Allah Pembalas

Kita sering mendengar bahwa Allah adalah Kasih, tetapi sangat jarang mendengar tentang
Allah Pembalas. Slogan yang diberitakan adalah Allah mengampuni dosa kita dengan
memberikan Anak-Nya mati di kayu salib untuk menggantikan kita yang seharusnya di sana.
Tetapi sesungguhnya Dia juga adalah Allah yang membalas perbuatan jahat manusia.

Di dalam Kitab Kejadian pasal 3, ketika manusia pertama jatuh ke dalam dosa, Tuhan datang
untuk menanyai manusia dan manusia itu sangat ketakutan. Manusia melempar tanggung
jawab ke luar dirinya. Tuhan mengutuk ular dan membuat permusuhan antara ular dan
perempuan. Hawa dan Adam menerima hukuman mereka masing-masing, tetapi mereka tidak
dikutuk. Ketika Hawa melahirkan anak pertamanya, Tuhan menolong Hawa. Kain
membunuh adiknya, dan ketika Tuhan menanyainya, Kain tidak mau bertanggung jawab.
Tuhan mengutuk Kain, ia menjadi seorang pelarian bahkan tempatnya menetap pun disebut
Nod, yang berarti mengembara. Raja Ahab mengambil tanah milik Nabot setelah istrinya
Isebel membunuh Nabot. Tuhan menyuruh Elia menyampaikan pembalasan Tuhan kepada
mereka. Raja Ahab mati dalam perang karena panah yang ditembakkan secara sembarang,
akhirnya darahnya dijilat anjing. Isebel mati dilempar dari jendela, dagingnya dimakan
anjing. Bahkan dalam hal rohani pun demikian, orang-orang Farisi menghakimi orang-orang
yang disebut orang berdosa. Tuhan Yesus menyebut orang-orang Farisi sebagai keturunan
ular beludak (Mat. 3:7) dan mengatakan bahwa tujuan Ia datang adalah untuk menolong
orang berdosa (Mat. 9:13).

Mazmur 94 berjudul Allah, pembela keadilan. Bagi mereka yang diperlakukan tidak adil oleh
orang lain, mazmur ini memberikan arahan bagaimana mencurahkan isi hatinya secara benar.
Pemazmur memanggil Allah sebagai Allah Pembalas dan meminta Tuhan untuk membalas
orang-orang jahat itu. Pemazmur mengatai mereka orang bodoh dan menantang mereka
berhadapan dengan Tuhan: Dia yang menanam telinga masakan tidak mendengar; yang
membentuk mata masakan tidak memandang; yang menghajar bangsa-bangsa masakan tidak
akan menghukum? (Mzm. 94:9-10) Kepada dirinya, pemazmur menguatkan bahwa Tuhan
tidak akan meninggalkan milik-Nya dan hukum akan kembali kepada keadilan (14-15),
apabila pikirannya bertambah banyak maka penghiburan Tuhan akan menyenangkan jiwanya.
Pemazmur yakin Tuhan adalah kota bentengnya dan akan membalas perbuatan jahat mereka
(22-23).

Apakah yang menjadi bagian kita sekarang, karena kita tidak mungkin steril terhadap
ketidakadilan di sekitar kita? Kitab Wahyu 22:11 mengatakan, “Barangsiapa yang berbuat
jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; … barangsiapa yang kudus biarlah ia terus menguduskan
dirinya!” Dengan demikian kita tidak perlu menyimpan dendam dan membalas, melainkan
menjaga diri kita tetap kudus sampai Allah Pembalas datang.