Gereja Mula-Mula = Gereja Masa Kini?

Setelah Tuhan Yesus naik ke sorga, maka pelayanan-Nya dilanjutkan oleh para rasul.
Jelas pelayanan ini tidak mungkin bisa dikerjakan dengan kekuatan manusia semata. Roh
Kudus yang memulai semua pelayanan ini, maka para murid harus menunggu saatnya Dia
memimpin. Serangan Iblis segera nyata setelah Roh Kudus dicurahkan yaitu dengan adanya
pelecehan bahwa para murid mabuk oleh anggur (Kis. 2:13). Pekerjaan memuridkan dimulai
oleh Petrus, bahkan pemuridan kepada orang-orang bukan Yahudi juga diawali oleh Petrus,
walau nanti diteruskan oleh Paulus. Tuhan yang menambahkan jumlah orang yang percaya
(Kis. 2:47b) dan mengadakan berbagai mujizat kesembuhan bahkan kebangkitan orang mati.
Berbagai kesulitan dan ancaman segera terlihat di berbagai tempat di mana para murid pergi
untuk mengabarkan Injil. Ancaman dan penangkapan (Kis. 4:1-31), penipuan (Kis. 5:1-16),
pemenjaraan (Kis. 5:17-32), sampai martir pertama (Kis. 7:54-60) terus mengikuti
pemberitaan Injil sampai saat ini. Walaupun demikian, kita juga diberitahu bahwa para
murid senantiasa dipenuhi rasa sukacita dan dipenuhi Roh Kudus (Kis. 13:52).

Kiranya kisah hidup gereja mula-mula ketika Tuhan Yesus sudah tidak berada di dunia
boleh mengingatkan kita selaku pengikut Kristus bagaimana melihat banyak hal yang terjadi
di sekitar kita. Paling utama adalah kita harus menyadari bahwa seluruh aspek hidup kita
harus dimulai dan dipimpin oleh Roh Kudus. Kita terlalu naif untuk menentukan arah dan
target, kita terlalu lemah untuk terus bertahan menghadapi serangan bertubi-tubi. Janganlah
kita mendahului Roh Kudus maupun diam ketika saatnya Dia memimpin. Tetaplah percaya
bahwa mujizat penyertaan Allah bagi perkerjaan-Nya masih terjadi. Apa pun yang menurut
bijaksana dunia tidak mungkin, masih mungkin jika Tuhan bekerja. Iblis kelihatannya dapat
menghancurkan pekerjaan orang Kristen, tetapi sesungguhnya justru di dalam kegelapan,
terang itu makin bercahaya dan makin menarik banyak orang untuk datang kepada-Nya.
Ketika kedua tangan terpaksa menutup wajah karena beratnya penderitaan, sadarlah bahwa di
balik tangan kita, masih ada matahari yang bersinar terang, yang menjadikan segala yang
indah terlihat, dan yang memungkinkan pertumbuhan terjadi. Turunkanlah tangan kita dan
pandanglah kepada Tuhan dan pekerjaan-Nya! Bagaimana Tuhan menyertai gereja mula-mula,
demikian Dia juga terus menyertai Gereja-Nya di setiap zaman. Allah menyertai kita!

Akhirnya, ingatlah bahwa tidak ada satu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah.
Bukan karena kita memiliki sesuatu yang membuat diri kita layak dikasihi oleh-Nya, tetapi
karena Dia pada diri-Nya adalah Kasih, dan oleh karena nama-Nya kita yakin bahwa Dia
adalah Allah yang setia dan ajaib. Berbahagialah orang yang Allahnya adalah TUHAN
semesta alam.