Akhirnya… Finally… Anda tentu paham kan makna istilah ini? Ya, akhirnya, setelah berputar-putar 38 tahun di padang belantara dan melewati serangkaian masalah yang
menyesakkan jiwa, umat Israel akan segera melangkah masuk Tanah Perjanjian. Lalu mengapa kitab terakhir Musa ini disebut sebagai Kitab Ulangan? Hal ini pasti tidak ada kaitannya dengan urusan sekolah. Nama kitab ini diambil dari bahasa Yunani (tidak memakai nama dari bahasa Ibraninya) Deuteronomium yang berarti “hukum kedua” atau “pengulangan hukum”. Tapi mengapa hukum tersebut perlu dituturkan ulang untuk kedua kalinya?
Setelah seluruh angkatan pertama yang keluar dari Mesir (kecuali Kaleb dan Yosua) mati di padang belantara, maka keturunan mereka bersiap-siap untuk menduduki Tanah Kanaan. Musa sesaat lagi akan berpisah dengan umat Tuhan yang dikasihinya. Sebagai pemimpin yang baik, Musa harus mempersiapkan mereka sebelum melangkah masuk Tanah Kanaan. Bagaimana dengan Anda? Sebagai pemimpin dalam rumah tangga, pekerjaan, studi, atau pelayanan gereja, adakah Anda mempersiapkan generasi berikutnya untuk hidup mengikut Tuhan?
Tidak heran jika kitab ini dianggap sebagai salah satu kitab yang paling penting. Ini adalah momen krusial dalam kehidupan bangsa Israel. Sebentar lagi mereka akan meninggalkan belantara dan memasuki Tanah Kanaan, tetapi tanpa Musa. Jadi ada 2 hal yang urgen di sini yaitu mempersiapkan keturunan dari para orang tua yang tegar tengkuk memasuki Tanah Perjanjian. Lalu yang kedua adalah waktu Musa yang sangat terbatas karena sebentar lagi pemimpin besar itu akan pergi menjumpai Tuhan. Oleh sebab itu Musa mengumpulkan mereka semua untuk mengajarkan firman Tuhan, fondasi dari seluruh keberadaan umat.
Musa memulai pengajarannya dengan menceritakan kisah kebodohan orang tua mereka sebagai peringatan penting. Namun Musa hanya menghabiskan tiga pasal untuk itu, karena ia lebih mementingkan memberikan dorongan bagi generasi baru ini untuk sungguh-sungguh mengikuti Tuhan. Maka di sini dicetuskanlah shema yang terkenal itu. Sebuah tradisi umat Israel yang diucapkan pagi dan petang. Intinya shema, atau “dengarlah”, hendak menyatakan bahwa mendengar berarti menaati. Menaati dimotivasi oleh kasih. Singkatnya umat Israel diminta untuk mengenal, menaati, dan mengasihi Tuhan. Inilah yang menjadi kunci untuk hidup berhasil di Tanah Kanaan. Selanjutnya Musa mengulang kembali seluruh hukum Tuhan yang telah diwahyukan di Gunung Sinai ditambah beberapa hukum yang pada dasarnya menekankan panggilan hidup suci dan memperjuangkan keadilan sosial. Israel dipanggil untuk menjadi berkat, menjadi bangsa yang berbeda, yang dikhususkan untuk Tuhan. Akhirnya kitab ini ditutup dengan tantangan Musa untuk memilih berkat atau laknat.
Akhirnya umat Israel akan segera beranjak masuk ke Tanah Perjanjian yang tidak hanya dipenuhi susu dan madu tetapi juga bangsa-bangsa penyembah berhala. Keluar dari Mesir yang dipenuhi berhala, sekarang mereka masuk ke Tanah Kanaan yang juga dipenuhi berhala. Lalu apa yang membedakannya? Silakan Anda pikirkan! Tapi sejauh ini yang menjadi permasalahan adalah apakah setelah semua pengajaran yang diberikan oleh Musa, bangsa Israel siap menjadi berkat? Apakah setelah umat Israel masuk Tanah Perjanjian, semua pemberontakan mereka akan berakhir? Dengan masuknya mereka ke Tanah Perjanjian, apakah hal ini juga berarti kovenan Tuhan dengan Abraham sudah digenapi? Lalu bagaimana dengan janji tentang Sang Pembebas yang Terluka? Untuk mendapatkan jawabannya Anda perlu terus melanjutkan pembacaan Kitab Suci… Soli Deo Gloria.
Ev. Maya Sianturi Huang
Kepala SMAK Calvin