,

Hikmat Sejati

“Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya
adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara
rohani.”
(1Kor. 2:14)

Baru-baru ini ada dua orang yang menorehkan pengaruhnya dalam sejarah sebelum berlalu
dari panggung kehidupan. Kedua orang tersebut memberikan dampak besar yang berbeda
dalam kehidupan umat manusia. Billy Graham dan Stephen Hawking, nama yang pertama
adalah raksasa iman di dunia kekristenan, dan yang kedua adalah raksasa kosmologis yang
dipuja para pengagung sains. Yang satu penginjil besar yang membawa banyak orang kepada
Kristus, dan yang lainnya ilmuwan atheis yang membawa orang-orang kepada sains sebagai
penjelasan segala sesuatu.

Paulus dalam kitab Roma 8:28 menyatakan bahwa Allah mendatangkan kebaikan bagi
“mereka yang mengasihi Dia… yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Inilah yang
Tuhan kerjakan melalui kehidupan Billy Graham. Billy menyadari apa yang terpenting dalam
hidupnya, yaitu Kristus, dan ia mengikuti panggilan yang Allah berikan dalam hidupnya,
yaitu berbagian dalam pekerjaan-Nya dengan mengabarkan Injil sampai ke ujung dunia. Billy
Graham menjadi penginjil yang paling banyak membawa manusia kepada Tuhan sepanjang
sejarah. Tidak mengherankan kepergiannya ditangisi oleh banyak orang dari berbagai
kalangan. Dari presiden sampai rakyat kecil, mereka semua memberikan penghormatan
baginya sebelum ia dikuburkan. Sebuah kehidupan yang diserahkan untuk Tuhan.

Stephen Hawking adalah ilmuwan yang membangun berbagai teori yang menjelaskan asal
mula alam semesta sampai apa yang akan terjadi ketika semuanya berakhir. Ia menawarkan
penjelasan-penjelasan ilmiah terhadap segala fenomena alam secara tuntas. Kecacatannya
yang unik dan parah tidak menghalangi dirinya untuk memikirkan berbagai hal, termasuk
melihat pada akhirnya tidak ada ruang bagi keberadaan Tuhan di dalam segala penjelasan
yang ia berikan (bandingkan dengan Roma 1:19-20).

Pada akhirnya seorang manusia diperhadapkan dengan satu keputusan, apakah ia mau takut
akan Tuhan atau tidak. Penulis Amsal mengatakan, “permulaan hikmat adalah takut akan
Tuhan” dan pengertian dimulai dari pengenalan akan Tuhan (Ams. 9:10). Sang penginjil
menyadari hal ini dan menemukan hikmat yang sejati. Namun, sayangnya sang ilmuwan
mencari hikmat dari kekuatan dirinya.

Renungan ini bukanlah usaha mempertentangkan penginjil dan ilmuwan, agama dengan ilmu
pengetahuan, ataupun iman dengan teori-teori sains. Di dalam kekristenan dewasa ini kita
mendapati nama-nama seperti John Lennox, Alister McGrath, John Polkinghorne, atau Paul
Davies sebagai ilmuwan Kristen. Belum lagi serangkaian nama lain yang pernah tercatat
dalam sejarah. Jadi tidak perlu mempertentangkan iman dan sains karena pertanyaannya yang
perlu diajukan adalah dari mana sumber hikmat kita? Dari sang Pencipta atau dari
ciptaan-Nya? Soli Deo Gloria.