,

Caerus (Part 1)

Pernah mendengar kisah tentang Caerus, “dewa kesempatan” dalam mitologi Yunani? Ia digambarkan memiliki rambut yang menyatu di bagian kening dan botak di bagian belakang, serta tidak mengenakan pakaian. Kakinya memiliki sayap seperti Hermes, sehingga ia sering berlalu dengan cepat. Untuk menangkapnya, Saudara harus berada di depannya agar dapat mencengkeram rambutnya yang memang dirancang untuk itu. Jika tidak, ia akan berlalu dan tidak ada lagi kesempatan untuk menangkapnya, bahkan Zeus pun tidak akan dapat menariknya kembali.

Begitu seseorang menangkap Caerus, maka rohnya akan memberikan semua kebaikan untuk orang tersebut. Sebaliknya, jika seseorang gagal menangkapnya, kadang ia akan memberikan ketidakberuntungan bagi orang tersebut. Inilah pandangan mitologi Yunani tentang kesempatan. Lalu, bagaimana pandangan Kristen melihat kesempatan?

Sebuah kisah yang menarik tentang kesempatan namun tidak terlalu sering diceritakan adalah mengenai Ratu Atalya dan keluarga Imam Yoyada. Silakan membuka 2 Tawarikh 22-24 dan 2 Raja-raja 11. Di situ dikisahkan mengenai Ratu Atalya, ibu Raja Ahazia dari Yehuda, yang setelah kematian anaknya, Ahazia, mengambil satu kesempatan untuk berkuasa. Ia membunuh semua keturunan raja agar dapat menjadi penguasa Yehuda. Cerdik? Iya, tetapi sekaligus sangat jahat. Perempuan berhati bengis ini rela menghabisi cucu-cucunya sendiri demi mendapatkan kekuasaan. Namun seorang perempuan lain, Yosabat, istri Imam Yoyada, mengambil Yoas bin Ahazia dari tengah-tengah anak-anak raja yang hendak dibunuh itu. Ia menculik Yoas dan inang penyusunya lalu menyembunyikan mereka di gudang tempat tidur, sehingga Yoas lolos dari pembunuhan massal saudara-saudaranya. Yosabat mengambil kesempatan di situasi yang sulit dan berisiko, untuk melakukan sebuah kebaikan. Selama 6 tahun, Yosabat dan Imam Yoyada menyembunyikan Yoas. Jika Saudara adalah mereka, bagaimana perasaan Saudara selama 6 tahun itu?

Sekarang mari kita melihat cerita Atalya versus Yosabat. Kedua perempuan ini sama-sama berhadapan dengan kesempatan dalam situasi yang sulit. Namun keduanya menggunakan kesempatan dengan cara yang berbeda. Atalya mengambil kesempatan dengan mencabut nyawa anak-anak raja. Yosabat mengambil kesempatan dengan membahayakan nyawanya. Keduanya memakai kesempatan dengan cara yang berbeda. Lalu, mengapa dalam kisah Caerus disebutkan bahwa setiap orang yang menangkap kesempatan akan mendapatkan semua kebaikan? Mengapa kisah Atalya dan Yosabat menunjukkan hal yang berbeda? Mari kita merenungkannya!

Vik. Maya Sianturi Huang

Wakil Koordinator Bidang Pendidikan Sekolah Kristen Calvin