,

Caerus (Part 2)

Mari kita lanjutkan cerita di edisi bulan yang lalu tentang Ratu Atalya versus Yosabat dalam menanggapi kesempatan (kairos). Setelah lewat enam tahun, Imam Yoyada memberanikan diri untuk mengambil sebuah tindakan yang sangat berani, yaitu menyingkirkan pewaris tidak sah takhta Yehuda, yaitu Ratu Atalya, dan menggantinya dengan pewaris takhta yang sah, Yoas.

Imam Yoyada ternyata tidak salah membaca situasi dan menangkap sebuah kesempatan untuk memulihkan keadaan. Ia berhasil membawa Yoas naik takhta meski dalam usia yang sangat muda, yaitu tujuh tahun. Namun apa yang lebih penting adalah catatan Alkitab yang mengatakan bahwa Yoas melakukan apa yang benar di mata TUHAN selama Imam Yoyada hidup, karena ia mengajarkannya menaati hukum-hukum Tuhan. Jadi, Imam Yoyada tidak hanya mengambil kesempatan untuk menaikkan raja yang sah, tetapi sekaligus membimbing sang raja untuk hidup mengikut Tuhan. Celakanya, setelah Imam Yoyada mati, Raja Yoas berpaling dari Tuhan. Yoas mengabaikan kebenaran yang diajarkan Yoyada kepadanya dan beribadah kepada berhala, sehingga Yehuda dan Yerusalem tertimpa murka Allah.

Seperti pada kisah raja-raja Yehuda dan Israel lainnya, Tuhan juga mengutus para nabi untuk memperingatkan mereka untuk kembali kepada Tuhan. Dan seperti yang sudah-sudah, mereka tidak mengindahkan hal itu. Cape deh? Tidak. Malahan Tuhan mengutus anak Imam Yoyada sendiri, Zakharia, yang dikuasai Roh-Nya untuk memperingatkan rakyat Yehuda. Lalu bagaimana respons mereka? Mudah ditebak. Alih-alih menangkap kesempatan untuk bertobat, mereka malah melontari Zakharia sampai mati dengan batu di pelataran rumah Tuhan. Siapa yang memerintahkan? Siapa lagi kalau bukan Raja Yoas. Tragis. Yoas melupakan kesetiaan ayah Zakharia, Imam Yoyada, yang pernah menyelamatkan hidupnya, dan mengabaikan kesempatan terakhir yang diberikan Tuhan kepadanya lewat Zakharia.

Terus terang saya agak bingung kenapa Tuhan memakai Zakharia untuk memperingatkan rakyat Yehuda. Apakah karena Tuhan ingin mengingatkan Yoas akan kebaikan dan kesetiaan yang telah ditunjukkan Imam Yoyada kepadanya sehingga hatinya lebih mau berbalik kepada Allah? Apakah Tuhan mengutus Zakharia agar hal itu menjadi kesempatan bagi Yoas untuk membalas kebaikan Imam Yoyada selama ini? Atau nyatanya kehadiran Zakharia justru mungkin menusuk jantung hati Yoas karena diingatkan akan kebenaran yang pernah diajarkan Yoyada sehingga lebih baik untuk membungkam Zakharia? Saya kurang tahu persisnya. Apa yang kita tahu adalah catatan Alkitab tentang akhir hidup kedua pria ini. Yoyada mati tua dan dikubur di kota Daud di samping para raja karena perbuatannya yang baik terhadap Allah dan rumah-Nya. Sedangkan Yoas mati dibunuh pegawai-pegawainya sendiri, dikubur di kota Daud, tetapi tidak di pekuburan raja-raja. Akhir yang berbeda karena menangkap kesempatan dengan berbeda pula.

Belakangan ini, konteks hidup kita disibukkan dengan berbagai masalah karena wabah virus SARS-CoV-2, yang bahkan sampai mengancam jiwa manusia. Namun pada saat yang sama, kesempatan bertebaran di mana-mana lebih dari sebelumnya untuk berbuat baik bagi sesama. Yoyada dengan istrinya Yosabat mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan Yoas. Zakharia bahkan kehilangan nyawanya untuk memberitakan penghakiman Tuhan. Namun tidak ada kebajikan yang dapat menyamai kebajikan teragung, yaitu saat Tuhan memberikan nyawa-Nya bagi keselamatan kita. Sebentar lagi kita akan memperingati Jumat Agung dan Paskah, rasanya salah satu hal yang baik yang dapat kita lakukan adalah berbagian dalam keselamatan jiwa orang lain, baik secara jasmani, maupun khususnya secara rohani dengan memberitakan kabar baik bagi keselamatan jiwa manusia.

Jadi, bagaimana Saudara dan saya akan merespons kesempatan hidup yang masih Tuhan berikan ini? Soli Deo gloria.

Vik. Maya Sianturi Huang

Wakil Koordinator Bidang Pendidikan Sekolah Kristen Calvin