Setiap memasuki tahun yang baru, mungkin sebagian besar dari kita akan melangkah dengan optimisme yang membara. Tahun yang baru seolah menawarkan adanya kesempatan yang lebih baik, harapan yang lebih besar, dan masa depan yang lebih cemerlang. Lembaran baru ini seolah mengandung jaminan bahwa hari esok akan lebih positif dibanding hari-hari kemarin. Kita pun mengambil pulpen, menggoreskan segala impian yang hendak diraih di atas secarik kertas.
Pasti tidak ada seorang pun yang berharap bahwa tahun yang baru akan lebih buruk dibanding tahun sebelumnya. Pasti tidak ada satu pun yang menulis resolusi untuk menjadi sakit, patah hati, atau bangkrut. Tidak mungkin ada manusia yang mengharapkan nasib jelek di tahun yang baru.
Namun, kenyataan berkata lain. Siapa yang sangka bahwa tahun 2020 ini datang membawa segenap kejutan untuk umat manusia? Well, we usually love surprises, but not this time. Sejak awal tahun 2020, dunia dikagetkan dengan bencana dan berita dukacita yang datang bertubi-tubi.
Pandemi COVID-19 juga menjungkirbalikkan seluruh lapisan masyarakat. Semua harus diam di rumah dan mengunci pintu, pertokoan harus ditutup, begitu pula dengan segala cita-cita kita yang harus pupus.
Hal ini menyadarkan kita bahwa manusia hanya dapat berencana dan mengharapkan yang terbaik, tetapi sesungguhnya kendali tidak ada di tangan kita. Kita bisa saja merencanakan A, B, dan C, namun Tuhan, Sang Pemegang Kendali atas seluruh alam semesta ini, bisa saja berkata X, Y, dan Z.
Tidak sedikit orang yang terkejut, kecewa, bahkan sampai stres menghadapi detour yang tidak pernah dibayangkan. Kebanyakan orang tidak siap menghadapi perubahan yang drastis ini dan menjadi mati kutu, termasuk orang Kristen. Bukannya memberikan penguatan dan penghiburan kepada orang yang sedang terpuruk, orang Kristen justru ikut-ikutan kalut di tengah situasi seperti ini.
Padahal firman Tuhan sudah mengatakan bahwa kita harus siap sedia, baik atau tidak baik waktunya (2Tim. 4:2). Kita harus siap menghadirkan firman Tuhan kepada siapa pun, di tengah kondisi apa pun. Di saat orang-orang panik dengan perubahan situasi yang mendadak, kita seharusnya bisa menenangkan mereka karena kita memiliki Allah yang berdaulat, yang tidak pernah dikagetkan dengan apa pun yang terjadi di dunia ini. Ini merupakan kesempatan bagi kita untuk bisa membawa mereka melihat kepada Allah yang sejati, yang mahabaik,dan tidak pernah bersalah.
Kesiapan kita untuk menyatakan firman Tuhan tidak bisa direkayasa, juga tidak bisa tiba-tiba muncul begitu saja. Ibarat seorang tentara perang, dia harus menghabiskan banyak waktu untuk latihan dan mempersiapkan diri untuk berperang. Latihan fisik dengan disiplin yang ketat harus dilakukan oleh seorang tentara selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Tidak ada yang pernah tahu kapan akan terjadi perang, namun ketika bendera perang berkibar, semua tentara harus siap mengangkat senjata dan maju.
Demikian pula tugas kita sebagai orang Kristen adalah bersiap untuk memperlengkapi diri. Kita tidak pernah tahu kapan kesulitan akan datang. Ujian dan pencobaan hidup tidak seperti UTS/UAS di sekolah yang terjadwal dengan materi yang sudah diketahui. Kita tidak pernah tahu apa yang dunia akan sajikan di hadapan kita. Apa pun yang ada di piring kita, harus kita hadapi dengan, “Siap, grak!”
Mari kita belajar mengerti kehendak Tuhan hari demi hari, bukan hanya saat keadaan menjadi sulit, baru kita buru-buru mencari maunya Tuhan. Merenungkan, menghidupi, dan memberitakan firman Tuhan harus menjadi kebiasaan kita setiap harinya. Kepekaan seperti ini harus dilatih dan terus diasah dari waktu ke waktu.
Kita tidak tahu apakah besok keadaan akan menjadi lebih baik atau malah menjadi lebih buruk. Apa pun keadaannya, kita harus bersiap. Persiapan ini bukan hal yang instan. Jika kita tidak pernah mempersiapkan diri selama ini, mari kita mulai sekarang! Buckle up, because we have a lot of catching up to do! May God bless us.
Widya Sheena
Pemudi FIRES