,

Helicopter Parenting

Julie Lythcott-Haims bekas dekan khusus mahasiswa baru di Stanford University mengajukan sebuah kasus agar para orang tua berhenti melakukan helicopter parenting. Menurutnya gaya pengasuhan anak tersebut sudah mewabah dan cenderung merusak anak-anak mereka.

Apa itu helicopter parenting? Anda dapat melihat video penjelasan Lythcott-Haims di Ted.com. Intinya hal ini adalah pola pengasuhan yang berpusat pada orang tua dan bukan pada anak. Orang tua mengatur, memastikan, dan mengendalikan segala sesuatu agar anak-anak mereka dapat mencapai nilai dan skor yang terbaik. Lythcott-Haims mengibaratkan pola pengasuhan tersebut seperti merawat tanaman bonsai. Alih-alih mendorong anak untuk menjadi diri mereka, orang tua malah menjadikan anak-anak sebagai bonsai yang dibentuk dan dipangkas sesuai harapan orang tua. Menyedihkan…

Apakah mendorong anak menjadi diri mereka berarti membiarkan mereka seperti yang dilakukan sebagian orang tua lain? Tentu saja tidak! Anak harus tetap didorong, didisiplin, diawasi, dan dinasihati. Bahkan mereka harus melakukan pekerjaan rumah mereka seperti merapikan selimut dan tempat tidur setiap bangun pagi atau mencuci peralatan makan minum yang mereka gunakan, dan lain sebagainya. Lalu apa yang dimaksudkan oleh Lythcott-Haims? Anda bisa menemukan jawabannya di internet.
Saya sendiri tidak paham sejak kapan para orang tua mulai menerapkan model pengasuhan yang ketat dan dipenuhi check list seperti yang dialami si gadis kecil (The Little Girl) di film Little Prince. Mungkin karena dunia makin kompetitif, makin konsumtif, sekaligus makin individualist dan sistem pendidikan yang terlalu berpihak pada penilaian akademis. Yang menarik dari masalah di atas adalah bahwa kebijaksanaan kuno itu ternyata tetap berlaku. Mengutip kalimat Pdt. Stephen Tong, “Jangan merebut hak juang seorang anak.” Artinya, setiap anak memiliki hak juang yang harus mereka perjuangkan di dalam anugerah Tuhan dengan dukungan doa orang tua mereka.

Silakan pembaca sekalian menelusuri Kitab Suci dan dengan mudah akan menjumpai penerapan prinsip tersebut. Satu contoh yang dapat kita temui misalnya di dalam Doa Bapa Kami. Salah satu permohonan dalam doa tersebut adalah, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Untuk memenuhi hal itu, Tuhan tidak menurunkan nasi Padang dari sorga, bukan? Jika demikian halnya, mengapa masih ada orang tua Kristen yang menerapkan pola asuh helikopter yang setiap saat selalu berusaha menyediakan kebutuhan anak-anak mereka?

Ev. Maya Sianturi Huang
Kepala SMAK Calvin