelah dalam kuasa kebangkitan Yesus Kristus, dengan melihat atau tidak melihat hasilnya, yang sebenarnya sudah dijamin di dalam Tuhan.
Mengerti akan arti dan signifikansi kebangkitan Yesus Kristus membawa kita mengerti kemenangan-Nya yang mutlak. Tapi mengerti kebangkitan Yesus Kristus bukan hanya sebagai doktrin pelipur lara bagi keprihatinan dan kesedihan rohani orang Kristen ketika menghadapi fakta dunia berdosa ini, tapi justru mengandung tuntutan respons dan tanggung jawab yang besar bagi kita yang telah menerima kuasa kebangkitan Kristus dan yang akan dibangkitkan kelak, untuk sekarang berjerih lelah di dalam Tuhan. Dan jerih lelah kita tidak akan sia-sia atau tidak akan tidak ada efeknya!
Masihkah kita berharap akan kebangkitan? Dan sudahkah kita menghidupi kuasa kebangkitan-Nya?
Because HE lives, I can face tomorrow..
Because HE lives, all fear is gone..
Because I know… HE holds the future..
Dewi Arianti Winarko
Mahasiswi STT Reformed Injili Internasional
(Institut Reformed)