,

Drifting Away

Jika tidak bisa menyelam, snorkeling cukup membawa kesenangan. Apalagi jika snorkeling di wilayah Kepulauan Komodo. Namun snorkeling di tempat ini perlu waspada, karena arusnya cukup deras. Sedang asyik-asyiknya menatapi ikan-ikan dan karang warna-warni, jika tidak sesekali mengangkat kepala melihat ke posisi kapal, bisa-bisa kita terhanyut jauh dan merepotkan para kru kapal.

Bergeser dibawa arus itu bisa tidak terasa. Keindahan di bawah laut demikian menyihir dan membuat lupa posisi yang seharusnya dijaga. Biasanya salah satu kru kapal akan berteriak mengingatkan, “Jangan terlalu jauh ke sana. Bahaya.” Tentu saja hal itu tidak mengabaikan tanggung jawab saya yang sedang snorkeling untuk terus memerhatikan posisi saya dari tempat kapal melempar sauhnya.

Pengalaman ini membuat saya teringat akan perkataan penulis kitab Ibrani, “Karena itu harus lebih teliti kita memerhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus.” Ada kata “harus”, “lebih teliti”, dan “memerhatikan”. Anda mungkin bisa merenungkan arti dari tiga istilah yang dipakai dan apa maksud dari rangkaian ketiganya. Bukankah itu berarti hal yang super duper serius?

Keselamatan harus dijaga, dipelihara dengan sungguh. Terlalu besar harga yang harus dibayar oleh mereka yang mengabaikan keselamatan itu. Hati-hati! Awas ada arus! Anda bisa terhanyut dengan nikmat dan penuh bahagia! Ya, seperti sedang snorkeling tadi!

Simson adalah hal kedua yang muncul di benak saya ketika bicara soal hanyut alias bergeser tanpa disadari. Jika Anda memerhatikan kisah hidupnya, Simson bergeser dari posisi yang seharusnya sebagai seorang nazir Allah secara perlahan. Mungkin tanpa disadari. Adalah sulit untuk menyadari bahwa posisi kita sudah bergeser, jika kita masih melihat adanya hasil atau pencapaian. Simson mungkin tiba pada titik kesadarannya ketika orang Filistin menangkapnya dan mencungkil kedua matanya, ketika Tuhan mengambil semuanya.

Hal terakhir yang mengingatkan saya tentang bahaya dari bergeser dari keselamatan adalah sejarah gereja. Peristiwa Reformasi, 500 tahun yang lalu, menjadi peringatan keras agar Gereja (baca umat Allah) sungguh-sungguh memerhatikan ajaran yang sehat. Penyimpangan yang kecil di satu titik akan mengakibatkan pergeseran yang fatal setelah melewati perjalanan waktu. Hanya karena anugerah-Nya dan demi kemuliaan Nama-Nya, maka Tuhan membangkitkan pejuang-pejuang iman yang berusaha membawa kembali ajaran yang benar.

Hari ini kita perlu bertanya dan mengevaluasi diri, “Di mana posisi saya?” Mulai bergeser atau masih di posisi yang Ia inginkan? Ingat, terhanyut itu bisa menyenangkan. Jadi kayuhlah terus iman Anda mengikuti arah Sang Nahkoda agar kita tidak perlahan bergeser, hanyut …

Ev. Maya Sianturi Huang
Kepala SMAK Calvin