,

Hope

Pernahkah Anda melihat lukisan Hope karya George Frederic Watts? Replikanya ada di Sophilia Fine Art Center. Anda bisa melihatnya di sana atau meminta mbah Google untuk menunjukkannya. Lukisan klasik ini menarik banyak perhatian pada zamannya. Tetapi penggambaran tentang pengharapan yang melankolis tersebut mendapat kritikan dari G. K. Chesterton. Ia mengusulkan bahwa judul yang lebih pas untuk lukisan Watts adalah Despair. Ada benarnya apa yang dikatakan oleh Chesterton. Namun di sisi lain, Watts juga tidak salah karena realitas kadang begitu sulit sehingga pengharapan nyaris identik dengan keputusasaan. Masih ingat kisah pengharapan dalam mitologi Yunani? Cerita ini dimulai dengan Prometheus yang mencuri api dari Zeus sehingga membuatnya menciptakan kotak Pandora. Waktu kotak itu dibuka, semua kejahatan terlepas ke dunia dan pengharapan yang ada di dasar kotak, tetap tinggal. Seperti itulah kira-kira pesan lukisan Hope.

Sebelum melanjutkan perenungan kita tentang pengharapan, mari bergosip eh menyimpang sedikit tentang satu kisah selebriti yang belakangan ini cukup ramai diperbincangkan media massa: pernikahan Bella Saphira. Menurut pernyataan Bella di media massa, ia sudah lama menantikan hal itu. Bahkan itu adalah keinginan yang sudah lama dimimpikan. Standar, bukan? Bukankah hal yang sangat alami memimpikan sebuah pernikahan? Lalu mengapa kita kurang dapat mengapresiasi perwujudan impian tersebut?

Keinginan, impian, dan harapan, apa bedanya? Atau sama sajakah karena kita tidak peduli apa bedanya? Alkitab membedakannya! Sederhananya, keinginan (desire) beda derajat dengan impian (strong desire), dan keduanya berbeda dasar dengan pengharapan (hope). Ketiga istilah tadi tentu saja memuat satu hal yang sama yaitu keinginan. Tetapi keinginan tidak sama dengan pengharapan. Pernahkah kita memikirkan perbedaannya? Apa yang kita anggap sebagai harapan ternyata hanya keinginan semata dan bukan pengharapan yang sebenarnya? 

Pengharapan seperti sudah disinggung, memang mengandung keinginan. Tetapi kita harus berhati-hati agar pengharapan kita bukan pengharapan palsu, karena dibaliknya apa yang ada hanyalah sebuah keinginan manusia berdosa. Seperti dalam kasus Bella Saphira.

Alkitab versi NIV mencatat kemunculan kata “pengharapan” sebanyak 174 kali. Lalu kata “Allah”, “Tuhan”, dan “Yesus” lebih dari 13.000 kali disebut. Kedua kata ini, pengharapan dan ketiga nama Tuhan tadi tidak terpisahkan. Tidak ada pengharapan sejati, tanpa Tuhan yang menjadi dasar pengharapan itu. Pengharapan yang asli didasarkan pada Tuhan yang menjamin, memelihara, dan mewujudkan pengharapan itu. Pengharapan Kristen tidak dapat dipisahkan dari iman yang menjadi dasarnya dan kasih yang menjadi kekuatannya.

Jadi silakan menganalisis sendiri kasus pernikahan Bella Saphira. Tetapi jangan lupa refleksi yang jauh lebih penting lagi adalah: Apa yang menjadi harapan dan keinginan Anda sendiri? Kiranya setiap pengharapan kita adalah seperti seruan pemazmur: Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel! Sebab pada TUHAN ada kasih setia (Mzm. 130:7).

Ev. Maya Sianturi
Pembina Remaja GRII Pusat
Kepala SMAK Calvin