Jangan Terlalu Dekat!

Sejak adanya pandemi COVID-19, kita makin terbiasa dengan istilah “jaga jarak”.
Sebenarnya ini bukan istilah yang baru bagi kita, karena tulisan ini sering terpampang di
bagian belakang truk atau mobil “belajar” (ed: pengendara sedang belajar menyetir). Bulan
tampak indah dari jauh dan mertua umumnya tampak lebih baik jika tidak serumah. Batang
pohon dan tanah terlihat biasa saja dari jauh, tetapi dari dekat akan terlihat rapinya garis-garis
pada batang pohon dan sibuknya serangga di tanah. Jauh dekat ada maknanya sendiri, seperti
bermain layangan, diulur terlalu jauh bisa jatuh, tetapi ditarik terlalu kencang mendekat bisa
putus.

Kitab Amsal dikenal sebagai kitab bagi anak muda karena banyak berisi nasihat bagi yang
tidak berpengalaman. Nasihat bagaimana mengambil keputusan yang benar di tengah hiruk
pikuk kebisingan dunia untuk menjauhkan anak-anak Tuhan dari kebenaran.

“Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah
kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu.” (Ams.
3:7-8)
“Junjunglah dia, maka engkau akan ditinggikannya; engkau akan dijadikan terhormat, apabila
engkau memeluknya. Ia akan mengenakan karangan bunga yang indah di kepalamu, mahkota
yang indahakan dikaruniakannya kepadamu.” (Ams. 4:8-9)
“Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal
menjadi malang.” (Ams. 13:20)

Apa yang seharusnya dijauhi dan apa yang seharusnya dipeluk, hendaklah kita bisa
membedakannya. Hati-hatilah dalam berteman, jangan sampai kita memeluk musuh dalam
selimut dan membuang sahabat di depan mata. Jika kita tidak ingin hidup seperti layangan
putus yang bergerak ke mana pun angin mendorongnya, maka waspadalah, jangan sampai
kita mengikuti arus dunia dan kehilangan arah. Layangan di tangan pemain yang jago dapat
terbang tinggi walaupun di tengah badai. Demikian juga hidup orang beriman di tangan
Tuhan dapat menjadi “lebih dari pemenang” walaupun di tengah serangan iblis. Masalah
antarmanusia dapat membuat relasi makin jauh atau makin dekat. Tetapi masalah seharusnya
membuat relasi kita makin dekat kepada Allah.

Ketika kita mempertanyakan hidup, ingatlah Ayub! Lihatlah bumi, laut, awan, fajar, salju,
hujan, gurun, embun, bintang, kilat, logam, singa, burung gagak, kambing, keledai, lembu
hutan, burung unta, kuda, burung elang, kuda nil, dan buaya, apakah kita melihat Allah yang
luar biasa yang menciptakan semuanya itu? (Ayb. 38-41). Banyak hal kita tidak mengerti dan
hanya bisa takjub. Apa pun yang terjadi dalam hidup kita, sepanjang “tali layangan” itu tidak
putus atau berada di tangan yang salah, maka kita tidak perlu khawatir.

Marilah kita tidak menganggap diri kita bijak melainkan takutlah akan TUHAN. Menjauhlah
dari kejahatan dan peluklah Hikmat, niscaya kita akan menjadi orang yang bijaksana.