Kawankah Engkau atau Lawan?

Kucing pergi, tikus menari. Kita memakai peribahasa ini untuk menggambarkan situasi
ketika guru tidak ada, murid bebas berlarian; ketika bos tidak ada, staf bebas semaunya.
Hubungan antara guru dan murid, bos dan staf seyogianya adalah hubungan kawan bukan
lawan. Namun perbedaan kepentingan membuat mereka berdiri berseberangan, salah satu
harus kalah supaya yang lainnya menang.

Peperangan pertama bangsa Israel untuk menerima janji Allah adalah menghancurkan
tembok Yerikho yang tebal. Mereka sudah merasakan penyertaan dan pemeliharaan Tuhan di
padang gurun, kini mereka akan merasakan pimpinan Tuhan di dalam peperangan. Mendekati
kota Yerikho, Yosua melihat seorang laki-laki berdiri di depannya dengan pedang terhunus di
tangannya. Yosua mendekatinya dan bertanya, “Kawankah engkau atau lawan?” Dia
menjawab, “Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang.”
Yosua langsung sujud dengan mukanya ke tanah dan menyembah karena Tuhan telah datang
untuk memimpin. Kita mengetahui kondisi orang-orang Yerikho melalui perkataan Rahab,
“Aku tahu: i) bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu, ii) kengerian
terhadap kamu telah menghinggapi kami, iii) segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi
kamu. Sebab kami mendengar: i) bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau
ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, ii) kamu telah menumpas dua raja orang Amori.
Ketika kami mendengar, tawarlah hati kami sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di
atas dan di bumi di bawah. Maka sekarang, bersumpahlah karena aku telah berlaku ramah
terhadapmu (ed: mata-mata Israel), kamu juga akan berlaku ramah terhadap kaum
keluargaku. Ketika kota Yerikho dikalahkan, Rahab dan keluarganya dibiarkan hidup dan
tinggal di tengah-tengah orang Israel (Yos. 2:9-13, 6:24-25).

Bangsa Romawi menguasai wilayah Yudea, oleh karena itu orang Yahudi membenci orang
Romawi. Bahkan sesama orang Yahudi yang bekerja bagi orang Romawi dicap sebagai
“orang berdosa”. Tetapi ada suatu waktu Imam Besar Kayafas menjadi kawan Pontius
Pilatus. Kayafas membutuhkan tangan orang Romawi untuk membunuh Tuhan Yesus,
sementara Pilatus membutuhkan dukungan orang Yahudi untuk mempertahankan kursinya.

Seorang perempuan sundal mengerti bahwa manusia tidak dapat melawan rencana TUHAN,
tetapi seorang imam besar justru melawan-Nya. Kitab Amsal 21:30-31 mengatakan, “Tidak
ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang dapat menandingi TUHAN.
Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan TUHAN.”

Di dalam peperangan hidup kita, siapakah yang menjadi Panglima kita? Marilah
menaklukkan diri untuk melakukan rencana Tuhan karena percuma berperang jika Tuhan
tidak di pihak kita.