Waktu saya masih di SD, di dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia terdapat satu gambar seorang kakek yang memiliki
rambut panjang di depan namun botak di belakang. Kesan pertama terasa aneh. Ternyata di dalam cerita sederhana itu
terdapat arti yang mendalam, yang baru saya sadari saat ini. Kakek di dalam cerita itu ternyata Dewa Kesempatan yang
kisahnya mampu berlari sangat cepat. Jika ingin menangkapnya, maka saat dia datang harus segera menangkap rambutnya.
Jika dia sudah lewat maka tidak bisa lagi ditangkap karena kepala belakangnya botak.
Masa muda adalah masa penuh kesempatan, prime time dalam hidup seseorang, namun juga masa yang penuh bahaya.
Pengkhotbah yang menyadari moto anak muda “I want to do it my way” mengatakan,
Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan
hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!
(Pkh. 11:9)
Rasul Paulus diperkirakan berada di dalam prime time-nya ketika ia memburu orang Kristen untuk dibawa ke
Yerusalem. Namun rencananya berbalik dan dia sendiri yang “diburu” oleh Tuhan Yesus dalam perjalanannya ke Damsyik.
Terang yang dilihatnya membutakan matanya namun mencelikkan mata rohaninya. Sejak saat itu Paulus berubah secara
drastis menjadi “pemburu” orang tidak percaya untuk dibawa kepada Kristus. Dapat dikatakan bahwa dialah rasul yang
paling giat dan paling banyak menderita bagi Kristus. Di tengah dilemanya, ia mengatakan, “Bagiku hidup adalah
Kristus dan mati adalah keuntungan. Aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus” (Flp. 1:21, 23). Hal
yang paling berharga dalam hidupnya adalah Kristus dan relasi pribadinya dengan Dia.
Ketika kita menyukai aktor tertentu, yang biasanya tampan, tinggi, dan sekal, mungkin kita ingin mendapatkan
tanda tangannya atau berfoto dengannya. Kita mungkin mencari tahu kehidupan pribadinya, namun sadar adalah mimpi
untuk berelasi secara pribadi dengannya. Bagaimana dengan Tuhan Yesus? Apakah kita cukup menyukai-Nya untuk
merindukan berelasi secara pribadi dengan-Nya? Tidak kenal maka tidak sayang, salah kenal maka salah bersikap,
apakah kita sudah mengenal Tuhan Yesus dengan benar?
Kiranya Tuhan beranugerah kepada kita agar pengenalan kita yang salah boleh dikoreksi sehingga Saulus dalam
hidup kita boleh menjadi Paulus. Bagaimana kita menggunakan 24 jam hari ini? Apakah kita mengisinya dengan
folly atau wisdom, grief and anger atau rejoice and do good, hasty in word atau draw near
to listen? Kiranya kita mempertimbangkan apa yang akan kita lakukan dalam 24 jam hari ini dan mempersembahkan
semuanya kepada Tuhan di akhir 24 jam hari ini.