Wah, ini kalimat yang bersifat multitafsir. Kita mau bebas dari apa? Bebas dari penjajah,
itu sudah pasti. Negara kita sudah 75 tahun bebas. Atau maksud kita, mau bebas dari kekangan
orang tua, bos, overall otoritas? Ikan yang tidak berada di jala nelayan adalah ikan yang
bebas. Dia bebas berenang di lautan, tetapi dia tidak bebas dari ancaman: jadi mangsa dari
udara, si elang, dari dalam laut sendiri, si hiu, apalagi dari darat, jadi seafood. Atau
maksud kita, bebas dari penyakit, bebas dari masalah uang atau percintaan? Aku kenal seseorang
yang hidup sehat, makan sehat, tetapi dia mati duluan. Aku juga tahu ada orang yang duitnya
buanyak, tetapi gara-gara duit dia bermusuhan dengan saudaranya sendiri. Masalah
pecintaan, kalau elo masih single, elo rasa masalah, tetapi kalau udah
punya pacar, elo baru tahu masalah elo tambah buanyak, apalagi kalau sudah
berkeluarga dan punya anak. Yang jelas bukan bebas terjun dari gedung tinggi ya, elo bukan
superman!
Marilah kita melihat kebenaran yang dibukakan di dalam Alkitab.
1. But the Scripture declares that the whole world is a prisoner of sin. (Gal. 3:22a)
2. Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. (2Kor.
3:17)
3. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka. (Yoh. 8:36)
4. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan
kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah
sebagai hamba Allah. (1Ptr. 2:16)
5. In him and through faith in him we may approach God with freedom and confidence. (Ef.
3:12)
Semua orang adalah tawanan dosa. Tuhanlah yang memerdekakan kita, tepatnya ketika di
kayu salib Yesus mengatakan “sudah selesai”. Sekarang kita bisa hidup sebagai hamba Allah.
“Lah, tetap hamba juga, piye toh?” Elo sensitif banget ya dengan
kata “hamba”. Emang sih hamba itu kesannya budak, harus ngikutin kemauan tuannya,
gak bebas. Elo masih inget si ikan kan? Dia rasa bebas kok di laut, apa dia
harus bebas juga terbang di udara, jalan-jalan di darat, bahkan melayang-layang di luar angkasa,
nyamperin matahari gitu? Coba elo pikirin lagi deh. Waktu kita jadi
hamba dosa, hamba uang, elo bisa gak, gak rasa benci sama orang yang
nyakitin elo, gak rasa sakit waktu uang elo ilang? “Emang kalau jadi hamba
Allah, bisa gak kesel sama orang yang nyebelin? Ilang 100 juta (kaya
punya aja) juga senyum aja?”
Jangan sewot dahulu gaes. Coba deh elo renungin pelan-pelan, waktu kita
jadi hamba dosa. Bisa gak kita tidak melakukan dosa, enggak kan, kita rasa
dibelenggu dan gak berdaya bukan? Tetapi sekarang kita jadi hamba Allah, kita bisa
untuk tidak melakukan dosa, kita bisa gak benci sama orang yang kita benci, atau kita
bisa gak gila kalau ilang 1 juta (gak usah muluk-muluk 100 juta). Karena
Roh Allah yang menolong kita, makanya Dia disebut the Helper (Yoh. 14-16). Pdt. Stephen
Tong pernah mengatakan,
“Manusia yang paling kasihan adalah manusia yang berhak mengenal Tuhan, tetapi dia sendiri
menolak dan membuang hak pengenalan itu, lalu hidup tersendiri dalam keadaan yang tidak
didampingi, tidak diawasi, tidak dikasihi, tidak dilindungi, lalu hidup tersendiri sampai mati.
Manusia yang paling kasihan adalah manusia yang menyendiri dari Tuhan, putus hubungan
dengan Sang Pencipta, tidak mau mengenal dan berdampingan dengan Tuhan. Manusia yang
paling bahagia adalah manusia yang diberi Roh Kudus untuk boleh mendampingi, menghibur,
dan memberikan kekuatan kepadanya.” (Buletin PILLAR, Pengakuan Iman Rasuli, Bagian 40)
Nah, kita itu didampingi, dihibur, diberi kekuatan oleh Roh Kudus, karena kita adalah
milik Allah, hamba Allah. Gak masalah lagi donk dengan istilah “hamba”? Selanjutnya,
kita bisa lho menghampiri Allah hanya dengan bawa satu nama yaitu Yesus Kristus, kita pasti
diterima. Kalau menghampiri presiden, buanyak protokolnya dan belum tentu boleh. Masalahnya, kita
sering kacangin Tuhan, anggap kita bisa selesaikan sendiri, eh gak tahunya malah
salah. Nah, di zaman COVID-19 ini, kita mau gak mau gak bisa kemana-mana kan.
Mungkin kita “dipaksa” untuk ngeh apa sih sebenarnya yang kita perlu, yang ada di
depan mata kita. Kita gak bebas pergi ke mana pun kita mau, tetapi hati kita bebas pergi
ke mana pun bersama Tuhan.
Marilah kita mengatakan, “Aku mau bebas dari dosa, aku mau jadi hamba Allah, yang
didampingi, dihibur, dan diberikan kekuatan oleh Roh Kudus.”