Limited Atonement

Jika Allah dikatakan mengasihi dunia ini seperti yang tercantum dalam Yohanes 3:16 atau juga dikatakan berkehendak menyelamatkan semua manusia seperti yang tercantum dalam 1 Timotius 2:4, mengapa penebusan Kristus hanya ditujukan kepada sekelompok manusia seperti yang diajarkan dalam konsep “Limited Atonement” dan bukan untuk seluruh dunia? Apakah Allah kontradiksi dalam hal ini? Ataukah ada ketidaksatuan kehendak antara Allah Bapa yang berkehendak dan Allah Anak yang menyelamatkan?

Sering kali kita membatasi logika kita di dalam kerangka yang kita pasang. Sering kali juga kita terjepit dengan konsep Tiga Pribadi Allah, tetapi Allah itu Esa, sehingga mengenal Allah Tritunggal. Kita juga sering kali mengontraskan antara ideal dan realitas. Ideal menjadi ideal, karena biasanya tidak dicapai dalam realitas. Ideal yang dicapai bukan lagi menjadi ideal, atau kurang ideal. Ideal adalah kondisi sempurna, yang diharapkan, tetapi akan menjadi landasan proses dalam kesementaraan di mana kita harus bertumbuh. Jika ideal sudah tercapai, maka kita tidak bertumbuh dan tidak ada proses lagi yang perlu dicapai.

Secara ideal Allah tidak ingin ada orang binasa. Tetapi dari sejak awal Tuhan tidak pernah memaksakan kehendak-Nya. Maka ketika manusia berbuat dosa, Tuhan tidak melakukan tindakan pencegahan. Tuhan sudah memperingatkan, ketika manusia menggunakan kebebasannya untuk melawan Allah, maka Allah tidak pernah menghalangi, tetapi tentu akibatnya akan terjadi seperti yang Allah telah nyatakan.

Kita melihat bagaimana Tuhan tidak menghalangi Hawa makan buah, atau Kain membunuh Habel, atau Daud berzinah dengan Batsyeba, dan banyak contoh lain. Tetapi setelah itu, hukuman Tuhan dan keadilan akan dikenakan. Maka kita melihat bukan berarti Allah ingin Hawa berdosa. Jelas tidak demikian. Allah bukan menghendaki Daud berzinah, atau Paulus (Saulus) menganiaya orang Kristen. Di sini kita melihat bahwa walaupun Allah tidak menghendaki manusia berdosa, Allah tidak ingin manusia binasa (ideal), tetapi ternyata banyak orang yang berbuat dosa dan binasa karena dosanya (realitas). Ada kesenjangan antara ideal dan realitas.

Maka, bukan berarti kalau Allah ingin manusia tidak berdosa, selalu taat kepada-Nya, dan tidak binasa, boleh dimengerti bahwa itu mewajibkan semua manusia harus tidak berdosa, harus taat tidak bisa bertanya yang nyeleneh atau bahkan meragukan Allah, memberontak kepada Allah, dan mengambil sikap berseberangan dengan Allah.

Prinsip yang sejalan sebaliknya, bahwa semua manusia yang sudah binasa tidak pernah mungkin bisa menghidupkan dirinya sendiri. Secara fakta dan logika dasar, tidak mungkin sesuatu yang sudah mati, bisa menghidupkan dirinya sendiri. Maka perlu interupsi atau tindakan pihak lain untuk menghidupkan. Tetapi tidak ada satu pun kekuatan bisa memberikan kehidupan, kecuali Allah. Siapa pun, bahkan apa pun, bisa mematikan seekor nyamuk, tetapi tidak satu pun bisa menghidupkan kembali nyamuk yang sudah kita tepuk sampai mati. Itu bukan berlaku hanya bagi seekor nyamuk, tetapi kepada semua makhluk hidup. Kalau bukan Tuhan yang menghidupkan, tidak ada kehidupan bagi makhluk hidup. Dan apa pun yang Tuhan hidupkan, dia pasti akan hidup. Di sini Allah yang berkuasa melakukan pendamaian (atonement) dan penebusan (redemption), sehingga manusia binasa bisa hidup bagi Tuhan. Kalau Tuhan bekerja dan menghidupkan seseorang, tidak ada siapa pun – yang binasa tadi – tidak bisa hidup. Di sini prinsip Limited Atonement berlaku. Jadi, di antara semua manusia yang sudah binasa karena ulahnya dan dosanya sendiri, kini Tuhan mau memakai beberapa orang untuk menjalankan kehendak-Nya. Untuk itulah mereka dicipta ulang di dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan baik yang Allah sudah siapkan (Ef. 2:8-10). Allah memberikan kehidupan agar kita bisa hidup bagi Allah dan menghasilkan buah bagi Allah. Kiranya jawaban ini menolong Anda.