Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!

Membaca keempat kitab pertama dalam Perjanjian Baru, biasanya kita menemukan Tuhan
Yesus menegur, menghardik, memarahi, dan beberapa kata kerja semacamnya, orang-orang
Farisi dan para ahli Taurat. Tidak jarang, terasa seakan-akan setiap ada kesempatan, maka
ketegangan antara mereka dengan Tuhan Yesus pasti akan terjadi. Ujung-ujungnya Tuhan
Yesus membungkam mereka dengan kata-kata terakhir-Nya dalam perdebatan, tanya jawab,
ataupun diskusi.

Memang ada beberapa pemimpin Yahudi, seperti Nikodemus, yang tentu saja berpihak pada
Yesus. Kebanyakan tidak disebutkan namanya, atau tidak disinggung kisahnya. Namun, ada
seorang ahli Taurat, di Markus 12:28-34, yang dari responsnya, ia bukan hanya memuji
respons Tuhan Yesus, tetapi juga mengagumi-Nya (ay. 32). Selanjutnya, pada ayat 34, Tuhan
Yesus melihat dia sebagai orang yang memiliki kebijaksanaan dan memberikan dorongan
kepadanya, “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!”

Di sisi lain, kata-kata Tuhan Yesus tersebut juga memiliki implikasi lain. Seperti jika kita
melakukan perjalanan dan sudah dekat dengan kota tujuan, tetapi belum berada di dalam kota
tersebut. Ini berarti, sekalipun sang ahli Taurat memiliki kebijaksanaan, posisinya masih
belum berada di dalam Kerajaan Allah. Mungkin ada maksud sindiran, mungkin juga
dorongan yang diberikan kepadanya untuk menyadari Kebenaran yang ada di hadapannya.
Yang pasti, apa yang ia pelajari selama ini, tanpa anugerah, tidak bisa membawanya kepada
pengenalan akan firman yang sesungguhnya, apalagi membawanya masuk ke dalam Kerajaan
Allah.

Lalu, bagaimana dengan kita? Apakah pemahaman dan pengetahuan kita akan firman Tuhan
membawa kita pada Kristus? Apakah itu semua membawa kita pada pertumbuhan iman?
Atau jangan-jangan hanya sebatas kognitif dan dipakai untuk perdebatan theologis yang tak
ada ujungnya. Mari bersama-sama merefleksikan kembali apa yang telah kita kerjakan
dengan setiap berkat dan anugerah yang Tuhan telah berikan! Soli Deo gloria.