Kelemahlembutan I

Kuat dan Lembut

Dunia ini sedang mengalami krisis kepemimpinan. Saling curiga antara bangsa terjadi dan
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) masih terus mengusahakan perdamaian dunia. Ciri
pemimpin yang sejati adalah “Benar, Berani, dan Setia”; yang juga menjadi tema NRETC
2020 (retret remaja online – nretc.stemi.id). Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai
tema kepemimpinan yang memperkenan Tuhan di dalam renungan PILLAR, Anda bisa melihat:
https://www.buletinpillar.org/renungan/keberanian (Berani)
https://www.buletinpillar.org/renungan/kesetiaan (Setia dan Benar).

Di dalam pandemi saat ini, yang menarik adalah pemimpin negara yang perempuan lebih memiliki
compassion dan terkesan lebih bijak dalam menghadapi penyakit. Seperti Angela Merkel
di Jerman dan Jacinda Adern di New Zealand yang menjadikan negaranya mengalami korban
kematian cukup rendah dibandingkan sekitarnya. [1]

Di dalam penciptaan, Allah menciptakan manusia, laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan
perempuan merupakan gambar dan rupa Allah yang saling melengkapi dan tidak dapat
dipisahkan. Keduanya ada dan sama-sama penting: sama-sama mulia, hormat bermartabat,
dan bernilai kekal di mata Tuhan. Serupa dengan relasi dalam Allah Tritunggal yang sama-
sama mulia, hormat bermartabat, dan kekal. Karena itu, tidak heran apabila rasul Petrus
mengatakan bahwa sebagai laki-laki harus menghormati perempuan sebagai kaum yang lebih
lemah sebagai teman pewaris takhta kasih karunia.

Karena itu, tulisan ini didedikasikan bagi perempuan yang harus dihormati karena meskipun
lemah, mereka diangkat oleh Tuhan sebagai teman pewaris takhta kasih karunia dari Tuhan.
Mereka mendapatkan kemuliaan yang sama, kehormatan di dalam kelemahan, dan kekekalan
yang sama. Karena perempuan mendapatkan kehormatan di dalam kelemahan, maka
perempuan memiliki kehormatan dan martabat yang sama dengan laki-laki. Dan karena
memiliki kehormatan dan martabat yang sama, walaupun terlihat lemah, perempuan juga
memiliki keagungan yang sama dengan laki-laki.

Bagi seorang perempuan Kristen yang sungguh-sungguh, pasti dia mendambakan suatu kali
kelak dipakai menjadi alat yang berguna di tangan Tuhan dan menjadi berkat. Perempuan
digambarkan sebagai aspek feminin dari gambar Allah yang penuh kasih sayang, panjang
sabar, dan penuh kelemahlembutan. Tetapi sesungguhnya bila kita mempelajari lebih dalam,
keagungan perempuan terlihat di dalam menguasai diri dan emosi melewati kesakitan
sewaktu melahirkan dan mengandung bayi selama sembilan bulan. Di sini kita melihat bahwa
perempuan itu bukanlah sekadar lemah lembut tetapi kuat lembut (gentleness). Pdt.
Stephen Tong mengatakan yang lemah tetapi tidak lembut itu lembek alias tahu, sedangkan
yang kuat tetapi lembut itu liat alias karet. Lemah lembut itu bukan lemah gemulai, lemah
lembut itu bukan lemah lembek, tetapi lemah lembut itu memiliki suatu kestabilan, kekuatan,
dan ketekunan yang terus-menerus untuk jangka waktu yang lama dan membawa kepada kesabaran.
Kesabaran itu juga mesti kuat dan karena itu tidak salah apabila di dalam bahasa Inggris
disebut long-suffering (menderita dalam waktu lama alias tekun dan tabah).

Kelemahlembutan semacam inilah yang memerlukan keberanian, kebenaran, dan kesetiaan.
Dan inilah yang disebut sebagai kasih yang mengubahkan. Ada kuasa keagungan pada diri
perempuan yang menyatakan keberanian dari transforming love, kasih yang melenyapkan
ketakutan

Endnote:
[1] https://www.nytimes.com/2020/05/15/world/coronavirus-women-leaders.html.