,

Berbicara Itu…

Penting, gak sih? Yuk, kita renungkan sebentar, karena ini bukan sekadar pertanyaan retorik. 

Mestinya jawaban kita semua adalah berbicara itu penting, bahkan sangat penting. Manusia sebagai makhluk sosial pasti perlu berbicara. Dan tentunya dengan menggunakan bahasa, karena bahasa adalah alat untuk berbicara baik secara lisan maupun tulisan. 

Pertanyaan berikut yang saya harapkan dapat kita jawab adalah mengapa manusia dapat berbicara. Ya, betul, sebab kita adalah gambar Allah. Jika sebagai gambar Allah kita dapat berbicara, artinya itu adalah karena Allah kita adalah Allah yang berbicara? Ya! Alkitab menunjukkan hal itu dengan teramat jelas. Allah Tritunggal adalah Allah yang berbicara. Sejak dari kisah penciptaan hingga kisah konsumasi, kita bisa menemukan momen-momen Allah berbicara. Graeme Goldsworthy mengatakan bahwa penciptaan adalah aktivitas yang berpusat pada kata-kata. Maka berbicara bukan aktivitas kosong yang tidak menghasilkan apa-apa. Berbicara adalah sebuah aktivitas yang mendahului tindakan. Allah berkata (berfirman, terjemahan LAI), “Jadilah terang,” maka kemudian terang itu jadi. Ada koherensi antara berkata dan bertindak. Lebih dari itu, ucapan itu sendiri sebetulnya adalah fondasi dari sebuah tindakan. Mereka yang sering tidak setia pada perkataannya, menjadi orang-orang yang tidak bisa dipegang ucapannya. Ketika kita berkata kepada seseorang, “Aku mencintaimu,” hal itu perlu diiringi dengan tindakan-tindakan yang mendukung pernyataan tersebut.

Ayo kita bertanya lagi. Mengapa Allah berbicara? Ia ingin menyatakan diri-Nya. Untuk apa menyatakan diri? Ingin berelasi dengan ciptaan-Nya, terutama dengan kita yang adalah gambar-Nya. Namun kejatuhan manusia dalam dosa membuatnya tidak dapat berelasi dan berbicara kepada Allah. Hanya Yesus Kristus, Jalan, Kebenaran, dan Hidup, yang memperdamaikan kita dengan Allah dan menjadi akses bagi kita menghampiri Bapa. Melalui Yesus Kristus kita dapat berbicara kepada Allah dan membangun kembali relasi yang pernah rusak total. Pertanyaan lagi, bagaimana kita tahu semua hal itu? Alkitab, tentunya. 

Melalui Alkitab, kita mengetahui apa yang Allah ingin katakan kepada kita. Tentunya kita perlu merespons terhadap perkataan Allah ini, bukan? Dengan cara apa? Ya, berdoa. Apa itu berdoa? Berbicara kepada Allah yang lebih dahulu berbicara kepada kita. Untuk apa berbicara kepada Allah? Untuk membangun relasi dengan-Nya, makin mengenal Allah. Berbicara, kata Goldsworthy lagi, adalah situasi sosial. Kita akan malas berbicara dengan orang-orang yang tidak kita kenal atau tidak ingin kenal. Kita bahkan enggan menyapa orang-orang yang tidak menyukai kita, apalagi memusuhi kita, meski kita tahu bahwa Tuhan meminta kita mengasihi sesama kita. 

Jadi, bagaimana berbicara dengan Allah? Jika Allah mengasihi kita, seharusnya kita suka berbicara dengan-Nya. Jika alasannya adalah bingung dengan topik pembicaraan dengan Tuhan, Ia sudah menyediakan 66 kitab yang tidak pernah habis untuk kita bicarakan dengan-Nya. Belum lagi isi semua kitab itu dapat kita jadikan bahkan diskusi dengan Allah untuk membicarakan semua masalah yang ada di dunia ciptaan-Nya. Poin utamanya, ayo tekun berdoa! Terlalu banyak hal yang kita bisa bicarakan dengan-Nya!

Vik. Maya Sianturi Huang
Wakil Koordinator Bidang Pendidikan Sekolah Kristen Calvin