Sesudah berbulan-bulan melewati pandemi dan merenung di tempat kita masing-masing,
mari kita melihat apa saja yang sudah kita renungkan seputar virus corona:
1. Melihat Tuhan (dan rencana-Nya) di balik semua yang kelihatan. 1
2. Menghadapi ketakutan dengan mengasihi dan mengucap syukur. 2
3. Melihat Tuhan (dalam kemurahan-keagungan-Nya) di dalam kerapuhan manusia pada
masa karantina. 3
4. Mengabarkan Injil sambil menantikan kedatangan Tuhan Yesus. 4
Poin 1 diambil dari refleksi kisah tulah pada sensus Daud. Poin 2 diambil dari refleksi prinsip
respons orang kusta yang disembuhkan. Poin 3 diambil dari refleksi kisah karantina
pengepungan Israel di zaman Elisa. Poin 4 diambil dari refleksi sejarah pandemi di dunia.
Dan pada seri yang kelima ini, kita akan memperdalam refleksi kisah sensus Daud sampai
bagaimana tulah tersebut dilewati. Kita akan mempelajari penyebab tulah, respons Daud,
tindakan Allah, dan jalan keluar yang ada di dalam kisah sejarah tersebut untuk pembelajaran
bagi kita semua. Poin 5 akan menjadi refleksi kisah tulah pada sensus Daud (2). Dan di poin
5 ini kita akan belajar untuk: Mengenal kedaulatan Allah: hati penuh kasih sayang di balik
murka yang menyala.
Prinsip Sensus dan Nilai Jiwa
Daud mengadakan sensus sesudah menaklukkan banyak musuhnya dan dia mulai
mengandalkan kekuatan militernya sendiri dan tidak lagi bergantung kepada Tuhan.
Kesombongan menjadi dosa yang dilakukan oleh Daud pada waktu itu. Selain itu, Daud juga
tidak membayar pajak yang seharusnya diberikan ketika melakukan sensus (Kel. 30:12). Dan
Tuhan sendiri sudah mengingatkan agar pajak ini dibayarkan sebagai uang tebusan bagi
nyawa tiap jiwa di Israel. Pajak ini seharusnya dibayarkan sebagai persembahan ketika
mengadakan sensus untuk menyatakan kebergantungan kepada Tuhan dan bahwa setiap jiwa
itu sama berharga di mata Tuhan (tua muda kaya miskin semua dinilai dengan jumlah uang
yang sama), meskipun manusia itu seharusnya tidak layak dan tidak dapat menebus
nyawanya sendiri untuk mendapatkan keselamatan (jumlah persembahan untuk tebusan tiap
jiwa itu sangatlah murah, hanya setengah syikal).
Di sinilah kita melihat bahwa kekuatan suatu bangsa itu terletak pada tangan Allah sendiri.
Allah sendiri yang menetapkan batasan suatu bangsa dan di dalam kasus umat pilihan, Allah
sendiri yang mengutus malaikat penjaga-Nya serta memberikan dan menentukan jumlah dari
suatu bangsa. Sensus itu sendiri tidak salah karena di dalam Kitab Bilangan, Musa juga
melakukan sensus sebelum berperang dan itu yang dikehendaki Tuhan. Tetapi dalam hal ini,
Daud melakukan sensus dan berperang menggunakan kekuatan sendiri dan tidak lagi
bergantung kepada Tuhan.
Respons Daud atas Hukuman
Sesudah penghitungan tersebut, hati Daud berdebar-debar dan dia sadar bahwa dia telah
berdosa besar (2Sam. 24:10). Daud dihadapkan kepada pilihan untuk berperang dengan alam
melalui kelaparan 3 tahun, untuk berperang melawan sesama manusia melalui dikejar-kejar
selama 3 bulan, atau berhadapan dengan Tuhan langsung di dalam 3 hari tulah yang menimpa
bangsa Israel (ay. 13). Dan ketika 3 jenis pilihan hukuman ini diberikan kepadanya, Daud
memberikan respons yang sangat tepat yaitu untuk jatuh ke dalam tangan Allah sendiri
karena Daud mengerti karakter dan hati Tuhan yang besar kasih sayang-Nya (ay. 14).
Sesudah Daud berespons seperti itu, malaikat Tuhan dengan pedang terhunus langsung
menulahi seluruh bangsa Israel dan 70.000 korban jiwa meninggal dunia karena tulah yang
didatangkan oleh Tuhan (ay. 15). Dan ketika malaikat Tuhan itu hendak menuju ke
Yerusalem, Tuhan menghentikannya (ay. 16).
Inisiatif Tuhan yang Pengasih dan Penyayang
Mengapa Tuhan menghentikannya? Karena Tuhan itu pengasih dan penyayang, dia
mengingat perjanjian-Nya sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Di atas tempat
pengirikan Araunah dan Ornan, yaitu di atas Gunung Moria (2Taw. 3:1), malaikat itu
menghentikan tulah dengan pedang masih terhunus diacungkan ke Yerusalem. Itulah tempat
di mana Abraham mempersembahkan Ishak kepada Allah. Dan itulah tempat, yang menurut
beberapa ahli diklaim sebagai, Tengkorak atau Golgota.
