Saudara adalah allah kecil! Mengapa bisa begitu? Karena saudara adalah keturunan Allah (Kis. 17:29). Makin bingung dengan jawaban ini? Pernahkah Saudara merenungkan bahwa semua hal yang Saudara bisa lakukan adalah mirip dengan apa yang Allah kerjakan? Atau pernahkah Saudara membandingkan diri dengan semua hewan dan tumbuhan sampai terkejut badan mendapati bahwa Saudara bisa mengerjakan banyak hal yang tidak bisa mereka kerjakan? Tidakkah Saudara merasa surprised bahwa menjadi manusia adalah sesuatu yang luar biasa?
Kita sangat berbeda dengan ciptaan lain dalam seantero jagat. Hanya kita, manusia, makhluk ciptaan yang berpribadi. Tidak ada kepribadian binatang, meski manusia kadang melabel sesamanya seperti itu, padahal binatang tak bersalah. Mereka menjadi korban peng-allah-an diri yang salah kaprah.
Lalu, apa artinya menjadi ciptaan yang berpribadi? Mengutip dari buku Anthony A. Hoekema berjudul Created in God’s Image*, ada dua konsep yang dinyatakan di sini. Pertama, ciptaan, dan kedua, berpribadi. Sebagai ciptaan berarti sepenuhnya bergantung pada Tuhan Sang Pencipta. Sedangkan sebagai pribadi, manusia memiliki kebebasan (terbatas) yang membuatnya mirip Tuhan. Aspek kedua ini adalah hak yang teramat istimewa tetapi sekaligus menuntut tanggung jawab yang besar!
Sebagai allah kecil, raja yang dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan (Mzm. 8:6), kita memiliki kuasa. Kuasa untuk apa? Berbuah, memerintah dan mengelola. Silakan Saudara mengelaborasi ketiga istilah tadi untuk lebih memahami betapa istimewanya mandat Ilahi yang kita terima. Ciptaan lain tidak memiliki kewenangan ini. Tetapi dosa telah membuat arah kuasa tersebut menjadi terbalik, sehingga kita cenderung menerapkan ketidakadilan dan kelaliman.
Kita semua terlahir dalam dosa, berbeda dengan Adam dan Hawa, sehingga kita memulai hidup dengan kerusakan, bukan kebaikan. Sebagai allah kecil, kita lahir dengan kuasa yang bernafsu mengarahkan semua hal, jika mungkin, berkutat di sekeliling kita. Kita tidak perlu menjadi raja yang lalim untuk mengerti kesewenang-wenangan. Kita tidak butuh les untuk melakukan segala macam kejahatan. Kapasitas kita yang begitu besar sebagai pribadi telah menjadi potensi kerusakan yang begitu menakutkan. Itulah satu sebab mengapa Injil adalah kabar baik yang terindah!
Yesus datang menyatakan pada kita bagaimana menjadi manusia, sekaligus menjadi raja. Itu pula sebabnya, di dalam Dia kita menemukan kembali kemanusiaan, menjadi allah kecil yang memakai kuasa (Roh-Nya) untuk beribadah pada Allah, melayani sesama dan mengelola alam seperti yang diinginkan-Nya. Sebagai pribadi yang dibarui dalam Kristus, semua potensi kita kini dapat diarahkan untuk mewujudkan berbagai kebaikan yang suatu hari kelak di langit dan bumi yang baru, mungkin satu di antaranya dapat kita persembahkan ke hadapan Raja di atas segala raja (Why. 21:24). Apa respons Saudara terhadap pengharapan yang menakjubkan ini?
*Buku ini sudah diterjemahkan oleh Momentum dan sangat direkomendasikan untuk dibaca.
Soli Deo Gloria
Vik. Maya Sianturi Huang
Wakil Koordinator Bidang Pendidikan Sekolah Kristen Calvin