Diambil dari sesi tanya jawab bersama Pdt. Dr. Stephen Tong, NREC 2005
Q1: Alkitab mengajarkan bahwa kita harus mencari Allah, tetapi sebenarnya kita tidak bisa mencari Allah. Bagaimana kita mengerti akan hal ini?
A: Dalam pikiran saya, belajar itu ada tujuh tahap. Saya sebutkan dua tahap saja. Tahap yang pertama adalah informative learning; yang kedua adalah comparative learning (mulai membandingkan). Pertanyaan Anda masuk tahap yang pertama atau kedua? Allah
mengatakan bahwa perintah “mencari Dia” itu diberikan kepada mereka yang sudah dibukakan oleh Allah. Hanya kepada kaum pilihan Allah mengatakan, “Silahkan dengan
hati yang murni mencari Aku.” Ini menjadi lagu yang indah dalam oratorio “Elijah” dari Felix Mendelssohn Bartholdy. Orang dunia tidak bisa mencari Allah, tetapi mereka hanya mau mencari berkat dan fasilitas Allah, bukan Allah itu sendiri. Tetapi kalau engkau sudah benar-benar
diselamatkan, maka engkau akan mencari Allah sendiri, mencari kehendak dan kebenaran-Nya.
Apakah kamu pernah mendengar “Doa Yabez” (yang laku dua juta copy dalam dua tahun)? All bestsellers are not best books. Mana yang lebih penting: Doa Bapa Kami atau Doa Yabez? Mengapa Doa Bapa Kami tidak diajarkan di gereja Kharismatik? Mengapa Doa Yabez yang diajarkan di sana? Karena mereka tidak bisa mendapat apa-apa dari Doa Bapa Kami secara duniawi. Mengapa buku sesat ini bisa laku begitu banyak? Karena cocok dengan jiwa pedagang (jiwa duniawi). Banyak majelis dan pendeta yang masih sebisa mungkin mencari uang sebanyak mungkin untuk dirinya. Mencari Allah hanya mungkin bagi orang yang dipilih Allah.
Q2: Bagaimana caranya agar kita bertumbuh dalam hikmat sejati?
A: Orang yang bijaksana adalah orang yang mengerti isi hati Tuhan. Inilah the general principle of the Bible. Orang yang mengerti kehendak Allah adalah orang yang mengerti isi hati Tuhan Allah. Rencana kekal Allah pasti didasarkan pada bijaksana tertinggi dan kuasa tertinggi. Barangsiapa bisa masuk ke dalam hal ini, dia akan menjadi rekan kerja Allah.
Ada tiga prinsip ’bijaksana’ dalam Perjanjian Lama. Pertama, takut akan Allah adalah permulaan bijaksana; kedua, bijaksana adalah menjauhi kejahatan; dan ketiga, bijaksana adalah mengenal kesucian Allah. Jika di Jakarta ada 10 orang pemuda yang sungguh-sungguh suci, pasti akan menggoncangkan Jakarta. Kalau di dunia ada 1.000 orang yang betul-betul suci, tidak mungkin tidak menggoncangkan dunia.
Bijaksana dalam Perjanjian Baru adalah Kristus sendiri (1 Kor. 1:30). Christ is our wisdom. Filsafat adalah cinta bijaksana. Kristus itulah bijaksana. Mencintai Kristus adalah mencintai bijaksana. Bijaksana bukan tertipu oleh fenomena, tetapi menelusuri sampai ke substansi asasinya. Alkitab mengatakan bahwa yang bijak dan yang pandai tidak banyak, tetapi Tuhan memilih yang kecil, yang miskin, dan yang lemah. Allah memang memilih orang yang tidak mampu. Ada orang berkata kepada Charles Finney bahwa dia berdosa banyak, lalu dia menunjukkan tempat dia berjudi dan tempat dia berbuat dosa lainnya. Dia berharap dimengerti oleh Finney. Tetapi Finney memegang pundak orang itu dan berkata, “Kamu berdosa besar, lebih banyak dari yang kau tahu. Tetapi di dalam darah Kristus, masih ada pengampunan untukmu.” Dia tidak tahan lagi, kemudian menangis dan bertobat.
Kolom Q&A terbuka bagi semua pembaca Pillar. Kirimkan pertanyaan kamu ke email: pillar@grii-singapore.org