Dalam film Flight yang diperankan oleh aktor kawakan Denzel Washington, dikisahkan tentang seorang pilot bernama Kapten William “Whip” Whitaker. Kapten pecandu alkohol dan kokain ini menjadi pahlawan karena berhasil melakukan pendaratan darurat pesawat yang diterbangkannya. Selain harus menghadapi cuaca buruk saat lepas landas, Kapten Whip harus mengatasi bencana besar saat pesawat bersiap untuk mendarat. Kerusakan pada sistem hidrolik membuat pesawat nyaris tak terkendali. Tetapi berkat keberanian dan pengalamannya, Kapten Whip berhasil mendaratkan pesawat ini, sehingga 96 dari 102 penumpangnya selamat. Namun masalah kecelakaan tersebut tidak selesai sampai di situ.
Lewat penyelidikan National Transportation Safety Board (NTSB) diketahui bahwa Kapten Whip berada di bawah pengaruh alkohol dan kokain saat menerbangkan pesawat naas tersebut. Teman baik Kapten Whip, yang menjadi wakil serikat pilot perusahaan penerbangan tempatnya bekerja, membawa seorang pengacara untuk membelanya dalam kasus ini. Hampir dapat dipastikan, Kapten Whip akan lolos dari kasus yang dapat membawanya masuk ke penjara karena melakukan tugasnya di bawah pengaruh alkohol dan kokain.
Di dalam hearing pengungkapan kasus kecelakaan di atas, Kapten Whip dengan lihai berbohong, menolak tuduhan-tuduhan yang diajukan padanya. Tetapi ketika sampai pada pilihan apakah menjatuhkan tuduhan kepada rekan pramugari yang tewas dalam kecelakaan pesawat tersebut, atau menolak tuduhan itu, Kapten Whip menjadi ragu. Jika ia mengakui tuduhan itu berarti ia bebas. Sebaliknya jika ia menolak tuduhan tersebut, ia mengakui kesalahannya dan masuk bui. Dalam keraguannya, ia akhirnya membuat pengakuan yang mencengangkan: ia memang berada di bawah pengaruh alkohol dan kokain saat melakukan tugasnya bahkan juga saat itu!
Dari dalam penjara, Kapten Whip mengungkapkan kepada para napi yang mendengarkan kisahnya, bahwa ia tidak menyesal telah melakukan hal yang benar. Memang, untuk itu ia harus mendekam di penjara, tetapi pengakuan itu telah membuatnya merasa bebas.
Pengakuan… Istilah ini mestinya mengingatkan kita kepada sebuah judul buku terkenal yang telah ikut memengaruhi sejarah peradaban Barat: Confessions, karya Bapa Gereja Agustinus. Anda perlu membaca buku ini. Sebuah buku klasik yang membuat kita mengakui kemurahan Tuhan dan memuji kebesaran-Nya.
Agustinus tentu saja bukan penemu ataupun pencipta istilah ini. Rasul Yohanes lebih dulu mengajarkan untuk mengaku dosa kita (1Yoh. 1:9-10). Namun sebelum Rasul Yohanes, Raja Daud telah melantunkan sebuah pengakuan dosa yang menyayat hati lewat Mazmur 51. Bahkan, ia kemudian menuliskan Mazmur 32 sebagai pemenuhan janjinya kepada Tuhan, untuk mengajar orang-orang berdosa untuk berseru kepada Allah, mengakui dosa-dosa mereka. Karena tanpa pengakuan dosa tidak ada pengampunan dosa! Mengapa demikian? Silakan Anda merenungkannya dengan membaca bagian-bagian Kitab Suci tadi.
Jikalau film sekuler seperti Flight dapat menunjukkan kepada kita kekuatan pengakuan kesalahan, betapa lebihnya jika kita menjadikan ini bagian dari pengudusan hidup kita sehari-hari. Sudahkah Anda setiap hari meminta Roh Kudus menyelidiki hati Anda dan mengakui dosa-dosa sepanjang hari itu? Biarlah pengakuan dosa kita menjadi bagian dari pertobatan dan pengudusan kita dalam mengikut Yesus Kristus, Sang Penebus!
Ev. Maya Sianturi
Pembina Remaja GRII Pusat
Kepala SMAK Calvin