,

Benediction

Di akhir ibadah Minggu, pendeta akan menutup seluruh rangkaian kebaktian dengan mengumandangkan berkat Tuhan yang diturunkan bagi jemaat-Nya. Apakah pada saat itu Saudara masih ada dalam ruang ibadah atau sudah terburu-buru pergi karena cemas dengan urusan keluar dari parkiran?

Benediction berasal dari kata bene yang berarti baik dan diction yang artinya mengucapkan. Benediction adalah ucapan berkat yang dikumandangkan untuk mengakhiri ibadah secara formal. Tradisi ini sudah dilakukan sejak keberadaan gereja yang mula-mula karena mengikuti surat-surat Paulus. Dalam surat-suratnya, Paulus selalu menutupnya dengan menyatakan berkat Tuhan bagi jemaat tersebut.

Berkat Tuhan mestinya selalu menarik hati umat percaya. Kita semua tentunya rindu untuk diberkati Tuhan. Hal ini bukan saja tidak salah, tetapi selayaknya kita rindu untuk mendapat berkat-Nya. Berkat Tuhan adalah salah satu tanda persetujuan Tuhan atas hidup kita. Berkat Tuhan adalah sebuah pernyataan kasih dari Sang Pemberi Berkat karena memang demikianlah sejak mulanya.

Perhatikanlah Kejadian 1! Menarik bahwa berkat yang diucapkan di ayat 22 kepada para fauna dan di ayat 28 bagi kepala ciptaan atau manusia, terkait dengan perintah untuk berbuah, menjadi bertambah banyak. Tidak ada berkat, tidak ada buah yang membuat bertambah banyak. Lalu jika kita perhatikan pasal terakhir Wahyu, kita akan menemukan bahwa kitab terakhir ini juga ditutup dengan proklamasi berkat Tuhan. Alkitab diawali dan ditutup dengan berkat. Luar biasa bukan kebaikan hati Tuhan, Sang Raja bagi umat-Nya?

Mari kita simak lagi dua berkat yang umumnya dikumandangkan di akhir ibadah. Yang pertama Berkat Harun di Perjanjian Lama yang tertulis di Bilangan 6:24-26. Bukalah Alkitab Saudara dan bacalah! Kalimat demi kalimat yang diucapkan dalam berkat ini merupakan rangkaian anugerah yang membuat kita tercengang-cengang. Perhatikan bagaimana tiga kali TUHAN, Allah Tritunggal, disebutkan memberikan berkat-Nya masing-masing dalam kehidupan kita. Yang kedua adalah berkat dalam Perjanjian Baru yang dikutip dari ucapan Paulus di 2 Korintus 13:13. Di situ dinyatakan bahwa kasih karunia Yesus Kristus, kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kita sekalian. Meski berkat ini terlihat lebih sederhana, namun jika direnungkan, Saudara akan terkesima tak habis-habisnya. Kalau Saudara membandingkan kedua berkat ini, pada prinsipnya keduanya menunjukkan esensi yang serupa, yaitu Saudara akan menjumpai Allah Tritunggal yang rindu untuk memberkati umat-Nya dengan berlimpah. Jadi, tidak ada alasan untuk meninggalkan ruang ibadah sebelum berkat dikumandangkan, bukan? Namun yang lebih penting lagi adalah jika “pertemuan” dengan Sang Raja belum selesai, bagaimana mungkin Saudara berani untuk beranjak pergi? Soli Deo gloria.

Vik. Maya Sianturi Huang
Wakil Koordinator Bidang Pendidikan Sekolah Kristen Calvin