Kesempatan dari Tuhan dan Tanggung Jawab Manusia: Korban Bakaran dan Keselamatan
(ay. 24-25)
Meskipun tulah sudah berhenti karena perintah Allah dan malaikat tidak melanjutkan tulah
tersebut, Daud masih harus memberikan korban agar tulah itu berhenti (2Sam. 24:21). Karena
sebenarnya tulah itu sedang ditahan oleh Tuhan dan bukannya dihentikan ketika Tuhan sudah
menyesal dan berkata, “Cukup!” (ay. 16). Sesudah Daud mempersembahkan korban bakaran
dan keselamatan, maka Tuhan mengabulkan doanya dan tulah itu baru benar-benar berhenti
(ay. 25) dan malaikat itu menyarungkan pedangnya (1Taw. 21:27). Kita melihat bahwa
Tuhan itu penuh kasih sayang tetapi tidak membiarkan umat-Nya begitu saja, Dia
menginginkan tanggung jawab manusia untuk berbakti kepada-Nya. Dia mengundang
manusia untuk berpartisipasi di dalam tanggung jawab manusia untuk mengerjakan karya
keselamatan, penebusan, dan pendamaian. Dia ingin agar manusia datang kepada Anak-Nya
yang mati di kayu salib di Golgota. Dia ingin manusia mempersembahkan korban
bakaran dan korban keselamatan. Korban bakaran memiliki penekanan pada pleasing aroma
yang berarti mencari perkenanan Tuhan sekaligus untuk meredakan murka Allah. Korban
keselamatan memiliki penekanan pada makanan yang dimakan bersama-sama di dalam
persekutuan dengan Allah dan sesama yang berarti mengafirmasi relasi perjanjian
(covenantal relationship) antara Allah dan Israel.
Maka, apa yang dapat kita pelajari dari kisah Daud ini yang seharusnya menjadi refleksi kita?
1. Menyadari nilai jiwa di hadapan Tuhan
Fokus dari perhatian kita selama wabah corona ini seharusnya terletak kepada nilai jiwa di
hadapan Tuhan. Setiap jiwa sama dan sangat berharga di mata Tuhan dan di sisi lain, setiap
jiwa itu tidak berarti apa-apa di hadapan Tuhan. Sebagai umat dan insan yang dicipta oleh
Allah Sang Pencipta yang diberi tujuan untuk mewarisi bumi ini, sudahlah seharusnya kita
tidak sombong bergantung kepada diri, melainkan rendah hati dan bergantung kepada-Nya,
memohon petunjuk dari-Nya di dalam melewati wabah ini. Setiap jiwa nilai tebusannya
dihargai begitu murah itu artinya keselamatan tidak bisa bergantung kepada jasa manusia,
tetapi semata-mata kepada kasih karunia Allah.
2. Memiliki hati nurani yang peka sekaligus pengenalan akan Allah yang tepat
Ini akan menjadi dasar pengambilan keputusan etis yang tepat di tengah-tengah situasi yang
sulit di mana korban jiwa tidak terelakkan. Di antara 3 pilihan, Daud tahu bahwa korban jiwa
sudah pasti akan ada dan tidak bisa dihindarkan, dan dia masih bisa tetap berpikir jernih dan
memiliki pengenalan akan Allah yang jelas. Di tengah-tengah hukuman dari Allah yang adil,
Daud tahu persis di balik murka-Nya ada hati yang penuh kasih sayang. Karena itu, Daud
memilih untuk jatuh ke dalam tangan Allah, yang meskipun saat itu murka-Nya menyala-nyala,
yang penuh kasih sayang dan pasti tidak pernah bersalah.
3. Mengenal kedaulatan Allah yang penuh rahmat dan agung
Kedaulatan Allah tidak bisa kita kontrol tetapi kita tahu persis bahwa Allah yang berdaulat itu
penuh rahmat keagungan, kasih sayang berbelaskasihan, dan panjang sabar berpengendalian
diri. Di tengah-tengah kekhawatiran akan masalah yang akan timbul di dalam dunia yang
bergejolak, kita bisa tetap tenang melihat kedaulatan Allah itu bukan diktator, tirani, kejam,
kaku, dan sebagainya, tetapi kedaulatan Allah yang penuh kasih karunia dan kebenaran. Oleh
karena itu, kita bisa tetap tenang dan berdoa di tengah-tengah ini semua, dengan mengaku
dosa (korban keselamatan sebagai afirmasi perjanjian), menaikkan syukur (persembahan
harum yang mencari perkenanan Allah), dan permohonan syafaat bagi dunia (agar tulah
Tuhan berhenti dan murka Allah reda). Dan semuanya itu haruslah dipanjatkan di dalam
nama Tuhan Yesus Kristus, yang membuat doa kita sempurna dan kudus karena dilandaskan
di atas korban yang sempurna (korban bakaran dan keselamatan yang sejati), yaitu darah
Tuhan Yesus.
Di bawah salib Yesus, ‘ku tinggallah teduh.
Dilindung dalam batu karang dengan berteduh.
Tempat senang jika lelah dan rasalah beban.
Waktu menanggung berat mendapat perhentian.
Ke atas salib Yesus, mataku pandanglah.
Dia yang tanggung bagiku sengsara dan siksa.
Dan hatiku yang hancurlah mengaku kasih-Mu.
Yang ajaib karna nyatalah tak ada layak ‘ku.
Kuambil bayang salib, tempat perlindungan.
Kuminta saja kesenangan yang Tuhan b’rikan.
Kes’nangan dunia ‘ku tidak lagi merindu.
Kemuliaanku hanyalah salib Tuhan Yesus.
Amin.
Endnotes:
1 http://buletinpillar.org/renungan/wabah-virus-corona (Feb 2020)
2 http://buletinpillar.org/renungan/ketakutan-kasih-dan-mengucap-syukur (Mar 2020)
3 http://buletinpillar.org/renungan/melihat-allah (Apr 2020)
4 http://buletinpillar.org/renungan/pandemi-dan-kedatangan-tuhan-yesus (Mei 2020)