Jangan Berzinah – Allah Keselamatanku

Mazmur 51 (Bagian 1)

Dari zaman ke zaman, problem perzinahan sudah ada dan bahkan sudah terlihat pergumulan
dan berbagai contohnya sejak Perjanjian Lama, mulai dari Ruben, Yehuda, hingga raja yang
paling terkenal yaitu Raja Daud dan Salomo. Problem perzinahan ini adalah problem yang
tidak habis-habisnya dan melambangkan pergumulan umat Allah untuk setia kepada Sang
Mempelai yang sejati yaitu Kristus dan bukannya berhala modern seperti teknologi,
kepandaian, kebolehan, pencapaian, dan sebagainya.

Melihat keadaan kita yang tidak mungkin lebih baik daripada Raja Daud, seorang yang
berkenan di hati Tuhan, kita pun harus terus waspada dan belajar untuk setiap hari berdoa dan
bertobat untuk segala pergumulan kita di hari itu. Dan meskipun vulgar, kita perlu saling
mengajar dan mengingatkan satu sama lain mengenai pergumulan dari Raja Daud bagaimana
dia berespons ketika jatuh di dalam dosa dan bergumul untuk kembali kepada Allah. Seperti
apakah teriakan Daud dan karakter Allah apakah yang dapat kita pelajari pada kesempatan
kali ini?

Raja Daud berteriak memanggil Allah berdasarkan pengenalannya akan Allah selama ini (ay.
1). Allah adalah Allah yang penuh rahmat karena kasih setia-Nya sendiri, bahkan lebih dari
itu, rahmat Allah itu besar. Sesudah itu, Raja Daud meratap meminta ampun kepada Tuhan.
Dan di sini kita belajar bahwa Allah adalah Allah yang terbukti selalu benar dan tidak pernah
salah di dalam firman dan penghakiman-Nya. Yang indah adalah bahwa Allah itu berkenan
kepada kebenaran batin dan mengajarkan hikmat-Nya diam-diam di dalam hati.

Bagaimanakah pengenalan kita akan Allah selama ini? Apakah kita melihat Dia sebagai
Allah yang penuh rahmat karena kasih setia-Nya yang besar atau kita melihat Dia sebagai
Hakim kejam yang tidak adil dan tidak mungkin didekati dengan doa dan permohonan
ampun? Atau sebaliknya, apakah kita melihat Dia sebagai Allah yang penuh rahmat karena
itu kita menganggap sepi belas kasihan dan pengampunan-Nya sehingga tidak memiliki hati
yang takut dan gentar? Padahal di tengah-tengah itu semua, kita melihat bahwa Allahlah yang
selalu benar dan tidak pernah salah, dan kitalah yang selalu salah dan jauh dari firman dan
penilaian-Nya yang tepat.

Tetapi yang paling indah, apakah kita mendapatkan kebenaran batin dan hikmat-Nya di
dalam pergumulan dan pergaulan kita yang akrab dengan Tuhan bahkan ketika kita berdosa
seperti Daud, Tuhan pun masih memanggilnya kembali untuk bertobat meskipun melewati
banyak air mata dan hati yang hancur? Tuhan akhirnya memang memberikan hikmat-Nya
kepada Daud untuk minta ampun dengan cara yang tepat. Kita akan melihatnya di edisi-edisi
selanjutnya.

Apakah respons kita terhadap dosa-dosa kita setiap hari, baik besar maupun kecil, baik
pikiran maupun perkataan, dan perbuatan kita yang tidak berkenan di hati Allah? Kiranya
Tuhan senantiasa mencurahkan rahmat dan belas kasihan-Nya bagi kita dengan memberikan
kita kesempatan bertobat dan kembali kepada-Nya melalui hikmat yang diberikan di hati kita
sebagai bekal kebenaran batin kita setiap hari.